Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Jangan Terlena, Palestina Masih Berdarah

Topswara.com -- “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan merasakan kesakitan juga” (HR. Muslim).

Isu Palestina mungkin mulai mereda, tapi bukan berarti kezaliman telah berakhir. Blokade masih mencekam, penjajahan masih berlanjut, dan entitas Zionis masih bercokol di tanah yang Allah berkahi. Terlebih di bulan yang suci ini. 

Ramadhan kali ini berbeda. Disaat seluruh dunia merayakan bulan puasa dan doa dengan suasana yang meriah, penduduk Gaza merayakannya dengan duka dan kesedihan. Penyerangan terhadap warga Gaza masih bergema keras. Hampir setiap hari pasti ada saja warga sipil Palestina yang terbunuh atau terluka akibat serangan militer Zionis Yahudi.

Tidak hanya melakukan penyerangan, Zionis Yahudi juga melakukan pembatasan keamanan. Lebih dari 400 orang tewas setelah Israel menggempur habis-habisan Jalur Gaza, Palestina pada Selasa (18-3-2025) saat warga sedang sahur. 

Kementerian Kesehatan di Gaza menyatakan 564 terluka dan mayoritas anak-anak akibat serangan tersebut. Ini merupakan serangan terbesar Zionis Yahudi sejak kesepakatan gencatan senjata.

Meski menghadapi penyerangan dan pembatasan, umat Islam Palestina tetap semangat menjalankan ibadah Ramadhan di Al-Quds. Lebih dari 70 ribu jamaah melaksanakan shalat fardhu, iftar, dan shalat tarawih di pelataran Al-Aqsa. 

Hamas juga mengeluarkan sebuah pernyataan “Jadikan hari-hari dan malam-malam Ramadhan yang penuh berkah didedikasikan untuk ibadah, keteguhan hati, dan perlawanan terhadap musuh dan pemukim (ilegal), serta untuk mempertahankan Yerusalem dan Al Aqsa sampai terbebas dari pendudukan” (Antaranews.com, 1/3/2025)

Penjajahan di Palestina belum berakhir. Sudah seharusnya perjuangan kita untuk membebaskan Palestina juga belum berakhir. Jangan biarkan propaganda musuh membius kita dalam ilusi bahwa semua telah selesai. 

Baitul Maqdis bukan sekedar tanah, tapi amanah yang harus kita bela. Jangan berhenti menyuarakan pembebasan Palestina sebab itulah wujud nyata ukhuwah atas dasar akidah Islam.

Berbagai negara lain ikut menyuarakan pembebasan Palestina. Ini menjadi bukti bahwa perasaan mereka sama yakni darahnya mendidih saat melihat sesama saudaranya dibantai oleh Zionis. Palestina adalah bagian dari tubuh kaum muslim. Namun, kenapa persoalan Palestina tidak kunjung usai? Padahal, perasaan kaum Muslim sama.

Berbagai resolusi telah dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB, negeri-negeri Muslim, bahkan dunia, tidak ada satupun upaya mereka untuk serius mengusir penjajah Zionis Yahudi dari bumi Palestina. Terlebih, tidak adanya upaya untuk mengirimkan pasukan militer dalam membebaskan Palestina. 

Akar persoalan Palestina adalah okupansi Zionis Yahudi atas Palestina sehingga solusinya adalah mengusir mereka dari tanah Palestina. Ketakberdayaan kaum muslim saat ini karena kaum muslim tercerai-berai dengan sekat nasionalisme (kebangsaan). 

Nasionalisme menyandera para pemimpin negeri-negeri muslim dan menjadikan mereka sebagai antek pengikut penguasa asing. Mereka hanya mengecam dan beretorika tanpa melakukan tindakan nyata. Bahkan hingga hari ini Indonesia belum juga mengirimkan tentaranya untuk membantu Palestina karena masih menunggu komando PBB.

Kondisi Palestina akan tetap demikian selama Zionis Yahudi masih bercokol di bumi Palestina. Penjajahan akan tetap terjadi selama penjajahnya masih di sana. 

Syekh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah dalam buku Mafahim Siyasiyah li Hizbut-Tahriri hlm. 134 menyatakan bahwa institusi Yahudi yang ditanam di Palestina telah menjadi poros masalah Timur Tengah dan menjadi penyebab ketidakstabilannya. 

Tidak hanya di Timur Tengah, melainkan juga di seluruh dunia. Hal itu karena orang Barat juga mengakui bahwa 90 persen masalah dunia yang menyusahkan Barat disebabkan adanya negara Yahudi di Palestina yang merupakan jantung dunia Islam.

Pembebasan Palestina harus dilakukan umat Islam seluruh dunia. Sesungguhnya pembebasan Palestina akan terwujud dengan adanya Institusi Negara pemersatu umat di bawah naungan khilafah. 

Hanya khilafah yang terbukti dalam sejarah telah melindungi bumi Al-Quds dari penjajahan. Hanya khilafah yang akan mengirimkan pasukan dalam jumlah besar dengan senjata lengkap untuk mengusir Zionis Yahudi dari Al-Quds dan membebaskan umat Islam Palestina. Khilafah akan berlepas diri dari kesepakatan internasional yang merugikan umat Islam.

Oleh karena itu, sudah seharusnya umat Islam seluruh dunia menjadikan Ramadhan sebagai bulan perjuangan, pengorbanan, dan jihad. Ramadhan adalah bulan penuh kemenangan. Umat Islam hendaknya menyemarakkan Ramadhan tidak hanya dengan ibadah ritual, tetapi juga perjuangan untuk membebaskan Palestina dari penjajahan. 

Selama entitas penjajah masih ada, selama saudara kita masih teraniaya, maka perjuangan kita belum berakhir untuk terus menyuarakan pembebasan Palestina.

Wallahualam.


Oleh: Novriyani, M.Pd.
Praktisi Pendidikan
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar