Topswara.com -- Purnama memang tak tertutup mendung
Pola pendukung akan aspek kehidupan yang tak lagi respect
Biasanya hidup tak pernah redup masalah
Kini rakyat banyak yang menengadah tapi tidak meminta
Dalam sunyi diam-diam mengambil peranan
Mana hidup penuh tantangan dari penguasa yang tak berperikemanusiaan
Sesal kemudian hari tanpa tahu akhir dari arus ini
Anak negeri kembali hadir di sunyi malam sepi
Merintih tak lagi menjadi kedukaan anak negeri
Terkadang dialog bersama manusia tak menyelesaikan masalah
Seleksi alam mengurai pesta persekongkolan antara jahat dan zalim
Raungan anak negeri mengejawantahkan problem kenegaraan
Tatkala ingat masa makmur di rezim sebelum kebebasan
Jiwa yang tak padam akan lekang oleh zaman
Kini satu frasa akankah terjadi dialogika
Nyanyian malam di lepas pagar lautan
Hak anak manusia yang harusnya dikelola negara
Haram diberi kuasa pada korporasi yang memakan harta rakyat
Ini laut bukan tanah mati yang dihidupi
Tangkap dan adili kekecewaan rakyat negeri
Lagi-lagi demokrasi lahirlah pemimpin tak berkompetensi
Kalau berkompetisi bisanya manipulasi
Maunya berkuasa sampai mati padahal terseok di simpang jalannya
Malam sunyi sambil menyepi
Menghitung apa saja yang kurang beruntung
Mengeja apa saja yang terpisah
Menindaklanjuti apa saja yang terikuti
Rintihan malam sunyi anak negeri
Sambil berangan-angan hadir negeri yang jauh dari kelam
Kapan negeri ini dalam keberkahan?
Menunggu informasi dari langit sambil jeda sejenak
Malam sunyi rintihan anak negeri
Tangisan bayi-bayi yang sia-sia dibuang orang tua
Saling berkata-kata mengejek di sosial media
Hingga pertengkaran rakyat kelas bawah tiada ujung dunia
Malam sunyi rintihan anak negeri
Negeri ngeri dikuasai oligarki
Ngeri negeri dikadali politisi busuk demokrasi
Ngeri bubrah karena jauh dari syariah
Oleh: Hanif Kristianto
Analis Politik dan Media
0 Komentar