Topswara.com -- Fenomena #kaburajadulu telah menjadi perbincangan hangat di kalangan anak muda Indonesia. Tagar ini mencerminkan keinginan generasi muda untuk meninggalkan tanah air demi mencari peluang pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik di luar negeri.
Banyak dari mereka merasa bahwa harapan untuk meraih masa depan cerah di Indonesia semakin suram. Media massa online telah banyak memberitakan fenomena ini, menunjukkan betapa luasnya keresahan yang dirasakan oleh para remaja.
Akar permasalahan dari fenomena #kaburajadulu terletak pada sulitnya mencari pekerjaan di Indonesia dan minimnya prospek masa depan bagi para lulusan. Tingkat pengangguran yang tinggi, persaingan ketat, serta kurangnya lapangan kerja yang sesuai dengan kualifikasi membuat banyak remaja merasa putus asa.
Selain itu, biaya pendidikan yang tinggi dan kualitas yang belum merata menambah beban pikiran mereka. Akibatnya, banyak yang memilih untuk mencari peluang di luar negeri dengan harapan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Namun, keputusan untuk bekerja atau kuliah di luar negeri bukan tanpa tantangan. Proses birokrasi yang rumit, seperti pengurusan visa, izin tinggal, dan persyaratan administrasi lainnya, seringkali menjadi hambatan besar. Selain itu, adaptasi dengan budaya dan lingkungan baru juga memerlukan usaha ekstra.
Biaya hidup yang tinggi di negara tujuan serta keterbatasan jaringan sosial menambah daftar tantangan yang harus dihadapi, belum lagi di era kapitalisme hari ini yang diadopsi beberapa negara, dimana liberalisme dan sekulerisme begitu kental disana, pemikiran menyimpang seperti dilegalkannya LGBT, diumbarnya unsur seksual di ranah publik, sulitnya menunaikan ibadah bagi seorang muslim dan menanamkan nilai-nilai keislaman di negara-negara tersebut, membuat catatan panjang bagi seorang muslim untuk bergegas pindah kesana.
Dalam pandangan Islam, sistem khilafah menawarkan solusi komprehensif terhadap permasalahan ini. Khilafah memiliki tanggung jawab untuk memastikan kesejahteraan seluruh warganya, termasuk dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan.
Dalam sejarah Islam, Khalifah Umar bin Khattab dikenal sebagai pemimpin yang serius dalam menciptakan lapangan kerja dan memastikan distribusi kekayaan yang adil. Beliau mengimplementasikan berbagai kebijakan ekonomi yang berpihak pada rakyat, seperti pengelolaan baitul mal yang efektif dan pemberian modal usaha bagi yang membutuhkan.
Selain itu, sistem khilafah menghapus sekat-sekat negara di antara wilayah kaum muslim. Hal ini memudahkan mobilitas umat Islam untuk bekerja, belajar, atau berdagang di berbagai wilayah tanpa hambatan administratif seperti visa dan paspor.
Sejarah mencatat bahwa pada masa keemasan Islam, para ilmuwan dan pedagang bebas berpindah dari satu wilayah ke wilayah lain dalam naungan khilafah, sehingga terjadi pertukaran ilmu dan ekonomi yang dinamis.
Meskipun fenomena #kaburajadulu mencerminkan kekecewaan terhadap kondisi saat ini, ada sisi positif yang dapat diambil. Semangat untuk mencari peluang dan tidak berputus asa adalah sikap yang diajarkan dalam Islam.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an, "Bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah" (QS. Al-Jumu'ah: 10). Namun, sebaik-baiknya rezeki adalah yang diperoleh di dekat tempat tinggal, di mana kita dapat berkontribusi langsung bagi kemajuan komunitas dan bangsa.
Sebagai muslim, penting untuk kita menjaga semangat dan optimisme dalam menghadapi tantangan. Tetaplah berusaha dan berdoa, serta percayalah bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan.
Selain itu kita harus memahami bahwa Islam memiliki solusi dan sikap atas setiap kesulitan yang kita hadapi, terlebih ketika Islam diterapkan dalam setiap sendi kehidupan, terkhusus dalam konteks ini yaitu ketika Islam mengatur aspek politik dan perekonomian dimana kesemua aspek tersebut hanya bisa dijalankan dalam sebuah sistem pemerintahan yaitu khilafah Islam.
Oleh: Yanti Wulansari
Aktivis Muslimah
0 Komentar