Topswara.com -- Founder Sekolah Tahfidz Plus Khoiru Ummah, Ummu Khoir, memaparkan bahaya fatherless bagai generasi kedepan.
"Karena fatherless membuat bahaya generasi kedepan. Mulai dari percaya dirinya kurang, asosial (dia sulit beradaptasi), tidak muncul jiwa eksplorasi, jiwa pejuangnya. Yang lebih menyedihkan lagi ketika kehampaan kasih sayang ini berlanjut pada kegalauan jiwa. Kemudian nanti mudah stress, mudah emosi sampai pada depresi. Itu yang banyak terjadi sekarang," ungkapnya di akun Instagram Ummukhoir.id, Senin (6/1/2025).
Ia menjelaskan terkait bahaya kondisi fatherless. Pertama, mulai dari kesehatan mental. Anak-anak tumbuh tidak penuh dengan percaya diri. Itu karena mereka kehilangan sosok ideal yang memberikan ketegasan, perlindungan, perhatian, pendamping, yang memunculkan rasa aman, tenang, bahagia, karena diapresiasi.
"Dalam realitas, terlihat ketika anak-anak makin takut, itu percaya dirinya kurang. Makin takut kepemimpinannya kurang. Makin takut kreativitas kurang. Bahkan pertemanannya, kerja samanya itu makin berkurang dan ini ada kaitannya dengan fatherless (ketiadaan peran ayah dalam pendidikan keluarga)," terangnya.
Kemudian yang lebih miris, ia mengatakan, sejak TK, SD ketiadaan peran ayah di keluarga. Ditambah juga disekolah sulit sekali mencari guru laki-laki di TK dan di SD.
"Jadi kalau dilihat secara mayoritas lebih banyak mana guru laki-laki dan guru perempuan di TK! Mayoritas TK hampir 100 persen mayoritas guru perempuan, hampir tidak ada guru laki-laki," jelasnya.
Sehingga, lanjutnya, dengan demikian jika di SD, mayoritas guru perempuan. Maka tidak heran saat ini anak-anak mengalami fatherless di keluarga. Kemudian di sekolah sebagai wadah pendidikan juga mengalami fatherless. Sehingga bagaimana kedepannya jika generasi mengalami fatherless, ini sangat berbahaya.
Ia memberikan contoh akibat fatherless. Sebuah kasus baru-baru ini terjadi adalah anak membunuh ayahnya, anak membunuh neneknya, dan juga ada ditempat lain dengan kejadian yang berbeda anak membunuh ibunya. Ini fenomena!
"Persoalan ini sebenarnya sudah diantisipasi di dalam Islam. Karena realitasnya ketika ada anak yatim, Allah sudah mengantisipasi siapa yang akan memberikan perhatian, perlindungan pada anak yatim. Ternyata semua kaum Muslimin," pungkasnya.[] Alfia Purwanti
0 Komentar