Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mental Remaja Lemah karena Sistem yang Lemah

Topswara.com -- Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut remaja yang menderita kesehatan mental sangat tinggi, yaitu mencapai 15,5 juta orang atau setara 34,9 persen dari total remaja Indonesia. 

Wakil Menteri Kementerian Kependudukan Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka mengatakan generasi muda saat ini memang menghadapi tantangan yang semakin kompleks, salah satunya adalah isu kesehatan mental di kalangan remaja (tempo.co, 15/2/2025).

Dengan ini berarti kondisi negeri sedang tidak baik-baik saja dengan adanya fakta bahwa kesehatan mental pada remaja ini juga tidak baik-baik saja. Padahal keberadaan remaja di negeri ini adalah suatu hal yang penting untuk kemajuan dan perkembangan bangsa dan negara. Masa depan remaja adalah masa depan di negeri ini juga. 

Tetapi sungguh memprihatinkan dan menyedihkan apabila kondisi remaja kita saat ini mengalami kemunduran bahkan terjadi gangguan atau penyakit mental dengan beberapa kasus yang terjadi seperti yang sudah diberitakan baru-baru ini. 

Seperti misalnya banyak berita-berita saat ini yang menyampaikan tentang masalah remaja yang sedang terjadi itu di antaranya tawuran, perundungan, penganiayaan, pergaulan bebas, narkoba, bahkan pembunuhan dan masih banyak yang lain kasus-kasus yang terjadi. Sungguh menjadi berita yang sudah tidak asing lagi di telinga kita.

Kalau kondisi remaja di negeri ini mengalami masalah yang demikian, bagaimana dengan masa depan negeri ini. Masa depan negeri tergantung kepada kondisi kesehatan mental remaja.

Sebenarnya masalah remaja ini adalah masalah cabang. Akar dari masalah ini yang terjadi adalah karena adanya sistem di negeri ini yang lemah dan merusak. Tidak mendukung kepada pertumbuhan anak yang lebih baik tetapi malah sebaliknya. 

Yakni sistem kapitalisme sekuler yang sudah mendarah daging di negeri ini sehingga memunculkan paham kebebasan, hedonis yang sudah tidak berlandaskan kepada akal, naluri, serta panca indra yang dimiliki oleh manusia itu sendiri. Tetapi semua berjalan hanya berdasarkan nafsu setiap manusia yang tidak terikat kepada aturan yang benar. 

Dari pemikiran kapitalisme ini mewujudkan keluarga yang tidak bisa memenuhi pola asuh terhadap anak yang lebih baik seperti yang kita harapkan semua. Karena para orang tua dituntut untuk bekerja banting tulang demi untuk mencukupi kebutuhan mereka yang juga tidak baik-baik saja kesejahteraannya. 

Dengan adanya ketimpangan kesejahteraan ini menjadikan para ayah berusaha sekuat tenaga dalam minimnya lapangan pekerjaan di luar sana. Dengan begitu seorang ibu juga terpaksa harus ikut andil juga dalam mengambil peran untuk mencari nafkah sehingga terpaksa harus meninggalkan anak-anaknya yang seharusnya mendapatkan bimbingan dan didikan dari seorang ibu yang seharusnya menjadi kewajibannya sebagai ummun warobatul bait dan madrasah utama bagi anak-anaknya. 

Maka anak-anak akan tergerus kasih sayang dan perhatiannya serta juga pendidikannya dari keluarganya yang seharusnya di rumahnya adalah tempat yang teraman dan ternyaman bagi dirinya. Sehingga yang terjadi mereka anak-anak remaja akan mencari kenyamanan tersendiri di lingkungan luar. 

Namun apa yang didapat justru malah pergaulan bebas, tidak terarah, dan kerusakan. Semua itu menjadikan anak-anak remaja menjadi bermental lemah, tidak bisa menghadapi kenyataan dan gampang terpengaruh pada kehidupan yang menyesatkan. 

Ditambah lagi dengan adanya kondisi masyarakat yang tidak bisa menjadi kontrol masyarakat, apa yang terjadi pada lingkungannya. Dengan adanya pemikiran sekuler kapitalis, masyarakat yang terjadi hanya mementingkan dirinya sendiri masing-masing tanpa melihat permasalahan sekitar atau sesama. 

Serta mereka berlaku menjalankan kehidupan yang jauh dari peraturan agama. Tidak memandang baik buruknya maupun tanpa mengambil standar halal haram. Bahkan dalam upaya amar makruf nahi mungkar pun telah mereka abaikan. 

Sehingga masyarakat benar-benar terlepas dari aturan yang benar dan ujung-ujungnya yang menjadi korban anak-anak remaja. Menjadikan mereka remaja yang berjiwa mental lemah.

Makin lengkap lagi dengan kondisi negara yang telah mengadopsi sistem kapitalis sekuler ini. Menjadikan kondisi rakyatnya tidak ada pengayoman dan perlindungan dari negara yang seharusnya negara menjadi penanggung jawab dan pelindung bagi rakyatnya.

Para penguasa di negeri hanya mementingkan urusan pribadinya tanpa melihat permasalahan yang terjadi pada umat. Seolah mereka sudah lepas tanggung jawab dari kekuasaannya. 

Lalu kepada siapa lagi umat akan mengadu tentang permasalahan yang terjadi pada kehidupan mereka. Sementara saat ini masalah yang terjadi tidak hanya satu cabang saja tapi beberapa sehingga menjadikan kondisi bangsa dan negeri ini mengalami kemunduran. Dari hilangnya kesejahteraan pada masyarakat karena tidak ada jaminan dari pemerintah sampai kepada kondisi anak remaja yang mengalami masalah lemah mental ini atau gangguan mental. 

Untuk itu saatnya kita mengubah pemikiran secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat maupun negara dengan konsep peraturan kehidupan yang lebih baik. Yang tidak lain dengan konsep pemikiran atau sistem yang sempurna yaitu sistem Islam kaffah. 

Dengan penerapan sistem Islam kaffah di setiap kehidupan secara menyeluruh maka akan kita petik hasilnya secara sempurna juga karena apa yang dibawanya pada sistem ini adalah menerapkan aturan langsung dari Pencipta yang tidak lain adalah untuk kemaslahatan umat itu sendiri.

Dengan Islam, suatu keluarga akan menjalankan peran sesuai dengan fitrahnya masing-masing. Ayah akan berperan tugasnya sebagai seorang ayah, dan ibu juga akan menjalankan perannya sebagai ibu. Sehingga mereka anak-anaknya tidak akan kehilangan sosok ayah dan ibu pada diri mereka dan akan mendapatkan kenyamanan dan keamanan di dalam rumah mereka sehingga tidak akan terpengaruh dengan dunia luar. 

Dengan keimanan pula akan terbentuk suatu akhlak yang baik yang bisa mengontrol kehidupan mereka. Bisa membedakan mana yang baik dan buruk dan bisa memilih mana perbuatan yang terpuji maupun yang tercela. 

Selain itu, Islam yang diterapkan di tengah masyarakat pula bisa menjadikan kontrol masyarakat sehingga sehingga tidak ada celah sedikitpun untuk melakukan pelanggaran karena kepedulian akan terwujud dalam kehidupan bermasyarakat ini.

Sempurna lagi dengan adanya negara yang menerapkan peraturan yang baku yaitu sistem Islam secara kaffah ini. Negara bisa menjadi Junnah (perisai) bagi umat Islam khususnya, dan rakyat pada umumnya, meniscayakan imam yang harus kuat, berani, terdepan. Bukan orang yang pengecut dan lemah. 

Bahkan kekuatan ini bukan hanya pada pribadinya tetapi juga institusi negaranya. Karena kekuatan ini dibangun dengan pondasi pribadi dan negaranya yang sama yaitu dengan akidah Islam.

Dalam Islam, negara juga menjadi raa'in, yaitu pemimpin yang tidak otoriter, apalagi diktator, juga tidak lemah. Tetapi dia menjadi pengurus atau pemelihara yang bertanggung jawab atas siapapun yang dipimpinnya berlandaskan Islam. Menjadi penting sekali bagi umat Islam sekarang untuk membentuk mental raa'in ini pada remaja Muslim.

Dari Ibnu Umar r.a. dari Nabi SAW, "Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban pelihara rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin atas anggota keluarganya dan akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang istri adalah pemimpin atas rumah dan anak-anaknya dan akan ditanya perihal tanggung jawabnya. Seorang pembantu rumah tangga bertugas memelihara barang milik majikannya dan akan ditanya tentang pertanggungjawabannya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya atas pertanggungjawabannya" (HR. Bukhari dan Muslim).

Sungguh indahnya sistem Islam diterapkan di semua aspek kehidupan, pada satu kepemimpinan yaitu khalifah dalam naungan daulah islamiyyah. Remaja akan dibimbing dan dibentuk menjadi karakter generasi cemerlang yang berjiwa kuat dan mulia untuk memberikan kontribusi dan masa depan bangsa negara ini dengan merujuk pada keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. []


Oleh: Dwi Sukandari
(Guru TPQ di Bantul, DIY)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar