Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Setiap Ujian Ada Umur dan Ajalnya

Topswara.com -- Siapa sih yang enggak kaget saat jam empat pagi mendapatkan kabar bahwa ibu tercinta tiba-tiba tidak sadarkan diri dan ditemukan tergeletak telentang di lantai depan kamarnya.

Suara tangisan para cucu dan teriakan adikku hampir-hampir tak terdengar karena aku fokus melihat posisi ibuku yang terlihat sudah kaku sebelah tangannya. Innalillahi wa innailaihi raaji'uun, astaghfirullah ya Allah astaghfirullah. 

Belum genap empat puluh hari kepergian almarhum kakak suami, kini disusul berita ibuku tidak sadarkan diri. Allah, Allah, Allah laa haula walaa quwwata illabillah waatubu ilaih, hanya itu yang terus aku zikirkan.

Kita harus memahami bahwa dunia ini adalah tempatnya ujian bagi seorang mukmin untuk menjadi sebaik-baik hamba. 

Allah SWT berfirman, 
“Mahasuci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Al-Mulk: 12).

Dan selama manusia masih berpijak di bumi, maka dia akan menghadapi badainya masing-masing.

Dari Abu Hurairah ra.,
“Ujian akan terus datang kepada seorang mukmin atau Mmukminah mengenai jasadnya, hartanya, dan anaknya sehingga ia menghadap Allah tanpa membawa dosa” (HR. Ahmad).

Sungguh beruntung ditakdirkan menjadi Muslim karena setiap ujian yang berlaku padanya merupakan pengangkat derajat dan pembersih dosa-dosanya bagi mereka yang memilih tetap lapang dada dan bersabar. 

Mereka senantiasa memohon diberi kesabaran dan meminta keteguhan iman. Karena hakikatnya semua ujian berasal dari Allah SWT. Adapun manusia hanyanya wasilah ujian itu sampai kepada kita dan ingat, semua ujian ada umur dan ajalnya. Dia tidak akan ada selamanya.

Ibnu Qayyim Al-Jauziah berkata, "Sesungguhnya ujian itu memiliki ajal dan umur sebagaimana umur manusia bahwa dia akan habis. Sehebat apa pun ujian pasti dia akan selesai. Sekuat apa pun ujian pasti dia akan ada ujungnya."

Ibarat tali, kalau sudah kenceng berarti dia mau putus. Ibarat malam, kalau sudah semakin pekat berarti pagi akan datang menjelang. Dengan kata lain, ujian itu kalau sudah semakin menghebat, maka insya Allah dia sebentar lagi akan selesai, maka selain lapang dan dan bersabar, tugas kita adalah istiqamah dalam taat. 

Karena dengan ketaatan kita, maka Allah SWT pasti akan memberikan jalan keluar dari arah yang tidak disangka-sangka.

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya” (QS. At Talaq: 2-3).

Para ulama mengatakan bahwa ada empat fitnah akan dijumpai manusia dalam kehidupannya,

Pertama, fitnah pada dirinya. Misalnya, kesehatan diri yang tidak bagus sehingga sering sakit-sakitan, ditakdirkan cacat, atau tidak dapat memiliki keturunan karena penyakit tertentu dan lain-lain. Hal tersebut merupakan ketetapan Allah SWT yang tidak bisa dihindari.

Kedua, fitnah keluarga. Misalnya, diuji orang tua sakit, orang tua murtad, saudara yang zalim, suami pemabuk dan suka main tangan, anak-anak yang durhaka dan lain-lain. Bahkan para Nabi pun mengalami ujian ini, seperti Nabi Luth diuji dengan istrinya, Asiyah diuji dengan suaminya (Fir'aun), Nabi Ibrahim diuji dengan bapaknya, Nabi Muhammad diuji dengan pamannya.

Imam Qurtubi mengatakan, “Jika Nabiku saja diuji dengan keluarga terdekat mereka yang merupakan konsekuensi hidup, apalagi kita yang bukan para Nabi dan Rasul.”

Oleh karena itu, hendaklah belajar bersabar dan memohon pada Allah untuk diberikan jalan keluar yang terbaik sesuai syariat-Nya.

Ketiga, fitnah kehormatan. Misalnya, orang lain membenci kita padahal kita tidak pernah memiliki masalah ataupun berbuat buruk padanya atau aib kita disebarkan. Jika hal ini menimpa, maka kita tidak boleh membalas dengan hal yang sama, karena itulah yang membedakan antara sikap mukmin dan bukan mukmin.

Bukankah perbuatan tercela dibalas dengan tercela pula tidak akan mendatangkan pahala, tapi justru mendatangkan dosa dan murka Allah SWT. 

Tetap berbuat baiklah, bukan agar disukai orang, akan tetapi untuk memadamkan api neraka kita sendiri. Toh, kita tidak pernah dihisab atas perbuatan orang lain kepada kita? Kita akan dimintai pertanggung jawaban atas lisan dan kelakuan kita sendiri, makanya jaga.

Keempat, fitnah harta. Allah mengingatkan kita bahwa harta juga merupakan fitnah. Karena dengan harta, manusia mampu menjalankan ibadah dan menunaikan berbagai amanah. Namun, dengan harta pula, manusia bisa dengan mudah berbuat kemaksiatan.

Inilah di antara hikmah mengapa Allah membatasi rezeki-Nya atas sebagian manusia. Supaya manusia tidak melakukan perbuatan yang melampaui batas. 

“Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat” (QS. Asy-Syura: 27).

Disebabkan harta, hampir seumur hidupnya hanya dihabiskan mengumpulkan pundi-pundi materi. Tak jarang mereka saling berlomba, bahkan tidak jarang saling sikut, saling jegal, saling menjatuhkan bahkan saling membunuh demi memperebutkan dunia yang kelak akan menjadi sampah.

"Umar bin Khattab ra. pernah melewati sebuah tempat sampah, lalu ia berdiam sejenak disana. Sehingga para sahabatnya merasa terganggu dengan baunya. Lantas, Umar pun berkata, 'Inilah dunia yang kalian rebutkan.' (Az-Zuhd Imam Ahmad: 97)

Semoga kita bisa menghadapi empat fitnah di atas dengan menjadikan syariat Allah sebagai solusi. Namun, akan jauh lebih mudah dan tenang jika kita disuasanakan dengan kehidupan yang Islami dengan diterapkan syariat di tengah-tengah kita dalam naungan khilafah.

Tetaplah tersenyum apapun kondisinya. Belajarlah menikmati masalah. Kenapa kita menikmati masalah? Karena amalan hati seringkali pahalanya lebih tinggi daripada amalan fisik dan sabar termasuk amalan hati. 

Saking beratnya pahala sabar, kelak saat ditimbang di yaumil mizan, timbangan kebaikan tidak kuat menopangnya.

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas" (QS. Az-Zumar: 10). []


Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar