Topswara.com -- Ambisi Donald Trump untuk menguasai Gaza sangat kentara tatkala Trump mengancam warga Gaza dengan mengatakan mereka semua akan “mati” jika tawanan terus ditahan di sana, Trump mengatasnamakan tawanan agar melancarkan ambisinya.
Israel pun makin memiliki angin segar dan berkelakar akan memulai kembali perang terhadap Gaza. Mereka menghalangi gencatan senjata agar tidak masuk pada tahap kedua.
Tatkala negara-negara Arab mendukung rencana Mesir untuk membangun kembali Gaza yang menolak pemindahan penduduk Palestina, namun justru Washington telah menolak usulan Mesir mengenai Gaza. Hal ini merupakan upaya pengambilalihan Gaza.
Atas penolakan Washington ini, para pemimpin Muslim seperti "diam" seakan suara Washington adalah harga mati yang tak bisa dirubah lagi. Hal ini secara gamblang menunjukkan bahwa para pemimpin Muslim terus berada dalam kendali AS.
Sikap Warga Gaza
Bagi warga Gaza, ancaman terbaru Presiden AS Donald Trump terasa seperti pembenaran untuk melakukan kekejian lebih lanjut dan hukuman kolektif terhadap mereka. Warga Gaza menjadi skeptis dalam upaya internasional, sebab mereka kelelahan akibat dampak perang. Sebab tak ubahnya upaya internasional itu layaknya pepesan kosong yang tiada arti.
Salah seorang warga Gaza bernama Yasser al-Sharafa (59) mengatakan dia mengabaikan ancaman-ancaman ini karena dia tidak memiliki apa-apa lagi yang bisa hilang. Bahkan jika warga Gaza menyerahkan tawanan, tidak akan ada yang berubah. Mereka sudah kehilangan kepercayaan terhadap dunia.
Bahkan warga Gaza yakin ancaman Trump adalah bagian dari perang psikologis yang ditujukan untuk memaksa orang keluar dari Gaza. Karena mereka bersikeras bahwa apa pun yang terjadi, mereka tidak akan pernah menyerahkan haknya untuk hidup di Gaza, tanah airnya (republika.co.id, 08/03/2025).
Kata Indonesia tentang Gaza
RI Sugiono selaku Menteri Luar Negeri (Menlu) mengusulkan kepada Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) tiga kunci dalam merespons situasi di Palestina. Menlu menegaskan tiga langkah, yang pertama adalah menjamin semua isi kesepakatan gencatan senjata tetap dipatuhi semua pihak.
Langkah kedua adalah memastikan rencana pemulihan dan rekonstruksi Gaza ke depan dilakukan benar-benar sesuai dengan kepentingan rakyat Palestina.
Ketiga adalah dengan mewujudkan solusi dua negara. Ia menyerukan supaya dorongan tersebut diperkuat di berbagai forum dunia, termasuk OKI, Liga Arab, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (republika.co.id, 08/03/2025).
Kebohongan Trump dan Pengkhianatan Para Pemimpin Muslim
Nyatanya Trump menipu Mesir dan Yordania dengan berkelakar bahwa mereka akan membangun kembali Gaza. Ungkapan Trump yang tidak konsisten sejak awal telah menunjukkan bahwa dia hanya fokus pada satu hal yaitu mengambil alih Gaza dan memberikannya kepada Zionis.
Di sisi lain, Pengkhianatan pemimpin negara-negara Arab dan pemimpin negeri Muslim terdekat seperti Mesir dan Yordania telah jelas di depan mata. Mereka telah berada di pihak Trump, hal ini mendorong Trump semakin berani dalam setiap ucapannya.
Usulan kepada OKI dalam memastikan gencatan senjata disepakati semua pihak berulangkali telah dilanggar oleh Israel yang merupakan pelanggaran berat dalam HAM. Bahkan jika kita telaah solusi yang ditawarkan Menlu kepada OKI memperkuat upaya mewujudkan solusi dua negara adalah hal yang keliru. Sebab bagaimana bisa tanah yang sejatinya milik warga Palestina harus rela dibagi dua pada penjajah. Hal ini akan menormalisasi penjajahan di atas dunia.
Sejatinya kaum Muslim harus menyadari bahwa tidak cukup hanya mengecam dan mengutuk, tetapi seharusnya berupaya untuk mengirimkan bantuan militer untuk membantu Palestina. Hal tersebut hanya menjadi sebuah harapan tanpa ujung sebab kaum Muslim saat ini terpecah-belah akibat sekat-sekat nasionalisme.
Khilafah dan Jihad Solusinya
Sejatinya satu-satunya solusi untuk menolong Muslim Palestina adalah dengan mengupayakan dan menyerukan jihad dan khilafah. Sebab mereka hanya bisa diperangi dalam upaya menundukkannya.
Negara khilafah akan mampu memberikan jaminan keamanan dan keselamatan, serta menjadi negara adidaya yang memiliki wibawa di dunia internasional karena kekuatan ideologi Islam.
Hal ini hendaknya terus digaungkan untuk membentuk kesadaran umum di tengah-tengah umat bahwa Islam juga siyasiyah (politik) yang mengatur permasalahan umat dan kehidupannya, bukan semata mengatur ibadah ritual saja.
Sebagaimana Allah SWT. berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara menyeluruh dan janganlah ikuti langkah-langkah setan! Sesungguhnya ia musuh yang nyata bagimu” (QS. Al-Baqarah: 208).
Untuk menaikkan taraf berpikir umat dibutuhkan Partai Ideologis Islam. Partai ini akan mencerdaskan umat agar memiliki kacamata ideologis dalam melihat problem Palestina dan tidak mudah tertipu dengan narasi yang diciptakan Barat dan anteknya, juga senantiasa akan menawarkan solusi hakiki yakni khilafah. []
Oleh: Pani Wulansary, S.Pd.
(Pendidik dan Ibu Generasi)
0 Komentar