Topswara.com -- Telah disepakati genjatan senjata antara Israel dan pejuang Gaza pada Sabtu, 25 Januari 2025. Gencatan senjata ini disepakati untuk bertukar sandera dari masing-masing pihak. Namun ternyata kedua belah pihak saling menuduh telah melakukan pelanggaran.
Ribuan warga Palestina dicegah di Koridor Netzarim saat hendak kembali ke rumah mereka di Jalur Gaza utara. Bahkan tembakan juga sempat keluar dari senapan tentara Israel. Warga Gaza dilarang kembali ke rumah mereka sebelum tahanan warga sipil Israel di bebaskan (kompas.com, 26/01/25).
Euforia umat Islam atas gencatan senjata di Gaza sangat terasa. Bagaimana pun hal ini memberikan sedikit nafas lega bagi warga Gaza agar mereka bisa memanfaatkan nya untuk memulai hidup yang baru. Berbondong-bondong ribuan warga Gaza yang mengungsi ingin kembali pulang ke rumah mereka.
Sekalipun rumah mereka tinggal puing-puing. Mereka ingin merasakan hidup normal tidak dalam tekanan kezaliman tentara Israel. Hal ini menjadikan umat Islam juga merasakan kegembiraan. Namun, umat tidak boleh tertipu.
Gencatan senjata, bukanlah solusi hakiki. Sebagaimana kejadian sebelumnya, Israel pasti akan mengingkari perjanjian. Sehingga ini tidak akan menghentikan penjajahan dan genosida.
Bertepatan dengan bulan Rajab dan peringatan isra' mi'raj maka moment ini harus dimanfaatkan. Penyadaran ummat secara masif harus terus dilakukan. Maka, aksi bela Palestina yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Di mulai dari Jakarta pada 26 Januari 2025 berlanjut di kota Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Balikpapan pada 2 Fabruari 2025 telah terlaksana.
Seruan untuk membebaskan Palestina dengan jihad bergema di tengah-tengah aksi. Ribuan massa memadati tempat pelaksanan aksi sebagai kepedulian terhadap saudaranya sesama Muslim. Dorongan keimananlah yang membuat mereka rela meninggalkan aktivitas yang lain guna mengikuti aksi bela Palestina.
Peserta aksi juga menyerukan agar pengiriman tentara segera di lakukan oleh negeri-negeri Muslim merupakan suatu keniscayaan yang harus dilakukan. Ini bukan hanya sebatas aksi kemanusiaan tapi dorongan keimanan sebagai saudara sesama Muslim.
Sebagaimana hadis Rasullullah: “Perumpamaan kaum mukmin dalam hal cinta dan kasih sayang mereka adalah seperti satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, seluruh tubuh terjaga (tidak bisa tidur) dan merasakan demam” (HR Muslim).
Kaum Muslim seluruh dunia wajib untuk membela dan mempertahankan tanah Palestina dari penguasaan kaum yahudi. Solusi dua negara sebagaimana yang di gagasan oleh Barat adalah tipu daya belaka.
Harusnya kaum Muslimin seluruh dunia menolak solusi ini. Sebagaimana Khalifah Abdul Hamid II melindungi tanah Palestina dari bujuk rayu yahudi. Theodore Hazel sang Yahudi menghadap Sultan Abdul Hamid dan mengajukan 150 juta pounsterling untuk membeli sejengkal tanah Palestina.
Dengan tegas beliau menolak karena tanah Palestina adalah tanah milik kaum muslimin yang berstatus tanah kharajiyah. Jadi selamanya harus dipertahankan menjadi milik kaum Muslimin.
Jika kesadaran umat terbentuk maka umat akan ikut berjuang untuk mewujudkannya. Sehingga Palestina dapat dibebaskan dengan jihad dalam naungan khilafah. Maka dari itu umat membutuhkan adanya kepemimpinan jamaah dakwah ideologis yang dapat menghantarkan pada tujuan ke sana.
Semoga Allah segera memberikan pertolongan sehingga persatuan umat dalam institusi negara dapat tercipta. Dengan adanya khilafah maka umat Islam akan terlindungi. Gaza terbebaskan dan ummat Islam tak lagi bagai anak ayam kehilangan induknya.
Sebagaimana hadis Rasulullah: “Sesungguhnya imam/khalifah adalah perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung. Jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya, ia harus bertanggung jawab atasnya” (HR. Muslim). []
Oleh: Imro’atun Dwi P, S.Pd.
(Aktivis Dakwah di Bantul, DIY)
0 Komentar