Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tantangan Gen Z: Rumah Mahal, Ekonomi Sulit

Topswara.com -- Melonjaknya harga rumah akhir-akhir ini menjadi topik perbincangan. Sebab rumah menjadi sulit di dapatkan terutama oleh generasi Gen Z. Gen Z mendapat tantangan terbesar menghadapi kondisi ekonomi yang kian sulit ditambah harga rumah yang terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. 

Namun begitu, ada pendapat bahwa masih terdapat peluang bagi Gen Z untuk mengikuti program pemerintah. Salah satunya dengan mengikuti Program Sejuta Rumah. 

Ini merupakan program subsidi untuk mempermudah pembelian rumah. Menurut CEO dan founder Pinhome, Dayu Dara Permata, opsi pembiayaan dan perkembangan teknologi keuangan (Fintech) saat ini sudah tersedia dan dapat memberi solusi bagi Gen Z yang ingin membeli rumah. 

Gen Z menghadapi tantangan cukup besar dalam memiliki rumah karena harga properti tinggi, sementara penghasilan mereka rendah (antaranews.com, 14/02/2025). 

Yang menjadi pertanyaan besar adalah mampukah Gen Z menghadapi tantangan memiliki rumah di tengah kondisi ekonomi yang kian sulit? Siapakah yang mampu menyelamatkan Gen Z?

Kapitalisme Penyebab Ekonomi Sulit

Susahnya masyarakat memiliki rumah hari ini tidak lepas dari ekonomi yang kian sulit. Hal itu dapat dilihat dari pendapatan seseorang. Pendapatan di Indonesia sendiri tergolong rendah, pun dengan tingkat kemiskinan yang kian tinggi. Pendapatan yang rendah tentu berdampak pada berbagai kebutuhan termasuk membeli rumah.

Indonesia pada tahun 2024 berada di tingkat ke-7 sebagai negara dengan PDB (Produk Domestik Bruto) per kapita terendah di Asia Tenggara. Sementara itu pemerintah membatasi belanja agar tetap berada dalam batasan defisit anggaran. Dampak defisit anggaran, utang akan semakin membengkak. 

Sudah menjadi tabiatnya, Indonesia sejak dulu tak lepas dari utang. Sementara itu disetiap sektor penting seperti ekonomi, layanan pendidikan dan kesehatan menawarkan berbagai bentuk pinjaman berbunga.

Sejatinya letak masalahnya adalah pada paradigma ekonomi yang ditegakkan. Indonesia merupakan penganut sistem ekonomi kapitalisme yang berasas sekularisme yang tidak mementingkan aspek halal dan haram. Kapitalisme mementingkan aspek materi/keuntungan ketimbang layanan publik terhadap berbagai kebutuhan rakyat. 

Salah satunya kebutuhan memiliki rumah. Rumah kian mahal banyak faktor yang mempengaruhinya. Di antaranya, adanya permintaan yang semakin tinggi terhadap kebutuhan rumah oleh karena bertambahnya penduduk di perkotaan. 

Terbatasnya lahan di perkotaan karena padatnya penduduk dan bangunan yang tak penting sehingga minimnya lahan untuk membangun. Kalau pun ada lahan itupun jarang. Selain itu biaya material bangunan yang mengikuti tren sehingga harganya naik dari tahun ke tahun.

Selain itu adanya regulasi yang dikeluarkan pemerintah terkait sektor properti yang memiliki dampak pada harga rumah. Beberapa kebijakan seperti pajak tanah dan properti, retribusi izin mendirikan bangunan, serta peratuan zonasi, menambah beban biaya bagi pengembang. Biaya ini seringkali dioperkan kepada pembeli, yang menyebabkan harga rumah kian mahal (idscore.id, 20/02/2025). 

Maka dalam konteks hari ini berimbas pada generasi Gen Z. Gen Z menghadapi tantangan cukup besar karena biaya properti tinggi sementara penghasilan mereka rendah. Banyak dari mereka yang baru mulai kerja dan memiliki sedikit tabungan sehingga sulit untuk membeli rumah. 

Sementara harga tanah, properti dan biaya hidup terus meningkat tiap tahunnya akibatnya mengurangi daya beli untuk memiliki rumah. Bahkan mustahil bisa miliki rumah baik melalui program pemerintah sejuta rumah program subsidi.

Hal itu hanyalah solusi parsial yang tidak menyelesaikan masalah, karena menunjukkan bahwa negara berlepas tanggung jawab. Sementara itu Gen Z harus menghidupi keluarga/membantu keluarganya serta membiayai anak-anak mereka sehingga mereka disebut sebagai 'generasi sandwich'. 

Hal ini mempengaruhi mental Gen Z yang juga menjadi faktor yang mendominasi kehidupan mereka jangka panjang. 

Adanya problem rumah kian mahal menunjukkan kebobrokan ekonomi yang diterapkan sistem kapitalis saat ini. Kapitalis membuat Gen Z menemui tantangan memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan untuk keperluan pribadi dan keluarga. Termasuk memperoleh pekerjaan pun sulit. 

Selain itu, jika sudah mendapatkan pekerjaan, belum tentu gajinya mencukupi bahkan ada yang dibawah UMR (Upah Minimum Regional). Sekalipun bergaji UMR namun juga masih sangat jauh untuk bisa memiliki rumah. 

Terdapat laporan yang menunjukkan Gen Z kesulitan memiliki rumah bahkan menurut pakar, Gen Z lebih sulit punya rumah ketimbang generasi milenial. Dosen Manajemen Universitas Muhammadyah Malang (UMM), Novita Ratna Satiti, membeberkan perbedaan signifikan antara tantangan yang dihadapi Gen Z dan generasi milenial dalam membeli rumah. Salah satunya pada faktor gaji. 

Generasi milenial jauh lebih stabil dibandingkan dengan Gen Z. Gen Z sering dihadapi oleh stagnasi upah. Generasi milenial dinilai lebih mudah mendapatkan kredit/pinjaman pada masanya. Sedangkan Gen Z harus dihadapkan pada persyaratan yang lebih ketat dan suku bunga yang lebih tinggi. 

Selain itu Gen Z lebih melek teknologi namun minim dalam mementingkan finansial. Lebih banyak terpengaruh oleh gaya hidup dan kemudahan dalam aplikasi pinjol (umm.ac.id, 30/05/2024). 

Sederet persoalan yang dihadapi Gen Z akibat sistem kapitalisme sehingga Gen Z tak mampu hadapi tantangan zaman. Sebaliknya justru membuat Gen Z sengsara. Tak ayal mereka menjadi generasi instan yang dibentuk oleh cara pandang kapitalisme yang serba instan dalam memperoleh apapun yang hampir semuanya diukur dengan materi. 

Sementara materi hanya menjadikan mereka bermental 'bebek' yang mudah ditundukkan. Akan berbahaya dan mengancam jiwa jika Gen Z tidak segera diselamatkan kehidupannya. 

Gen Z Sejahtera dengan Islam

Islam mampu menjamin kesejahteraan terpenuhinya individu baik sadang, pangan dan papan (perumahan). Dengan kata lain, khalifah sebagai raa'in akan menjamin setiap masyarakat mendapatkan perumahan yang layak dan berkualitas, baik secara langsung atau tidak langsung. 

Islam tidak akan membiarkan rakyatnya dalam kondisi miskin. Untuk itu upaya Islam dalam memenuhi kebutuhan rakyat tidak menyusahkannya sebaliknya memudahkan bagi mereka yang tak mampu memenuhi kebutuhannya termasuk memiliki rumah. 

Sebab rumah merupakan tempat bernaungnya keluarga, institusi pertama yang dibentuk dan dimulainya pendidikan.

Islam telah mempersiapkan generasi Muslim agar mampu menghadapi tantangan zaman. Mempersiapkan setiap generasi agar tidak mengalami kekurangan di zamannya bahkan lebih jauh telah membentuk karakternya terlebih dahulu agar mampu hadapi tantangan zaman. 

Mereka dididik menjadi lebih tangguh mampu hadapi masa depan dengan bekal ilmu pendidikan Islam yang mumpuni. 

Selain itu negara menjamin lapangan pekerjaan seluas luasnya di berbagai sektor dengan gaji yang sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Negara tak kan membiarkan generasi muda kesulitan dalam memperoleh pekerjaan untuk menafkahi keluarga. Dengan begitu akan memudahkan mereka memenuhi setiap kebutuhan hidupnya. 

Dalam hal kepemilikan rumah, negara akan memberi fasilitas terbaik bukan terbatas. Dalam hal memiliki rumah, negara tidak menjual tanah sebab termasuk kepemilikan umum. 

Aturan Islam memberi peluang pada siapa saja yang mampu mengelola tanah. Melalui mekanisme yang praktis akan memudahkan rakyat untuk memiliki tanah dan mendirikan rumah tanpa harus berbelit-belit. 

Negara menerapkan mekanisme aturan tentang pendirian bangunan tertentu yang bermanfaat bagi rakyat. Menyediakan fasilitas seperti properti yang murah dan memudahkan. Dengan begitu Gen Z akan menjadi sejahtera. Semua ini hanya bisa didapatkan manakala aturan Islam diterapkan dalam seluruh kehidupan bermasyarakat dan bernegara. []


Oleh: Punky Purboyowati, S.S.
(Pegiat Komunitas Pena)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar