Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mengapa Jelang Ramadhan Kebutuhan Pokok Naik?

Topswara.com -- Bulan suci Ramadhan sebentar lagi. Suatu fenomena ketika menjelang ramadhan yang terus berulang. Apa itu? Yah, ini dia Kenaikan harga pangan pokok, yang senantiasa melonjak drastis ketika bulan puasa tiba.

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan peringatan dini terkait potensi kenaikan harga sejumlah komoditas pangan menjelang bulan Ramadan 2025. Adapun komoditas pangan yang menjadi perhatian utama adalah telur ayam ras, daging ayam ras, cabai merah, cabai rawit, dan minyak goreng.

Pasalnya, sejumlah pangan tersebut diprediksi akan mengalami lonjakan harga akibat meningkatnya permintaan selama bulan puasa dan menjelang Hari Raya Idul Fitri Rubicnews.com (7-02-2025).

Berdasarkan peringatan tersebut, terlihat dibeberapa daerah wilyah Kalimantan sudah mendapatkan kenaikan harga bahan pokok. Dilansir tribunkaltim.co 7/2/2024, Menjelang Bulan Suci Ramadan 2025, harga bahan pokok di Pasar Taman Rawa Indah (Tamrin), Tanjung Laut Indah, Bontang Selatan, terpantau mengalami lonjakan signifikan. Kenaikan harga paling mencolok terjadi pada minyak goreng dan gula, yang terus naik dalam beberapa minggu terakhir.

Kenaikan harga bahan pokok menjadikan sebuah aroma fenomena ini menjadi hal yang lumrah untuk masyarakat Indonesia. Di setiap agenda keagamaan apalagi saat menyambut bulan ramadhan, idul fitri dan pergantian tahun, maka secara spontan akan menjulang tinggi dari biasanya. Hal ini, tentu akan sangat Menyengsarakan rakyat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari.

Kenaikan harga-harga menjelang ramadan terus berulang. Hal ini menunjukkan adanya masalah pendistribusian barang sehingga berpotensi terjadi kelangkaan dan membuat kenaikan harga barang.

Meningkatnya jumlah permintaan menjadi alasan klise meningkatnya harga bahan makanan pokok jelang ramadan. Padahal diakui atau tidak, ada problem lain yang memengaruhi naiknya harga di tengah daya beli masyarakat yang makin menurun, seperti jaminan kelangsungan produksi barang kebutuhan, problem pada rantai pasok (mafia impor, kartel, monopoli, iktikar).

Suasana yang terus berulang ini, sangat jelas memperlihatkan secara konkret betapa bobroknya sistem saat ini dengan dasar tata kelola ala sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan di kehidupan ini. Sistem ini menjadikan para penguasa atau pemerintah kabur dari tanggung jawabnya. 

Sistem Kapitalisme ini justru membuat para pemerintah loyal terhadap para pemodal dan pelaku usaha hingga mampu mengendalikan komoditas. Sehingga pemerintah hanya di cap sebagai regulator semata.

Inilah realitas yang terjadi, dari wajah asli para penguasa yang lahir dalam sistem Kapitalisme-sekularisme. Para penguasa hanya di jadikan sebagai regulator alias pembuat aturan belaka, bukan untuk mengurusi urusan rakyat. Sehingga negara hanya secukupnya saja menyediakan pasokan pangan.

Perlu dipahami oleh semua orang bahwa tugas negaralah yang seharusnya memperhatikan, mengamati dan memastikan apakah komoditas pangan dan terjangkau oleh seluruh rakyatnya atau tidak, apakah ada pihak yang melakukan kecurangan, menimbun barang, atau memonopoli perdagangan barang. 

Sejatinya operasi-operasi yang dilakukan oleh pemerintah sering dilakukan, namun sampai hari ini belum bisa mengurangi setiap masalah kenaikan barang, bukti hal kenaikan barnag setiap menjelang momentum selalu saja berulang.

Maka dari itu selama yang mengatur pangan masih pada sistem kapitalisme neoliberal baik stok harga, penyediaan pasokan pangan dan pangan yang cukup serta terjangkau, sesuai kebutuhan rakyat tidak akan terealisasikan. 

Oleh karena itu, wahai manusia sadari dan ketahuilah, jika tata kelola pangan ini masih di atur pada sistem kapitalisme-sekulerisme, maka stok harga, penyediaan pangan dan pangan yang terjangkau sesuai kebutuhan rakyat tidak dapat teraliasakan. Hanya dalam tata kelola sistem islamlah yang semua itu dapat teralisasi. 

Aturan Islam adalah aturan yang sempurna dan Paripurna dalam menuntaskan seluruh problematika kehidupan. Termasuk dalam menuntaskan masalah mekanisme pasar agar barang komoditas itu sesuai permintaan yang menjadi kebutuhan rakyat.

Dalam Islam fungsi dari pemerintah ialah menguris rakyat dan melindunginya. Bahkan Rasulullah SAW bersabda: Dari Ibnu Umar RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: "Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya." (HR. Bukhari Dan Muslim). 

Dijelaskan dalam hadis bahwa "khalifah itu laksana perisai tempat orang-orang  berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya." (HR. Muslim). 

Bermakna bahwa Sebagai penguasa memiliki tanggung jawab secara utuh atas seluruh rakyatnya dan memenuhi kebutuhan dan pemenuhan warganya di tanggung oleh negara. Dan penguasa juga wajib menghilangkan noda bahaya yang akan di rasakan oleh rakyatnya 

Islam menjadikan ketersediaan pangan dan jaminan distribusi yang merata sebagai tanggungjawab negara. Islam juga akan memastikan tidak ada penimbunan, tidak ada kecurangan, tidak ada permainan harga, sehingga masyarakat bisa mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya dengan harga yang terjangkau. Melalui hadirnya qadhi muhtasib yang akan mengontrol dan mengawasi mekanisme pasar yang termasuk hak umum.

Negara akan meningkatkan produksi untuk menyelesaikan problem kelangkaan, pemantauan dan pengendalian harga komoditas-komoditas ini beserta antisipasinya sesuai syara. Sistem ekonomi islam meniscayakan adanya pengaturan yang dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan rakyat atas pangan dengan harga murah dan mudah diakses.

Maka, Sudah saatnya berpaling kepada sistem yang shahih yakni hidup ini alangkah indahnya jika diatur dengan hukum-hukum Islam wallahualam bissawab


Oleh: Rasyidah
Pegiat Literasi 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar