Topswara.com -- Di tengah gencarnya narasi global tentang hak asasi manusia (HAM), perlindungan anak, dan lembaga-lembaga internasional seperti PBB, UNICEF, dan semisalnya, dunia menyaksikan sebuah fakta telanjang yang memalukan; ribuan anak Palestina dibantai secara brutal dan sistematis oleh penjajah Zionis, dan dunia memilih untuk diam. Slogan-slogan indah tentang perlindungan anak ternyata hanya retorika kosong tanpa makna.
Data terbaru menunjukkan lebih dari 38.000 anak Palestina menjadi yatim akibat agresi Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023 (Anadolu Agency, 10/04/2025). Mereka kehilangan ayah, ibu, bahkan kedua orang tuanya sekaligus.
Setiap harinya, lebih dari seratus anak syahid akibat serangan biadab penjajah. Dan semua ini terjadi tanpa ada intervensi nyata dari lembaga-lembaga internasional yang konon dibentuk untuk menjaga perdamaian dunia dan melindungi hak anak.
Inilah bukti bahwa sistem kapitalisme global yang menopang lembaga-lembaga tersebut sesungguhnya tidak pernah berpihak pada kebenaran, apalagi pada kaum tertindas. Mereka hanya berpihak pada kekuasaan, kekayaan, dan kepentingan para penjajah. Lembaga-lembaga internasional itu bukan pelindung umat, melainkan perisai para penjahat perang seperti zionis Israel dan sekutunya.
Umat Islam harus sadar bahwa tidak ada satu pun solusi dari sistem kufur ini yang benar-benar berpihak kepada mereka. Satu-satunya jalan untuk mengakhiri penderitaan ini adalah dengan kembali kepada sistem Islam yang berasal dari wahyu khilafah.
Khilafah adalah institusi politik Islam yang bukan hanya memimpin umat dengan hukum Allah, tetapi juga menjadi perisai pelindung bagi mereka dari segala bentuk kezaliman dan agresi.
Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya imam (khalifah) itu adalah junnah (perisai); orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya"
(HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menjelaskan bahwa keberadaan khilafah adalah keharusan strategis bagi umat. Ia menjadi pelindung yang menjaga darah, kehormatan, dan kehidupan umat Islam. Tidak akan pernah ada perlindungan sejati bagi anak-anak Gaza dan seluruh umat Islam selama institusi ini belum tegak kembali.
Sejarah membuktikan hal ini. Ketika Palestina berada di bawah cengkeraman pasukan salib, umat Islam tidak diam. Muncullah seorang pemimpin besar, Sholahuddin Al-Ayyubi, yang menggalang kekuatan umat, menyatukan negeri-negeri Islam, dan melancarkan jihad untuk membebaskan tanah suci.
Bukan melalui diplomasi semu atau resolusi palsu, tetapi dengan kekuatan dan strategi yang dipandu oleh iman dan syariat.
Sholahuddin bukan hanya panglima, ia adalah cerminan pemimpin Islam yang memahami bahwa penjajahan hanya bisa diakhiri dengan kekuatan politik dan militer yang berbasis pada akidah Islam. Ia memimpin dengan semangat jihad dan menjadikan pembebasan Al-Quds sebagai amanah umat yang harus ditunaikan.
Khilafah adalah sistem yang menjadikan Islam sebagai satu-satunya sumber hukum. Dalam sistem ini, anak-anak bukan hanya dilindungi dari kejahatan, tetapi dipersiapkan menjadi generasi pembangun peradaban. Mereka dibesarkan dalam lingkungan yang penuh ketakwaan, pendidikan yang terarah, dan perlindungan yang kokoh dari negara yang bertanggung jawab.
Bandingkan dengan kondisi hari ini, di mana anak-anak Gaza hidup dalam ketakutan, kehilangan keluarga, pendidikan hancur, dan masa depan mereka dirampas oleh penjajah. Dunia kapitalis hanya menatap dari kejauhan, mengeluarkan pernyataan kosong, dan terus melanggengkan penjajahan dengan dukungan logistik, militer, dan diplomatik terhadap Zionis.
Maka, tak ada pilihan lain bagi umat Islam hari ini selain kembali kepada jalan yang telah ditunjukkan Rasulullah dan para khalifah setelahnya. Kembalinya khilafah bukan sekadar cita-cita romantis sejarah, melainkan kebutuhan mendesak untuk menyelamatkan umat dari kehancuran total. Kembalinya khilafah adalah janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah.
Setiap Muslim memiliki kewajiban untuk terlibat dalam perjuangan ini. Diam adalah dosa. Berpangku tangan saat darah saudara kita ditumpahkan adalah pengkhianatan terhadap iman.
Maka, mari kita bersatu dalam satu barisan perjuangan: menegakkan syariat Islam secara kaffah dalam naungan khilafah. Hanya dengan itu, kita mampu melindungi seluruh umat, termasuk anak-anak Gaza yang hari ini menanti pertolongan kita.[]
Oleh: Mahrita Julia Hapsari
(Aktivis Muslimah Banua)
0 Komentar