Topswara.com -- Sudahkah Anda bahagia? Coba tanyakan pada diri Anda, apakah selama ini Anda sudah bahagia dalam menjalani kehidupan.
Dalam Qs. At Tin 4 "sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya".
Allah menyuruh manusia untuk bahagia. Kenapa bisa? Karena Allah menciptakan manusia sebaik-baiknya makhluk, Allah menciptakan manusia dengan panca inderanya.
Mata untuk bisa melihat, melihat pantai, melihat gunung menjulang tinggi, kemudian ada telinga, dengan telinga bisa mendengar, mendengar gemericik air, suara tawa anak-anak, suara tangis anak ketika jatuh, Allah juga menciptakan hidung, dengan hidung bisa mencium bau masakan, menghirup udara segar.
Selain itu Allah juga menciptakan lidah, dengan lidah bisa merasakan masakan manis, asam, pait, merasakan kenikmatan es krim. Serta menciptakan tangan, dengan tangan bisa meraba pasir pantai, bisa digunakan membantu orang lain.
Begitu banyak kebahagiaan di dunia yang tidak bisa dituliskan satu per satu. Apakah Allah hanya menginginkan kebahagiaan manusia hanya di dunia? Tentu tidak, kebahagiaan di dunia hanyalah semu.
Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberi rezeki buah-buahan darinya, mereka berkata, “Inilah rezeki yang diberikan kepada kami sebelumnya.” Mereka telah diberi (buah-buahan) yang serupa dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang disucikan. Mereka kekal di dalamnya. (Qs. Al Baqarah 25).
Dalam surat cintaNya, Allah meminta kita untuk bahagia 'sampaikan kabar gembira kepada orang-orang beriman' siapa orang beriman? Kita orang beriman. Apa ciri orang beriman bertawakal kepada Allah. Lalu sudahkah kita bertawakal kepada Allah?
Allah memerintahkan kita bukan hanya sekedar bahagia di dunia, tetapi Allah menyuruh kita untuk bahagia selamanya di akhirat. Kebahagiaan di dunia semu, tetapi kebahagiaan akhirat hakiki.
Oleh karena itu, orang yang beriman, dia akan menyibukkan dirinya dengan amal shalih, dia akan senang menerima amanah-amanah dakwah, siap menjadi pemimpin yang amanah. Karena sibuk dalam ketaatan, sampai lupa pada keburukan, lupa untuk ghibah, lupa untuk berbohong, dan lainnya.
Meskipun hari ini kita melihat banyak terjadi kerusakan yang disebabkan tangan manusia, memiliki keluarga yang bukan keluarga cemara, lingkungan tempat tinggal yang toxic jangan sampai melemahkan kita untuk melepaskan potensi yang diberikan Allah lemah, atau terbawa arus toxic. Tetapi arahkan potensi ini untuk banyak berbuat amal shalih.
Sehingga jadikan dunia ini untuk meraih kebahagiaan hakiki di surga nanti. Tidak ada waktu untuk bersedih, karena Allah menciptakan kita untuk bahagia, bahagia di akhirat dan di dunia dengan menjalankan peran manusia sebagai khalifah fil ard.
Oleh: Alfia Purwanti
Analis Mutiara Umat Institute
0 Komentar