Topswara.com -- Viral di media sosial video seorang remaja putri mengamuk dan mengancam membunuh orangtuanya menggunakan senjata tajam. Diduga, remaja tersebut melakukan tindakan tersebut karena tak dibelikan skincare. Dari penelusuran, peristiwa itu terjadi di Desa Kejambon, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Kompas.co (1/2/2025).
Miris memang generasi saat ini sumbu pendek, emosi sedikit langsung akan membunuh, untungnya kejadian tersebut dipergoki oleh nenek dan saudaranya sehingga anak tersebut tidak jadi membunuh. Padahal jika dilihat permasalahan sepele hanya tidak dibelikan skincare.
Mengapa generasi saat ini tidak dapat mengontrol emosinya? Sebenarnya kasus seperti ini bukan sekali dua kali, beberapa waktu viral seorang remaja putra membunuh teman perempuannya lantaran cintanya ditolak. Kemudian ada anak yang tega membunuh ayah dan neneknya.
Jika dilihat banyak faktor generasi sumbu pendek, pertama circle pertemanan yang menganggap bahwa cantik harus putih glowing, sehingga mengharusnya dia membeli skincare untuk merawat diri. Ditambah tontonan sekarang terlebih di sosial media seperti Instagram, TikTok yang mana marak influencer yang menginfluence bahwa cantik putih mulus, bebas jerawat, sehingga banyak remaja SMP, SMA sudah berbondong-bondong membeli skincare.
Kedua, maraknya kasus anak melakukan pembunuhan terhadap orang tua ataupun teman, ini menjadi pemicu untuk remaja lainnya juga berbuat demikian. Sehingga sangat bahaya sekali fenomena ini.
Ketiga, kegagalan sistem pendidikan hari ini yang orientasinya materi, menganggap materi segalanya, menganggap cantik adalah tujuan semua perempuan, sehingga ia rela merogoh kocek dalam untuk tampil cantik ala sistem hari ini. Pendidikan hari ini gagal bagaimana seseorang mengontrol emosi, gagal bagaimana cara menghormati orang tua, gagal mencetak generasi faqih fiddin.
Semua ini diakibatkan dari sistem sekularisme kapitalisme yakni memisahkan agama dari kehidupan, orientasi mereka materi. Sehingga tidak heran jika ada anak mau membunuh orang tua, karena dia tidak lagi memikirkan pahala dan dosa, yang ada dipikirannya adalah bagaimana cara mendapatkan uang untuk membeli skincare.
Rasulullah SAW bersabda, "Kehinaan, kehinaan, kehinaan."
Para sahabat bertanya, "Siapa wahai Rasulullah?" Nabi SAW menjawab, "Orang yang mendapati kedua orang tuanya masih hidup ketika mereka sudah tua, baik salah satunya atau keduanya, tetapi ia tidak masuk surga (karena tidak merawatnya)." (HR Muslim).
Kasus anak membunuh orang tua makin marak, oleh karena itu ini adalah problem yang sistemis sehingga dibutuhkan solusi yang sistemis. Yakni pertama, di keluarga ditanamkan akidah yang kuat sehingga, ketika dia akan melakukan aktivitas akan memikirkan apakah menghasilkan dosa atau pahala.
Termasuk bagaimana menyikapi permasalahan jika tidak ada uang untuk membeli skincare, dia akan memprioritaskan mana kebutuhan dan keinginan.
Kedua, di lingkungan masyarakat akan dilakukan amar makruf nahi mungkar, sehingga ketika ada penyimpangan atau pelanggaran hukum syarak tidak segan-segan menegurnya.
Ketiga, peran negara disini membuat kurikulum yang berbasiskan akidah Islam. Sehingga generasi yang lahir adalah generasi fakih fiddin, mampu mengontrol emosi, dia akan senantiasa birul walidain, mereka akan takut jika durhaka kepada orang tua. Mereka tidak akan gelisah ketika tidak bisa membeli skincare, yang mereka gelisahkan adalah bagaimana caranya menyelesaikan problematika umat.
Dalam Islam anak akan senantiasa diajarkan untuk berbakti kepada kedua orang tua, karena merekalah yang telah merawat dan membesarkan sampai saat ini. Rasulullah SAW bersabda, "Dua peruntukan dosa yang Allah cepatkan azab (siksanya) di dunia yaitu zalim dan al'uquq (durhaka kepada orang tua)." (HR Hakim).
Oleh karena itu jika menginginkan generasi yang berbakti kepada orang tua, maka tidak ada pilihan lain selain mengganti sistem saat ini dengan sistem Islam.
Oleh: Alfia Purwanti
Analis Mutiara Umat Institute
0 Komentar