Topswara.com -- Sudah lebih dari 500 orang syahid dan 700 lebih orang luka-luka di Jalur Gaza pasca kesepakatan Gencatan Senjata antara Israel dan Hamas. Israel kembali melanjutkan serangannya pada Kamis (21/03/2025) dini hari.
Serangan lanjutan ini dilakukan Israel dengan mengerahkan 100 pesawat tempur yang menyerang rumah sipil penduduk. Hal ini dilakukan sebagai bentuk tekanan Israel kepada Hamas untuk menerima tuntutan Israel agar membebaskan seluruh sandera dan korban tewas.
Serangan ini dilakukan saat memasuki tahap dua perjanjian gencatan senjata dengan tuntutan hamas di tahap kedua termasuk penarikan penuh Israel dari Gaza, diakhirinya blokade, rekonstruksi wilayah dan dukungan finansial. Tuntutan hamas dalam gencatan senjata ini mengarah pada kemungkinan diberlangsungkannya gencatan senjata permanen.
Serangan lanjutan yang dilakukan Israel diakui telah disetujui oleh AS dengan kepemimpinan Trump. AS memberikan dukungan penuh atas kelanjutan serangan ke wilayah Gaza di Tengah perjanjian gencata senjata yang telah disepakati.
Serangan ini telah dengan jelas menunjukkan adanya pelanggaran perjanjian yang dilakukan oleh Israel dan AS sebagai pendukungnya. Belum diketahui dengan jelas efek dari serangan lanjutan Israel terhadap perjanjian gencatan senjata Israel Hamas yang dilakukan Januari 2025 lalu.
Pelanggaran perjanjian atau yang biasa disebut wanprestasi terjadi tatkala salah satu dari pihak yang membuat perjanjian tidak menunaikan kesepakatan perjanjian yang dibuat. Wanprestasi Israel dalam perjanjian gencatan senjata semacam ini telah seringkali terjadi. Hal ini menunjukkan ketidak sungguhan Israel termasuk pendukungnya AS dalam mengakhiri serangannya di wilayah Gaza.
Bahkan, diakui secara terang-terangan oleh Trump bahwa bahwa mereka bermaksud menguasai wilayah gaza untuk dibangun wilayah keamanan baru versi Israel. Bahkan seorang pengamat politik urusan Israel menyatakan bahwa kembalinya Israel dalam perang di Jalur Gaza sudah dapat diprediksi.
Hal ini tampak dari sikap perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu sejak awal enggan menyepakati isi perjanjian gencatan senjata Israel Hamas.
Serangan lanjutan dan pelanggaran perjanjian yang dilakukan Israel telah jelas menunjukkan dimana posisi Israel dan AS sebagai pendukungnya. Tampak bahwa Israel tak memiliki komitmen dan itikad sungguh-sungguh dalam mengakhiri serangannya di Jalur Gaza.
Bahkan, sejatinya perjanjian demi perjanjian gencatan senjata yang dibuat selama ini seolah menjadi momen bermanfaat bagi Israel untuk mempersiapkan serangan militer yang jauh lebih besar lagi di Gaza.
Israel dengan berbagai dalih terus menerus melanggar perjanjian dalam setiap gencatan senjata. Begitupula dengan AS telah jelas tak pernah serius mengupayakan perdamaian yang selalu digaung-gaungkannya.
Pengingkaran janji oleh Israel dan pengkhianatan AS bukanlah hal yang mengejutkan. Israel dan AS merupakan negara kafir penjajah yang sejak lama menjajah negeri-negeri muslim. Akar histori posisi perseketuan Israel dan AS adalah dalam rangka melemahkan dan menguasai negeri-negeri muslim.
Sejak sistem pemerintahan Islam khilafah runtuh pada tahun 1924 Masehi, menjadikan negara-negara kafir dengan mudah menguasai negeri-negeri muslim di seluruh dunia. Gaza di Palestina merupakan satu dari sekian banyak negeri muslim yang dijajah dan dikuasi oleh negara kafir penjajah.
Hilangnya sistem pemerintahan islam yang menerapkan islam secara kaaffah menjadikan umat islam kehilangan perisai yang mampu melindunginya. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW :
Ø¥ِÙ†َّÙ…َا الْØ¥ِÙ…َامُ جُÙ†َّØ©ٌ ÙŠُÙ‚َاتَÙ„ُ Ù…ِÙ†ْ ÙˆَرَائِÙ‡ِ ÙˆَÙŠُتَّÙ‚َÙ‰ بِÙ‡ِ
”Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR Muttafaqun ’Alayh dll.)
Hilangnya kepemimpinan Islam yang akan mampu menjadi perisai bagi umat islam menjadi sebab utama yang melanggengkan penjajahan atas negeri-negeri muslim di berbagai belahan dunia. Dengan ideologi kapitalisme demokrasi yang dibawanya, makin memudahkan negara-negara kafir menjajah negeri-negeri muslim.
Sistem demokrasi yang lahir dari ideologi kapitalisme diterapkan di berbagai negeri muslim hari ini. Hal ini semakin memberi ruang bagi negara kafir penjajah menguasasi umat islam dari berbagai sisi.
Dengan sistem kehidupan yang dijauhkan dari Islam, menjadikan negeri muslim terus mengikuti standar sistem kehidupan yang ditetapkan negara kafir penjajah. Umat Islam hari ini jauh dari kemuliaannya lantaran terus mengekor dan menjadi follower negara-negara kafir.
Umat Islam hanya akan bangkit dan Kembali mulia dengan menerapkan Sistem Kehidupan Islam yang diturunkan Allah Swt. Sistem kehidupan Islam yang dulu telah diterapkan selama 13 abad lamanya dan terbukti mampu menjadikan Islam menjadi peradaban yang unggul melampau peradaban-peradaban lainnya.
Umat Islam akan bangkit dengan mengikuti apa yang menjadikan umat islam terdahulu bangkit. Imam Malik bin Anas rahimahulLah menyatakan,
Ù„َÙ†ْ ÙŠُصْÙ„ِØَ آخِرَ Ù‡َØ°ِÙ‡ِ الأُÙ…َّØ©ِ Ø¥ِلاَّ Ù…َا Ø£َصْÙ„َØَ Ø£َÙˆَّÙ„َÙ‡َا
“Tidak akan bisa memperbaiki kondisi generasi akhir umat ini kecuali apa yang telah mampu memperbaiki kondisi generasi awal umat ini.” Artinya, umat islam dulu bisa menjadi baik dan bangkit dengan Islam. Karena itu sekarang pun mereka hanya bisa baik dan bangkit dengan Islam.
Jelas bahwa mengupayakan solusi dengan diplomasi dan negosiasi perjanjian tak mampu menjadi harapan untuk mencapai kemerdekaan kaum muslim di Palestina. Hanya dengan perubahan total kepada penerapan sistem kehidupan Islam saja lah, harapan kemerdekaan itu dapat terwujud.
Islam dengan sistem pemerintahannya khilafah akan berupaya dengan sungguh-sungguh melepaskan diri dari penjajahan negara kafir. Khalifah/Imam sebagai pemimpin negara yang menerapkan Islam secara kaffah, akan mampu dengan berani memobilisasi tentara negeri-negeri muslim untuk berjihad melawan agresi militer israel dan pendukungnya AS.
Hal ini hanya akan terwujud bila sistem pemerintahan yang menerapkan islam secara kaffah hadir di Tengah-tengah umat.
Kemerdekaan kaum muslim di Gaza Palestina tentu menjadi kerinduan seluruh bagian dari umat ini. Kemerdekaan Palestina menjadi tanda bebasnya Masjidil Aqsa dari tangan negara kafir penjajah. Kerinduan yang sama juga diberikan untuk kemerdekaan hakiki negeri-negeri muslim di berbagai belahan dunia dari penguasaan negara kafir penjajah.
Tak akan mampu terwujud kemerdekaan hakiki bagi dunia islam, selama masih memberi ruang bagi negara kafir untuk menjajah negeri muslim melalui system hidup yang dibawanya. Karena itu, perjuangan pada upaya mengembalikan penerapan islam secara kaffah dalam khilafah tentu haruslah menjadi visi perjuangan umat Islam hari ini.
Wallahua’lam bi shawab.
Oleh: Habibah Bahrun Al Hamidy
Aktivis Muslimah
0 Komentar