Topswara.com -- Khadim Ma'had Syaraful Haramain K.H. Hafidz Abdurrahman, MA, mengungkapkan bahwa sebelum menikah, seseorang harus faqih (paham terhadap syariat).
"Sebelum kamu (orang tua) menikah, kamu itu harus faqih. Makanya kan kalau kita di pondok itu kan kita belajar ya jadi pentingnya bahwa kita itu punya ilmu sebelum kita melakukan (aktivitas)," ungkapnya dalam video Q&A: "Pentingnya Memahami Ilmu Parenting Sebelum Berkeluarga, di kanal YouTube KH Hafidz Abdurrahman, Senin (30/12/2024).
Dia mengatakan, ketika seseorang sudah memiliki ilmu, maka akan mudah dalam pemetaan mendidik anak. Yang jadi soal itu adalah ketika seseorang tahu masalah banyak tetapi ilmunya terbatas. Akhirnya pemetaannya juga pasti akan salah. Inilah tantangan yang sering dihadapi oleh setiap orang.
Ia menjelaskan, memang benar, bahwa ketika orang tua mendidik anak, itu tantangan lebih banyak daripada ilmu yang dimiliki. Nah ketika menghadapi tantangan yang begitu banyak tadi mana yang harus didahulukan? Ketika menghadapi tantangan-tantangan yang begitu banyak, pertama harus diketahui apa yang disebut dengan tahap tumbuh kembang.
Pada tahap tumbuh kembang itu harus orang tua pahami anak butuh apa. Dengan menguasai itu (tahap tumbuh kembang) maka setidaknya sudah aware dulu, lalu kemudian bisa menggunakan pengalaman orang lain meskipun tentu hasilnya tidak persis. Karena kan ilmu sosial bukan eksak. Hasil yang akan didapatkan tidak sama persis dengan rumus yang dipakai.
"Oleh karena itu kuncinya sebenarnya dalam kondisi seperti itu kita tahu dulu tahap tumbuh kembang tadi. Nah itu diantaranya yang ditulis oleh Bu Nyai di dalam bukunya (qurroto ayun) itu. Tahap tumbuh kembang itu pahami dulu. Nanti ketika kita sudah tahu tahap tumbuh kembang anak itu, kebutuhannya apa di situ baru kita install yang diperlukan tadi sesuai dengan tahap tumbuh kembang. Jangan sampai kita memberikan sesuatu itu tidak sesuai dengan kebutuhan. Kenapa tidak sesuai dengan kebutuhan? Karena kita nggak paham anak ini butuhnya apa nah itu penting," paparnya
Ia mengambil contoh teori berpikir taksonomi bloom. Pada tahapan pertama anak diajarkan untuk menghafal. Tetapi hari ini 'jangan ajari anak menghafal', justru menghafal itu adalah fase paling awal dalam belajar. Akhirnya banyak anak-anak kaum Muslimin hari ini blank hafalannya. Padahal generasi dulu itu, mereka tujuh tahun sudah hafal 30 juz setelah itu umur 8 tahun mereka bisa al malikul malik kenapa bisa begitu.
"Karena justru kalau kita pakai teorinya taksonomi bloom yang benar itu hafalan dulu, yang pertama menghafal setelah itu dia mengertia atau memahami kemudian menerapkan itu kan tahap berpikir," tegasnya.
Sehingga, jangan ajari anak melompat ketika dia belum tahu ya, akhirnya nanti, anak enggak bisa tepat posisi turunnya, karena anak belum tahu bagaimana caranya ketika belum bisa berjalan diajari melompat kan itu juga tahapan yang orang tua harus pahami.
"Intinya kita itu semuanya harus ilmunya dulu, dan ketika kita tahu ilmunya sesuai dengan tahap tumbuh kembang tadi itu nanti nutrisi apa yang kita butuhkan itu lebih mudah, pilihan apa mana yang lebih dulu kita berikan pada anak itu lebih mudah," pungkasnya.[] Alfia Purwanti
0 Komentar