Topswara.com -- #IndonesiaGelap menjadi trending topic di media sosial beberapa waktu lalu. Bahkan Selasa (18/2/2025), tagar tersebut menempati posisi pertama dengan jumlah posting mencapai lebih dari 668.000 cuitan. Tagar tersebut makin menggema seiring dengan aksi para mahasiswa di berbagai daerah.
Kondisi ini dimaknai sebagai bentuk ketakutan, kekhawatiran, dan kondisi mencekam terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat. Dan ini merupakan luapan kekecewaan kalangan mahasiswa.
Benarkah Indonesia gelap? Pihak istana tentu saja membantah. Dengan pede, Ketua Dewan Ekonomi Nasional, Luhut Binsar Panjaitan dengan lantang berkata, ”Indonesia tidak gelap, kau saja yang gelap!” Suara sama datang dari para pejabat istana lainnya. Indonesia baik-baik saja. Ketua PBNU berkilah, ”Indonesia gelap darimana? Ini pemerintahan baru!”.
Pernyataan bantahan tersebut tentu tak cukup menguatkan opini Indonesia gelap. Karena fakta mengungkap negeri ini memang sedang tidak baik-baik saja. Banyak orang hari ini makin merasakan hidup semakin berat dan berat.
Ambil saja kasus PHK. Saat pandemi dulu sudah ada 3 juta PHK. Bahkan baru-baru ini kasus Sritex. Selain harus bersaing dengan tenaga kerja baru memperebutkan lapangan kerja yang makin menyempit, mereka juga harus menerima kenyataan pembatasan pengalaman dan usia.
Keadilan juga menjadi masalah yang serius. Penguasa tidak segera menindak pihak-pihak pelanggar hukum, terlebih jika kasus tersebut melibatkan mereka yang berduit dan dekat dengan penguasa.
Sementara jika pelakunya masyarakat biasa, hukum pun berlaku normal. Seperti kasus korupsi, pemagaran laut, yang sampai hari ini belum ada tindakan tegas dari penguasa kepada pelaku utama.
Belum lagi kebijakan blunder penguasa, ada program Makan Bergizi Gratis (MBG), efisiensi anggaran yang berimbas pada berkurangnya anggaran pendidikan. Dan kebijakan lainnya, yang membuat bingung rakyat. Apakah keadaan ini tidak cukup membuka mata penguasa?
Kegelapan Itu Nyata Adanya
Jika belum yakin kegelapan itu nyata, maka merujuklah pada Al-Qur'an. Satu-satunya rujukan yang tak diragukan lagi kebenarannnya. Kecuali oleh orang yang belum paham atau tidak waras.
Dalam Al-Qur’an terminologi ’kegelapan’ dengan dzulumat. Bentuk jamak. Karena hakikatnya ketika Al-Qur’an diturunkan keadaan umat manusia berada dalam kondisi kegelapan dimana-mana.
Allah SWT lalu menjadikan lawan dari dzulumat itu adalah cahaya/nur. Uniknya Al-Qur’an menggunakan lafaz nur dalam bentuk tunggal; nur bukan anwar. Berarti hanya cukup satu cahaya yang akan menjadikan kehidupan manusia terang benderang.
Dalam kitabullah, diulang tujuh kali frase yang menunjukkan kondisi kegelapan dan cahaya. Di antaranya firman Allah SWT, "Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji" (QS. Ibrahim: 1).
Dalam kitab tafsir Marah Lubayd Li Kasyfi Al-Ma’na Al-Qur’an karya Imam an-Nawawi al-Bantani lafaz ‘dzulumat’ ditafsirkan kegelapan kesesatan, kekufuran dan kebodohan. Menariknya Imam Nawawi menjelaskan bahwa jalan-jalan kekufuran dan bid’ah itu banyak, sedangkan jalan haq (thariq al-haq) adalah satu (1/565).
Sementara dalam tafsir As-Sa’di diberi keterangan adalah kegelapan kebodohan (al-jahl), kekufuran, ahlak yang buruk, dan berbagai kemaksiatan. Lalu kemudian (dikeluarkan) menuju cahaya iman dan ahlak terpuji (Taysir Al-Manan fi Tafsir Al-Qur’an, 4/839).
Kondisi kegelapan di zaman Nabi juga terjadi dan beragam; syirik, pengkultusan pada bangsawan dan para raja, jurang kemiskinan, penguasaan aset oleh kaum elite, ketimpangan hukum, eksploitasi ekonomi dengan praktek riba, kerusakan sosial. Rasulullah SAW dan para sahabat menghadapi semua itu, bukan hanya praktik penyembahan berhala.
Dengan merujuk pada dalil aqli (fakta), dan dalil naqli (ayat Al Qur'an), belumkah cukup membuktikan bahwa kondisi hidup yang gelap hari ini benar nyata adanya?
Belajar dari sejarah dan dari Al-Qur’an, sebenarnya problematika umat manusia sama sepanjang zaman. Maka solusi yang harus diambil juga sama. Untuk itu Al-Qur’an menerangkan pada kita bahwa berbagai persoalan yang menjadikan kehidupan ini gelap, hanya bisa dilenyapkan dengan Islam. Bukan dengan yang lain.
Kembali Allah SWT berfirman, "Dan katakanlah: 'Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.' Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap" (QS. Isra: 81).
Jalan Perubahan untuk Keluar dari Kegelapan
Kondisi kecewa dengan sistem bernegara yang terjadi pada generasi saat ini sama halnya dengan yang terjadi pada masa Rasulullah SAW. Beliau kecewa dengan kehidupan jahiliah dan kezaliman di Mekkah yang membuat beliau beruzlah di Gua Hira. Kondisi yang tak jauh berbeda dengan umat saat ini. Berbagai persoalan yang mendera umat bukan hanya sebuah kezaliman, tetapi merupakan sebuah kemungkaran.
Kemungkaran adalah apa saja yang dinyatakan buruk dan haram oleh syariat Islam, seperti meninggalkan yang wajib dan mengerjakan yang haram. Kemungkaran harus diubah oleh umat Islam.
Dalam menghadapi kemungkaran tersebut, Rasulullah SAW telah memerintahkan untuk melakukan perubahan. Ini sebagaimana sabda beliau, “Siapa saja yang melihat kemungkaran, ia wajib mengubah dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka wajib dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka wajib dengan hatinya. Itu merupakan selemah-lemah iman” (HR. Muslim).
Bagi orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya pasti meyakini risalah Rasulullah SAW adalah petunjuk bagi kehidupan manusia. Termasuk risalah dakwah Rasul dalam mentransformasi masyarakat jahiliah yang penuh kemungkaran menjadi peradaban agung bagi dunia. Transformasi sosial yang diusung Rasulullah SAW lahir dari pemikiran Islam yang sahih yang ditransfer kepada para sahabat.
Proses pembinaan pemikiran mampu mengubah perilaku dan aktivitas untuk mewujudkan target kehidupan berkah dan cemerlang. Namun, harus dipahami bahwa modal dasar gerakan transformasi itu adalah keimanan yang kukuh kepada Allah sehingga mampu melahirkan pejuang yang siap berkorban. Alhasil, mengikuti gerakan politik Rasul adalah pilihan logis dan seharusnya dilakukan generasi hari ini.
Arah perubahan tersebut telah digariskan oleh Allah Ta'ala dalam QS. Ali Imran ayat 104, “Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Di dalam ayat ini Allah menekankan kewajiban keberadaan segolongan kaum Muslim yang menyeru kepada Islam, mengajak kepada ketaatan, dan melarang kemaksiatan (Tafsir al-Madinah al-Munawwarah, Markaz Ta’zhim al-Qur’an).
Sedangkan maksud dari menyeru kepada kebajikan adalah menyeru kepada pokok-pokok agama Islam, cabang-cabang, dan syariat-syariatnya (Syekh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Tafsir As-Sa’di).
Maksud menyuruh berbuat yang makruf adalah menyuruh pada semua ucapan atau perbuatan yang harus dikatakan atau diperbuat sesuai nas-nas syariat Islam, doktrin-doktrinnya secara umum, dan ruhnya (Abdul Qadir Audah, At-Tasyrî’ al-Jinâ’î al-Islâmî Muqâran[an] bi al-Qânûn al-Wadh’î).
Definisi mencegah kemungkaran (al-munkar) adalah mencegah semua yang dilarang dalam syariat (Imam al-Ghazali, Ihyâ` ‘Ulûm ad-Dîn). Dengan demikian, ayat ini mewajibkan adanya sebuah kelompok (jemaah) di dalam umat Islam yang menyeru kepada Islam dan mengajak kepada syariat Islam kaffah. Inilah yang harus diwujudkan oleh umat.
Butuh Sinergi Umat untuk Kembali Terang
Ketika aksi mahasiswa sudah turun ke jalan, maka hendaknya kita sebagai bagian dari umat menajamkan arah perubahan tersebut. Tidak sekadar pada cabang masalah tapi perubahan harus sampai pada akarnya. Kaum muda harus memahami konsep perubahan seperti ini. Karena sudah menjadi sunatullah pada setiap zaman para pemuda selalu menjadi pelopor perubahan.
Bahkan, para Nabi juga diangkat untuk menyampaikan risalah Allah SWT saat berusia muda. Sosok Ibrahim as., Daud as., Musa as., Rasulullah Muhammad SAW, dan lain-lain merupakan contoh para pemuda yang memimpin perubahan di tengah kaumnya. Ini karena Rasulullah SAW mengabarkan bahwa pengikut dakwah beliau banyak berasal dari kalangan pemuda.
Rasulullah SAW bersabda, “Aku wasiatkan kepada kalian, ‘Perlakukanlah para pemuda dengan baik, sesungguhnya mereka tulus dan mudah disentuh (perasaannya), sesungguhnya Allah telah mengutusku dengan ketulusan dan kemudahan, (lihatlah) mereka yang mau berkumpul denganku adalah para pemuda, sedangkan orang-orang tua menentangku.’” (Imam Asy-Sya’rani, Tanbihul Mughtarrin).
Ketika menafsirkan QS Al-Kahfi ayat 13, Imam Ibnu Katsir menyampaikan bahwa kebanyakan orang yang menyambut baik seruan Allah dan Rasul-Nya adalah dari kalangan kaum muda. Adapun orang-orang tuanya, sebagian besar dari mereka tetap berpegang pada agamanya dan tidak ada yang masuk Islam dari kalangan mereka kecuali sedikit.
Generasi muda berpotensi menjadi pemimpin perubahan karena mereka memiliki keistimewaan berupa kekuatan di antara dua kelemahan, yaitu kelemahan anak-anak dan kelemahan masa tua (QS. Ar-Rum: 54).
Gerakan pemuda seperti ini juga harus didukung kalangan cendekiawan dan intelektual Muslim. Dengan kepakarannya, ia mampu mengawal arah perubahan hakiki agar tidak melenceng. Dari kalangan tua pun juga sangat dibutuhkan sinerginya, yaitu hadirnya ulama untuk muhasabah lil hukam sangatlah urgen.
Tidak sekadar mengoreksi terhadap kebijakan yang menyengsarakan rakyat dan membiarkan penguasa tetap terkungkung dalam sistem sekular, demokrasi, dan kapitalisme, tapi ulama harus menawarkan solusi Islam kaffah sebagai asas dalam sistem bernegara, mengatur perekonomian—baik makro maupun mikro—, mengelola SDA yang berlimpah, juga menjadikan Islam kaffah sebagai standar dalam mengurusi dan melayani rakyatnya.
Begitu pun Muslimah, perannya turut diperhitungkan. Apa pun posisinya di masyarakat, apakah sebagai mubalighah, ustazah, tokoh profesional atau ibu rumah tangga. Peran mencerdaskan pemikiran umat harus dilakukan di kalangan Muslimah, agar arah perubahan mengerucut menuju perubahan hakiki dengan Islam kaffah. []
Oleh: Sari Diah Hastuti
(Aktivis Muslimah di Sleman, DIY)
Referensi :
https://muslimahnews.net/2025/02/25/35194/
https://www.iwanjanuar.com/cahaya-islam-hilangkan-kegelapan/
https://muslimahnews.net/2025/03/08/35385/
0 Komentar