Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kenaikan Harga Jelang Ramadhan, Padahal Stok Aman

Topswara.com -- Kenaikan harga barang jelang Ramadhan sudah menjadi tradisi di negeri mayoritas muslim ini, padahal dari informasi berbagai media dinyatakan ketersediaan pangan selama Ramadhan dan Idul Fitri tercukupi.

Melansir dari Tribunnews.com, kunjungan kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin), Dicky Anugerah ke beberapa pasar milik Pemerintah Kabupaten Bandung dilakukan untuk monitoring dan evaluasi. Dicky mengatakan, "Stok untuk kebutuhan pokok, aman. Cuma ada beberapa komoditas yang saat ini mengalami kenaikan harga, seperti telur ayam ras, cabai, dan lain-lain," ungkapnya saat ditemui di Pasar Soreang, Kabupaten Bandung pada Selasa (25/02/2025)

Meskipun beberapa komoditas mengalami kenaikan harga, Dicky memastikan bahwa stok kebutuhan pangan untuk masyarakat Kabupaten Bandung dipastikan aman, dirinya pun mengklaim, bahwa stok pangan tersebut dipastikan tersedia hingga hari raya Idul Fitri.

Kenaikan harga barang menjelang Ramadhan seakan menjadi hal yang lumrah karena masyarakat sudah terbiasa dan harus menerima meskipun dalam kondisi ekonomi sulit.

Dari tahun ke tahun kenaikan harga pokok sebenarnya sudah pasti dapat diprediksi, mengingat tingginya permintaan komoditas pangan jelang Ramadhan. Seharusnya pemerintah sudah mengantisipasi dan mencari solusi penyebab terjadinya lonjakan harga, terlebih jika dikatakan stok bahan pangan tersedia dan aman untuk mencukupi kebutuhan masyarakat.

Jika stok pangan jelang Ramadhan hingga hari raya Idul Fitri dipastikan aman sesuai hukum pasar, seharusnya tidak terjadi kenaikan harga. Namun pada faktanya harga kebutuhan pokok di pasar tradisional maupun pasar modern tetap mengalami kenaikan.

Pada sebagian komoditas pemerintah sudah mengantisipasi dengan impor sehingga stok aman. Pemerintah sendiri hanya fokus pada kecukupan stok saja dan tidak memastikan komoditas itu terdistribusi dengan baik. Harga naik dan lonjakan harga tetap terus berulang dan menjadikan masyarakat sulit untuk memperoleh bahan pangan. 
           
Jika lonjakan harga dikarenakan barang yang tersedia sedikit, sementara yang membutuhkan banyak, itu hal wajar. Tapi kalau barang cukup, berarti ada hal lain yang menghambat distribusi yaitu di antaranya karena praktek penimbunan, monopoli, kartel, bahkan mafia impor. 

Sehingga pedagang memperoleh harga mahal karena adanya mafia yang mengumpulkan dan mengintimidasi para pedagang. Mafia impor beras leluasa mengatur harga pangan nasional sesuka mereka karena oknum penguasa terkadang ikut menjadi mafia impor. 

Dalam Islam ketersediaan pangan dan distribusi sampai rakyat adalah tanggung jawab negara, karena negaralah yang bertugas sebagai pengurus rakyat.
Islam melarang praktik penimbunan komoditas perdagangan, monopoli, dan kartel agar harga melambung sehingga menguntungkan produsen dan pedagang. 

Bahkan Islam menghukum para pelakunya serta melarang mereka berdagang sampai jangka waktu tertentu sebagai sanksi bagi mereka. Sanksi ini ditujukan terutama kepada pengusaha dan pedagang besar, karena merekalah yang paling memungkinkan melakukan tindakan zalim tersebut.

Namun sungguh ironis, dalam sistem kapitalisme, para pemilik modal yang mendominasi pasar acapkali tidak 
tersentuh hukum, justru pedagang kecil yang sering dijadikan kambing hitam. Negara tidak berdaya dan patuh pada kepentingan mereka para pemilik modal.

Keadaan ini akan terus terjadi jika Islam dicampakkan, sebaliknya jika Islam diterapkan melalui tegaknya daulah Islam satu keniscayaan tidak akan terjadi lonjakan harga dan kelangkaan barang saat menjelang Ramadhan.

Nabi bersabda yang artinya:
"Seorang pedagang muslim yang jujur dan amanah (terpercaya) akan (dikumpulkan) bersama para nabi, para shiddiqqin, dan para syuhada pada hari kiamat (namti)." (HR. Ibnu Majah).

Wallahu’alam bishawab.


Oleh: Atika Nur
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar