Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Puasa Panjang Merindukan yang Akan Datang


Topswara.com -- Puasa begitulah menahan akan yang membatalkan
Berharap pahala yang tiada terhitung karena Allah yang mengganjarnya
Tanpa berpikir panjang dari sebuah kemalangan
Sebagai umat yang pernah memimpin peradaban yang telah hilang

Puasa panjang lebih dari 100 tahun pascakeruntuhan
Ibaratkan induk yang setia melindungi anak-anaknya
Perlahan-lahan tak terasa dibubarkan dan dimatikan
Sejarah panjangnya dikubur dan ditutupi dalam-dalam dengan noktah merah

Puasa panjang belum ada tanda bedug berbuka
Sebab nasib umat ini masih merana dalam duka
Syariah kaffah yang agung mulia dicabut dan diurut-urut
Masuk dalam pangsa gelap yang semua disikat

Puasa masih saja dilanggengkan
Dengan penakutan akan kehancuran dan peperangan jika akan datang
Pertikaian dan perang saudara yang digambarkan dengan sketsa kebencian
Tanpa dalil akal sehat dan akal cerdas dari tanda sumber yang jelas

Puasa bukanlah menahan untuk menunggu dalam perenungan
Apalagi termangu dengan tangan dalam keterbelengguan
Berharap sang Mahdi datang dengan tangan bergandengan
Berharap bulan menemui matahari sendirian

Merindukan yang akan datang bukanlah angan-angan
Jika saja manusia paham kesengsaraan dalam sosialisme yang mematikan
JIka saja manusia merasa susah hidup di alam kapitalisme yang saling memangsa
JIka saja manusia sadar akan kelemahan dan berlindung kepada Sang Pemilik Kekuatan

Merindukan yang akan datang bukan mimpi di siang benderang
Justru ini peluang untuk menunjukkan diri sebagai pemenang
Dalam langkah nyata penyelamatan umat manusia
Misi mulia di antara kesolehan pribadi yang dirindu ketika Ramadhan tiba

Puasa masih menahan lapar yang tercipta oleh kapitalisme
Ketimpangan atas penggerukan kekayaan segelintir golongan
Penindasan dipertontonkan dalam episode drama oligarki yang menggerogoti negeri
Ide busuk kapitalisme telam mematerikan segala sesuatu dengan ukuran realistis

Rindu begitu kian menggebu
Setelah menyaksikan darah umat manusia dengan murah ditumpahkan begitu saja
Sudah nyata menggenosida tapi tak mengakui sebagai pelakunya
Sudah menyengsarakan penduduk dunia tak merasa sebagai pendosa, dasar laknat jiwa!

Rindu yang ada di depan sebagai penyelamat masa depan
Kabur aja dari kapitalisme dan sosialisme yang membutakan
Kabur aja dari ketidakmampuan manusia yang berkata-kata melemahkan
Kabur aja nanti tapi jangan kabur dari perjuangan mewujudkan eksistensi yang akan memimpin bumi


Oleh: Hanif Kristianto 
Analis Politik dan Media 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar