Topswara.com -- Lagi dan lagi, Zionis Yahudi mengkhianati perjanjian. Lebih dari 100 warga Palestina tewas akibat tembakan tentara Israel di Gaza sejak berlakunya perjanjian gencatan senjata 19 Januari 2025 silam.
Zionis juga menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan dan bahan-bahan pertolongan ke daerah kantong Gaza.
Pembatasan jemaah salat di kompleks Masjid Al-Aqsa selama ramadan dengan dalih keamanan juga di lakukan oleh Zionis Yahudi. Semua hal ini menunjukkan bahwa wilayah Palestina masih dalam penjajahan, baik jalur Gaza maupun Tepi Barat. Selama keamanan kaum muslimin masih berada di tangan orang kafir maka hal ini menunjukkan Palestina belum merdeka.
Mirisnya, Perdana Menteri Zionis Benjamin Netanyahu sedang berstrategi untuk mengingkari perjanjian gencatan senjata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hamas yang menyebutkan bahwa Netanyahu berusaha membatalkan perjanjian gencatan senjata yang telah ditandatangani, untuk memenuhi perhitungan politiknya dengan mengorbankan tawanan Zionis di Gaza.
Hamas menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan upaya terang-terangan untuk menghindari perjanjian dan menghindari perundingan untuk tahap kedua setelah kesepakatan gencatan senjata (alinea.id, 5/3/2025).
Kurun waktu enam minggu pertama dari kesepakatan gencatan senjata, namun Zionis Yahudi belum juga setuju untuk melanjutkan ke fase perjanjian kedua yaitu kesepakatan untuk mengakhiri perang di Gaza. Setelah banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh Zionis Yahudi.
Hukum seakan tidak berfungsi bagi Israel karena ia memiliki pendukung negara super power yang mengklaim sebagai polisi dunia yaitu AS. Maka wajar jika hukum Internasional tidak akan pernah bisa menghentikan Zionis Yahudi dengan polah jahatnya.
Zionis Yahudi berusaha untuk mempertahankan wilayah Palestina sebagai jajahannya. Segala upaya dilakukan oleh AS dan kroninya untuk menyokong Zionis Yahudi dengan segala cara dan penggelontoran dana.
Akhir-akhir ini mulai kelihatan mereka harus menggunakan cara politik dan militer untuk melakukan penekanan, bahkan di Al Quds sekalipun. Tak lain karena dana yang sudah cukup besar dikeluarkan tapi mereka belum berhasil merebut Palestina sebagaimana yang mereka inginkan.
Rakyat Palestina dengan keteguhan imannya tak akan surut tekatnya dalam menghadapi penekanan dan kejahatan Zionis yang di baking oleh AS. Namun, perlu diketahui juga oleh umat Islam di seluruh dunia bahwa seharusnya Ramadan ini digunakan untuk menguatkan azzam dalam perjuangan mengusir penjajah.
Penjajahan yang dilakukan Zionis tidak akan hilang dengan solusi-solusi yang diberikan oleh PBB dan lembaga Internasional lainnya. Lembaga-lembaga ini jelas-jelas dibentuk oleh AS dan berpihak kepada Zionis Yahudi.
Berharap kepada solusi yang ditawarkan oleh Barat dengan pendekatan dan narasi sesat nya soal perdamaian tidak boleh di lakukan oleh umat Islam. Umat juga harus paham bahwa jika sistem kapitalisme yang menganut nasionalisme masih diterapkan, maka mustahil bisa menolong kaum Muslim di Palestina.
Nasionalisme menjadikan sekat-sekat negara bangsa sebagai pemisah persaudaraan seakidah. Sistem buatan Barat ini telah membuat antara negara muslim yang satu tidak bisa memungkinkan secara tuntas menolong negara muslim yang lain.
Zionis Israel adalah muhariban fi’lan yang wajib dan hanya bisa dihadapi dengan bahasa perang bukan yang lain. Hal ini menjadi satu-satunya solusi yang efektif dan tuntas jika di bawah perintah sang khalifah. Berbeda dengan sistem kapitalisme dalam sekup nasionalisme, para pemimpinnya hanya bisa mengecam.
Dalam sistem pemerintahan Islam, seorang pemimpin (khalifah) akan mengirimkan tentaranya untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Zionis Israel.
Terlebih lagi, Palestina merupakan tanah kharajiyah dibawah penaklukkan Umar bin Khattab pada masa itu dan sampai kapan pun tanah itu akan menjadi tanah milik kaum Muslimin. Disini berarti wajib bagi seluruh kaum Muslim untuk mempertahankan miliknya dan mengambil kembali tanah Palestina.
Namun, kondisi sekarang ini di mana kaum Muslim tidak memiliki payung kekuasaan menjadikan kaum muslimin lemah. Harusnya khalifahlah yang memimpin pembebasan Palestina dengan pengiriman tentara-tentara kaum muslim. Sehingga menegakkan kembali khilafah adalah qadliyah mashiriyah yang wajib menjadi agenda utama umat Islam. []
Oleh: Imro’atun Dwi P., S.Pd.
(Aktivis Muslimah di Bantul, DIY)
0 Komentar