Topswara.com -- Masya Allah… kalimat ini begitu sederhana, namun menggugah kesadaran terdalam. Mari kita olah menjadi refleksi singkat bernuansa sufistik, yang bisa dijadikan konten tulisan, renungan harian, atau bahkan bagian dari buku motivasi ruhani.
Menuju Ajal, Setiap Detik
"Kita berjalan setiap detiknya menuju ajal."
Bukan menuju hari esok. Bukan menuju kesuksesan dunia. Tetapi menuju satu kepastian yang tak bisa ditunda dan tak bisa dilupakan: kematian.
Detik demi detik bukan sekadar waktu yang lewat,
tetapi langkah menuju akhir perjalanan.
Tubuh ini menua.
Kesempatan menyusut.
Dan jiwa… pelan-pelan dipanggil pulang.
Maka setiap tarikan napas adalah kesempatan.
Setiap pagi adalah pemberian.
Setiap amal adalah tabungan.
Lalu dengan apakah kita mengisi langkah menuju ajal itu?
Dengan lalai? Atau dengan sadar?
Dengan harta yang kita kumpulkan? Atau dengan amal yang kita titipkan?
Sadar Ajal, Bukan Takut Mati
Kesadaran akan ajal bukan untuk menakuti, tetapi untuk menghidupkan.
Karena orang yang ingat mati akan hidup dengan lebih bermakna.
Ia tak akan menunda kebaikan.
Ia tak akan bermain-main dengan waktu.
Ia tak akan menyia-nyiakan cinta Allah.
Karena siapa yang tahu bahwa ia akan mati,
akan sungguh-sungguh saat hidup.
Langkah-langkah terakhir menuju Perjalanan Menghadap Ilahi.
Menuju Perjalanan Menghadap Ilahi
Hari 1 — Sadarlah, Kita Sedang Menuju Pulang
"Setiap detik adalah langkah. Dan setiap langkah adalah perjalanan pulang menuju Allah."
Kita sering mengejar dunia seolah kita akan tinggal selamanya. Padahal, waktu terus menggerogoti kita, sedikit demi sedikit. Yang bertambah bukan usia, tapi kedekatan kita pada kematian.
Kita tidak sedang berjalan ke masa depan. Kita sedang berjalan menuju akhir.
Tetapi jangan takut.
Bagi yang sadar, akhir bukan kehancuran.
Ia adalah awal perjumpaan dengan Sang Kekasih.
Maka berhentilah sejenak hari ini.
Lihatlah dirimu.
Sudahkah langkah-langkahmu benar-benar menuju Allah?
Atau sedang tersesat dalam kabut dunia?
Doa Hari Ini:
"Ya Allah, sadarkan aku di setiap langkahku. Jangan biarkan aku lalai dalam perjalanan pulangku. Berikan aku cahaya yang menuntunku kembali kepada-Mu dengan tenang."
Amin.
Hari 2 — Kematian Tidak Mengetuk Pintu
"Ajal tidak menunggu kesiapan kita. Ia datang saat waktunya tiba."
Banyak yang menunda taubat karena merasa masih muda.
Menunda amal karena merasa masih kuat. Tapi kematian tidak pernah meminta izin. Ia datang pada bayi, orang tua, pemuda, siapa saja tanpa aba-aba.
Maka, jangan tunda amal karena umur tak bisa dijadwal.
Jadikan hari ini sebaik-baik hari.
Renungkan: Jika hari ini adalah langkah terakhirku, amal apa yang ingin aku bawa?
Hari 3 — Hati yang Siap Menghadap
"Bukan tubuh yang suci yang akan selamat, tetapi hati yang berserah."
Allah tak melihat rupa dan jabatan. Ia melihat hati yang bersih dan ikhlas. Maka rawatlah hatimu lebih dari merawat wajahmu. Bersihkan ia dari iri, dengki, riya, dan cinta dunia yang berlebihan.
Karena hati yang bersih akan menghadap dengan tenang.
Dan hati yang keruh akan gelisah saat dipanggil pulang.
Hari ini, kosongkan satu ruang dalam hatimu untuk Allah saja.
Hari 4 — Bekalmu Bukan Hartamu
"Yang mengiringi jenazah: keluarga, harta, dan amal. Dua pulang, satu tinggal." Hadis Nabi SAW
Harta akan pergi. Keluarga akan pulang. Yang tinggal hanyalah amal. Maka jangan terlalu sibuk mengisi rekening, hingga lupa mengisi timbangan amal.
Isi hartamu dengan sedekah.
Isi waktumu dengan doa.
Karena hanya itu yang akan menemani di alam sepi.
Hari ini, pilih satu amal sholeh yang kau lakukan hanya karena Allah.
Hari 5 — Bertemanlah dengan Kematian
"Orang cerdas adalah yang paling banyak mengingat kematian dan menyiapkan bekal untuknya." Hadis Nabi SAW
Orang bijak bukan yang tahu banyak ilmu, tapi yang siap menghadapi akhir. Jadikan kematian sebagai pengingat, bukan momok. Ia adalah jembatan menuju rumah sejati.
Kematian bukan penghancur harapan,
tapi pemisah antara yang sungguh dan yang palsu.
Hari ini, bacalah satu ayat tentang akhirat dan renungkan artinya dalam hidupmu.
Hari 6 — Ampunan Lebih Indah dari Amal
"Jika bukan karena rahmat-Nya, niscaya tak satu pun amal kita cukup untuk selamat."
Jangan sombong dengan amal, dan jangan putus asa karena dosa. Mintalah ampunan. Karena kasih sayang Allah lebih luas dari seluruh kesalahanmu.
Bahkan langkah yang penuh dosa,
jika disertai taubat, bisa menjadi langkah menuju surga.
Hari ini, sebut namamu di hadapan Allah dan mohon: "Ya Allah, ampunilah aku sebelum aku pulang."
Hari 7 — Langkah Terakhir yang Damai
"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai." (QS. Al-Fajr: 27–28)
Inilah langkah terakhir yang paling indah:
Langkah pulang dalam ketenangan.
Langkah terakhir dari orang yang hidupnya penuh zikir, sabar, syukur, dan amal.
Pulang bukan dalam gelisah,
tetapi dalam pelukan rahmat-Nya.
Hari ini, ucapkan dengan tulus: "Ya Allah, jika Engkau memanggilku hari ini, panggil aku dalam keadaan Engkau ridha padaku."
Dengan senang hati. Mari kita lengkapi setiap hari dalam seri "Langkah-Langkah Terakhir Menuju Perjalanan Menghadap Ilahi" dengan kutipan ayat Al-Qur’an, hadis Nabi SAW, dan hikmah para sufi—agar setiap refleksi menjadi lebih mendalam, seimbang antara wahyu, sunnah, dan kebijaksanaan ruhani.
Penutup Singkat:
Langkah demi langkah ini bukan sekadar perjalanan,
tapi persiapan untuk pertemuan suci.
Jadikan setiap hari sebagai tapak menuju ridha-Nya.
Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
(Penulis Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)
0 Komentar