Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Masjid Al Aqsa dan Kooptasi Zionis

Topswara.com -- Kelompok Hamas mengajak warga Palestina beribadah di Masjid Alaqsa selama bulan Ramadhan ini sebagai bentuk perlawanan terhadap pendudukan Israel. Mereka juga menghimbau kepada warga Palestina di seluruh dunia untuk mendukung saudara-saudara mereka di Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem sebagai bentuk solidaritas. 

Sementara itu, akses ke Masjid Alaqsa ditengarai dibatasi oleh otoritas Israel melalui karantina wilayah, yaitu penerapan karantina terhadap suatu daerah atau wilayah tertentu dalam rangka mencegah perpindahan orang masuk maupun keluar wilayah itu untuk tujuan tertentu yang mendesak. 

Hal ini dilakukan Zionis dengan alasan keamanan, namun faktanya pembatasan ini terjadi setiap Ramadhan dan setiap tahun. (nomorsatukaltim.disway.id /01/03/2025)

Di tengah rasa syukur bahagia atas datangnya bulan suci Ramadhan, kemudahan dalam menjalankan ibadah di masjid manapun yang bebas dipilih, kecuali di belahan bumi yang lain dan di tempat yang sama yaitu Masjidil Aqsa masih dalam penjajahan Zionis. 

Kaum muslim di Palestina masih belum bisa menjalani kehidupan yang normal kendati sekedar untuk beribadah di masjid. Mereka dibatasi. Harus diperiksa identitas sebelum memasuki Masjidil Aqsa, bahkan ada yang ditangkap. Hari-hari mereka lalui dengan waspada dan keberanian tingkat tinggi. 

Sedangkan di Gaza dan Tepi Barat, wilayah ini tidak jauh berbeda keadaannya, sama-sama dalam kontrol Zionis dengan backingan AS. Meski katanya tengah gencatan senjata, secara fakta kaum muslimin disana masih dicederai. Bantuan kemanusiaan pun dihalangi masuk.

Kontrol ketat yang dilakukan Zionis kepada kaum muslimin Palestina menunjukkan adanya kekhawatiran pada diri mereka jikalau kaum muslimin ini melakukan perlawanan. Oleh karena itu mereka menggunakan kekuatan politik dan militer untuk memberikan penekanan. 

Sebagai penjajah dan maling tanah kaum muslimin, namun juga berambisi untuk menguasai wilayah yang terbentang dari Sungai Eufrat dan Tigris, tentu ada rasa khawatir dalam benak mereka. Khawatir jika tiba-tiba kaum muslimin bangkit dan berhasil kembali menguasai Palestina seutuhnya, khawatir jika cita-cita penguasaan Yahudi atas wilayah Islam tidak terwujud. 

Sementara yang mereka lawan adalah kaum yang cari mati syahid yang tidak takut dengan moncong senjata. Sedangkan diri mereka sendiri lebih takut mati daripada harus berhadapan langsung dengan tentara kaum muslimin Palestina. 

Pembebasan Palestina dari penjajahan Israel memang harus diperjuangkan. Bukan dengan solusi dua negara, karena sejatinya wilayah tersebut milik kaum muslimin. Penjajahlah yang harus angkat kaki dari bumi Palestina. Tidak bisa pula dengan perjanjian-perjanjian atau bentuk apapun yang ditawarkan oleh Barat, karena mereka tidak mengerti apa itu perjanjian, yang bisa mereka lakukan adalah pengkhianatan. 

Hanya ada satu cara untuk bisa membebaskan Palestina dari penjajahan ini, yaitu dengan berperang dibelakang seorang khalifah kaum muslimin. Berperang di jalan Allah melawan kezaliman hingga hilang kezaliman itu di muka bumi sehingga terwujudlah kehidupan yang mulia dan diberkahi. 

Wallahua'lam bishawab.


Oleh: Iliyyun Novifana,S.Si 
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar