Topswara.com -- Baru-baru ini, sebuah video yang menampilkan siswi-siswi di sebuah lembaga sekolah SMA di Cianjur yang melakukan tespack telah menjadi viral dan memicu polemik. Dalam video tersebut, terlihat siswi-siswi antri masuk toilet dan menyerahkan sampel urinenya untuk dites oleh seorang guru.
Kebijakan ini telah mendapat sorotan dari berbagai pihak, termasuk Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama, serta menjadi ramai oleh berbagai komentar dari netizen. Ada yang mengkritik bahwa kebijakan ini sebagai pelanggaran hak privasi dan diskriminasi terhadap siswi.
Akan tetapi ramai juga yang mendukung kebijakan ini, karena dijadikan sebagai salah satu cara pencegahan pergaulan bebas.
Tidak dapat dipungkiri, pergaulan bebas di kalangan remaja telah menjadi salah satu masalah sosial yang cukup serius di Indonesia. Fenomena ini telah mengakibatkan banyak para siswi yang hamil di luar nikah, yang tidak hanya mempengaruhi masa depan mereka, tetapi juga berdampak pada kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
Bahkan, beberapa waktu lalu, media nasional melaporkan bahwa banyak permohonan dispensasi nikah yang diajukan oleh pasangan muda yang belum mencapai usia nikah yang sah (Kompas com, 10 Januari 2025).
Hal ini menunjukkan bahwa pergaulan bebas di kalangan remaja telah menjadi masalah yang memerlukan perhatian serius dari pemerintah, sekolah, dan masyarakat.
Namun, langkah ini bagai panggang jauh dari api. Permasalahan kehamilan remaja hanya salah satu gejala dari pergaulan bebas yang lebih luas. Sayangnya, permasalahan lainnya yang lebih kompleks, seperti penyebaran penyakit menular seksual, kekerasan seksual, dan kenakalan remaja, tidak mendapat perhatian yang memadai.
Testpack kehamilan tidak menyentuh akar masalah dari pergaulan bebas ini, bahkan justru menambah masalah. Jika dijadikan acuan, maka akan terjadi kesalahpahaman bahwa remaja yang tidak hamil berarti terbebas dari pergaulan bebas atau dianggap tidak ada kenakalan remaja dan ini hanya fokus kepada perempuan saja.
Lantas bagaimana dengan siswa laki-laki yang memang tidak terlihat signifikan dampak dari pergaulan bebasnya, padahal sama-sama melakukan seks bebas.
Semua ini dapat terjadi karena banyak faktor yang berpengaruh terhadap rusaknya pergaulan remaja hari ini, seperti tidak adanya aturan interaksi yang jelas antara laki-laki dan perempuan, serta kebebasan berprilaku dan gaya hidup yang permisif.
Hal ini merupakan akibat dari diterapkannya sistem sekularisme dan kapitalisme yang cenderung mengabaikan nilai-nilai moral dan agama. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan masalah ini, diperlukan upaya yang sistemik dan menyeluruh, yang tidak hanya menangani gejala-gejala permukaan saja, tetapi juga menyentuh akar masalahnya, yaitu nilai-nilai dan sistem yang mendasari perilaku remaja.
Nilai-nilai tersebut hanya ada dalam Islam. Karena hanya nilai-nilai ajaran Islam yang mampu memberikan solusi yang komprehensif dan menyeluruh untuk mengatasi masalah pergaulan remaja yang rusak.
Dalam sistem Islam, konsep pendidikannya berlandaskan aqidah Islam, sehingga mampu mencetak generasi yang takwa dan memahami syariat pergaulan Islam. Hal ini akan mencegah kemaksiatan, termasuk pergaulan bebas.
Selain itu, Islam juga mewajibkan adanya kontrol masyarakat melalui amar makruf nahi munkar, di mana masyarakat tidak mengabaikan kemunkaran.
Dengan demikian, perilaku kemaksiatan dapat dicegah. Dan terakhir, peran negara juga sangat penting dalam mencegah kerusakan remaja dengan menerapkan sanksi yang menyebabkan efek jera kepada pelaku maksiat.
Dengan demikian maka akan dapat membentuk masyarakat baik. Sebagaimana firman Allah subhanawata'ala dalam Surat Ali 'Imran ayat 110. Ayat ini berbunyi:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”.
Wallahu'alam bisshawwab.
Oleh: Suniangsih
Aktivis Muslimah
0 Komentar