Topswara.com -- Pemerintah terus melanjutkan megaproyek pemindahan ibu kota negara (IKN) ke Kalimantan Timur. Sebagai daerah yang berbatasan langsung, Kalimantan Selatan (Kalsel) ditetapkan sebagai penyangga logistik IKN.
Berbagai program prioritas telah dirancang, seperti pembangunan SDM, infrastruktur yang andal, pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, penguatan ketahanan perubahan iklim, serta tata kelola pelayanan publik yang lebih cepat dan efisien.
Namun, pertanyaan mendasar yang perlu dijawab adalah benarkah pemindahan ibu kota ini akan membawa keuntungan bagi rakyat Kalsel? Ataukah justru menambah beban dan semakin menjerumuskan daerah ini ke dalam cengkeraman kapitalisme?
Janji Kemajuan atau Ilusi?
Pemerintah menjanjikan bahwa pemindahan IKN akan memberikan dampak positif bagi daerah sekitarnya, termasuk Kalsel.
Dengan peran sebagai gerbang logistik, Kalsel disebut akan mengalami lonjakan ekonomi melalui pembangunan infrastruktur, investasi, serta penciptaan lapangan kerja baru. Transformasi ekonomi juga dicanangkan, termasuk penguatan sektor pertanian, pariwisata, dan hilirisasi industri.
Namun, jika melihat rekam jejak pembangunan kapitalisme di Indonesia, janji-janji tersebut patut dipertanyakan. Banyak daerah yang kaya akan sumber daya alam justru tetap miskin karena hasil kekayaan mereka lebih banyak dinikmati oleh korporasi besar, baik lokal maupun asing.
Jangan sampai status "gerbang logistik IKN" hanya menjadi pintu masuk eksploitasi baru, di mana tanah rakyat semakin tergerus dan ekonomi justru dikendalikan oleh segelintir elite.
Kalsel dan Beban Kapitalisme
Potret buram sistem kapitalisme di Kalsel sudah terlihat jelas. Kekayaan sumber daya alam yang melimpah tidak serta-merta membuat rakyat sejahtera.
Sebaliknya, eksploitasi besar-besaran oleh korporasi tambang telah menyebabkan berbagai masalah, mulai dari kerusakan lingkungan, bencana banjir yang terus berulang, hingga ketimpangan ekonomi yang makin parah.
Otonomi daerah yang seharusnya memberikan manfaat bagi rakyat justru menjadi alat bagi para pemodal untuk semakin menguasai kekayaan daerah. Hak-hak konsesi diberikan dengan mudah kepada korporasi tambang, sementara rakyat kecil harus berjuang keras untuk bertahan hidup.
Kini, dengan adanya proyek IKN, Kalsel diharapkan menjadi gerbang logistik utama. Namun, pertanyaannya: apakah ini benar-benar akan membawa keuntungan bagi rakyat, atau justru menambah daftar panjang penderitaan mereka?
Kepemimpinan Populis Otoritarian dalam Pembangunan
Pola pembangunan dalam sistem kapitalisme sering kali dikendalikan oleh mindset kepemimpinan populis otoritarian. Pemimpin dalam sistem ini sering memberikan janji-janji besar, menggembar-gemborkan proyek-proyek megah, dan mengesankan seolah-olah berpihak pada rakyat.
Namun, pada kenyataannya, kebijakan mereka lebih banyak menguntungkan oligarki dan kepentingan asing.
Proyek-proyek besar seperti IKN kerap dijadikan alat propaganda untuk menunjukkan keberhasilan pembangunan. Padahal, akar masalah seperti kemiskinan, ketimpangan, dan kehancuran lingkungan tetap tidak terselesaikan.
Pemimpin dengan model kepemimpinan ini lebih mengutamakan citra dibandingkan kesejahteraan riil rakyat.
Kepemimpinan Islam dan Paradigma Pembangunan
Berbeda dengan kepemimpinan kapitalis, Islam memiliki konsep kepemimpinan yang menempatkan pemimpin sebagai pelayan rakyat. Rasulullah SAW bersabda: "Seorang imam adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya" (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam Islam, pembangunan bukanlah proyek pencitraan atau alat bagi oligarki. Pembangunan harus benar-benar membawa kemaslahatan bagi rakyat, tanpa adanya eksploitasi dan penindasan.
Kota yang dibangun dalam sistem Islam adalah kota yang dirancang untuk kesejahteraan manusia, bukan sekadar untuk kepentingan segelintir elite.
Ibukota dalam sistem Islam bukan hanya menjadi pusat administrasi negara, tetapi juga pusat peradaban yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Kota-kota besar dalam sejarah Islam seperti Baghdad, Cordoba, dan Istanbul, bukan hanya menjadi pusat ekonomi dan politik, tetapi juga pusat ilmu pengetahuan dan kesejahteraan sosial.
Solusi Islam untuk Kalsel dan Indonesia
Jika benar-benar ingin membawa kesejahteraan bagi rakyat Kalsel dan Indonesia secara umum, maka solusi yang dibutuhkan bukan sekadar memindahkan ibu kota atau membangun infrastruktur mewah. Yang dibutuhkan adalah perubahan sistemis yang mengembalikan aturan hidup kepada Islam.
Islam mengatur pembangunan dengan prinsip yang jelas. Pertama, pengelolaan sumber daya alam untuk kemaslahatan umat. Sumber daya alam bukan untuk dikapitalisasi oleh segelintir orang atau perusahaan asing, tetapi harus dikelola oleh negara dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat.
Kedua, distribusi Klkekayaan yang adil. Islam menutup celah eksploitasi oleh oligarki. Kekayaan tidak boleh hanya berputar di kalangan tertentu, tetapi harus merata bagi seluruh rakyat.
Ketiga, pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Islam mengajarkan konsep keseimbangan dalam pembangunan. Tidak boleh ada pembangunan yang merusak alam atau menzalimi generasi mendatang.
Keempat, pemerintahan yang bersih dan bebas dari kepentingan asing. Islam menolak segala bentuk intervensi asing dalam pembangunan. Semua kebijakan harus dibuat berdasarkan kepentingan rakyat dan sesuai dengan syariat.
Jadi, Untung atau Buntung?
Kalsel sebagai penyangga logistik IKN dihadapkan pada pilihan besar. Apakah pembangunan ini benar-benar akan memberikan keuntungan bagi rakyat, atau justru semakin membebani mereka?
Jika pembangunan masih dikendalikan oleh sistem kapitalisme, maka besar kemungkinan rakyat hanya akan menjadi korban eksploitasi baru. Namun, jika pembangunan diarahkan pada penerapan Islam secara kaffah, maka kesejahteraan bukan sekadar janji, melainkan kenyataan yang terbukti dalam sejarah peradaban Islam.
Maka, saatnya umat mempertanyakan kembali: apakah kita akan terus menerima janji-janji kosong dari sistem kapitalisme, ataukah kita siap untuk kembali kepada sistem Islam yang telah terbukti mampu membawa kesejahteraan bagi seluruh rakyat? []
Oleh: Mahrita Julia Hapsari
(Aktivis Muslimah Banua)
0 Komentar