Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

#KaburAjaDulu, Bukti Timpangnya Ekonomi Dunia

Topswara.com -- #KaburAjaDulu, menjadi salah satu trending topik di beberapa media sosial, terutama di laman X beberapa waktu lalu. Berbagai info dibagikan melalui tagar tersebut. Mulai dari lowongan kerja, beasiswa pendidikan dan berbagai info lainnya yang membuka kesempatan untuk "kabur" ke luar negeri meninggalkan tanah air (kompas.com, 10-2-2025). Tidak ketinggalan, tagar ini pun membagikan kisah-kisah hidup diaspora yang sukses bertahan hidup di negeri orang. 

Meskipun nampak sepele, sekedar curhatan anak muda zaman now yang terbentur berbagai masalah kehidupan, menguatnya tagar ini mengindikasikan keinginan kuat untuk meninggalkan tanah air. Kesejahteraan dan kehidupan yang lebih baik di luar negeri seolah menjadi impian kuat. 

Dalam tren #KaburAjaDulu, para warganet pun merekomendasikan beberapa negara tujuan yang cukup menjanjikan seperti Jerman, Jepang, Australia, hingga Amerika (cnnindonesia.com, 7-2-2025). 

Refleksi Buruknya Pengurusan

Tagar #KaburAjaDulu marak diserukan di beberapa media sosial, termasuk X (Twitter) dan sempat menjadi trending topic unggahan di Indonesia dalam platform X. Keadaan ini tentu saja sebagai dampak digitalisasi terutama sosial media yang menggambarkan tentang kehidupan negara lain yang nampak lebih menjanjikan harapan.

Fakta rendahnya kualitas pendidikan di dalam negeri disandingkan dengan banyaknya tawaran beasiswa ke luar negeri di negara maju dengan kualitas yang mumpuni, semakin memberikan kesempatan untuk "kabur". 

Tidak hanya itu, sulitnya mendapatkan pekerjaan layak dan disandingkan juga dengan banyaknya tawaran kerja di luar negeri, baik pekerja terampil maupun kasar dengan gaji yang lebih tinggi di negara maju, menyajikan harapan dan angan-angan yang melangit untuk memperbaiki kondisi saat ini.

Keadaan ini berhubungan secara langsung dengan fenomena "brain drain" yang menjadi isu krusial dalam konteks globalisasi dan liberalisasi ekonomi yang semakin menguat. 

Brain drain merupakan suatu kondisi yang menggambarkan fenomena ketika individu yang berpendidikan tinggi dan memiliki bakat memilih untuk meninggalkan tanah air atau daerah asal mereka demi mencari kesempatan yang lebih baik. 

Mereka memilih negara atau kota yang menjanjikan gaji lebih tinggi, keadaan kerja yang lebih baik, dan peluang pengembangan karier yang lebih memberi harapan.

Perbedaan keadaan ekonomi antara negara maju dan negara berkembang, makin memperlebar kesenjangan secara ekonomi. Keadaan ini menciptakan ketidakadilan dalam mengakses sumber daya dan kesempatan, baik kesempatan dalam pendidikan, pekerjaan dan kesejahteraan. 

Deretan fakta ini merefleksikan adanya kegagalan dalam penetapan kebijakan politik ekonomi dalam negeri dalam menyajikan kehidupan yang sejahtera. Jurang antara rakyat kaya dan rakyat miskin semakin nampak dalam. Inilah dampak penerapan sistem yang memprioritaskan segala bentuk kebijakan hanya pada keuntungan materi. 

Kekuasaan banyak disalahgunakan untuk memenuhi kepuasan jasadiyah semata. Dan kekayaan besar negara ditangani secara otoriter oleh para oligarki kapitalis. Inilah sistem kapitalisme yang dijadikan sebagai sandaran kebijakan di negeri ini. Dan hal ini pula yang menjadi akar masalah ruwetnya kondisi negara.

Dan ternyata, kesenjangan ekonomi tidak saja terjadi di dalam negeri, tetapi juga terjadi secara global di tingkat dunia, antara negara berkembang dan negara maju. Negara maju nampak memberikan kesejahteraan dengan jaminan kesehatan, pendidikan dan kehidupan yang layak. Akan tetapi, faktanya tidak semanis yang banyak dikabarkan. 

Masalah sosial, keamanan dan jaminan beragama menjadi beberapa hal yang banyak terabaikan di negeri maju. Tengok saja, kehidupan di Amerika Serikat. Mungkin, secara sekilas kehidupan nampak baik-baik saja, bahkan nampak berkelas. 

Namun, faktanya ada banyak masalah sosial yang sangat sulit dikendalikan. Masalah psikis yang tidak mampu disolusikan. Salah satunya masalah penembakan massal yang sering terjadi. 

Tidak hanya itu, masalah rasisme dan ketidakadilan rasial pun masih menjadi masalah politik sosial yang sulit diredam. Belum lagi persoalan ketenagakerjaan yang sarat dengan masalah penipuan dan perdagangan orang yang merenggut keamanan personal.

Semua fakta ini membuktikan bahwa kehidupan di luar negeri sama buruknya dengan kehidupan di dalam negeri. Betapa buruknya tatanan kehidupan dalam genggaman kapitalisme yang liberal. Konsep benar salah tidak lagi jadi sandaran. Halal haram pun tidak lagi masuk dalam hitungan. Semua diaruskan demi kepuasan dan kesenangan jasadiyah yang tidak terbatas. 

Parahnya lagi, negara pun angkat tangan atas segala masalah yang terus membebani masyarakat. Negara terlalu sibuk menciptakan regulasi yang menguntungkan oligarki penguasa. Hingga akhirnya melalaikan kewajibannya sebagai pengayom dan penjaga rakyat. 

Sistem kapitalisme telah berhasil menjerumuskan kehidupan dalam kezaliman yang tidak berkesudahan. Segala keputusan hanya disandarkan pada keinginan manusia. Tanpa disandarkan pada aturan haq dari zat Maha Pencipta. 

Islam, Satu-satunya Harapan

Islam merupakan satu-satunya sistem yang mewajibkan negara membangun kesejahteraan rakyat, dan mewajibkan negara memenuhi kebutuhan asasi setiap warganegara individu per indvidu.

Berbagai mekanisme dan strategi harus dilakukan negara termasuk kewajibannya dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi setiap laki-laki baligh, terutama para kepala keluarga yang berkewajiban menafkahi keluarganya. 

Penyediaan lapangan pekerjaan disediakan merata di berbagai bidang, mulai dari sektor pertanian, perdagangan, industri dan jasa dengan pengelolaan sumberdaya alam yang berlimpah di suatu negeri. 

Tidak hanya itu, sistem Islam pun menetapkan strategi pendidikan yang berkualitas dan terjangkau dalam hal biaya. Sistem Islam mampu menyiapkan sumberdaya manusia yang beriman dan siap membangun negara. Negara pun memiliki kepedulian dalam menjamin kehidupan warga negara dalam tatanan yang bijaksana.

Inilah tata kelola Islam dalam institusi khilafah. Satu-satunya wadah yang ideal dan mampu amanah dalam mengurusi setiap kepentingan rakyat. 

Tegaknya khilafah akan menjadi rahmat bagi seluruh alam dan mewujudkan dunia yang adil dan sejahtera dalam kepengurusan yang melahirkan keberkahan. 

Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya, imam (pemimpin) itu adalah pelindung (junnah) bagi rakyatnya. Dia berperang di depan mereka dan melindungi mereka dari bahaya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Wallahu a'lam bish-shawwab.


Oleh: Yuke Octavianty 
Forum Literasi Muslimah Bogor 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar