Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pembebasan Palestina, Harus dengan Aksi Nyata

Topswara.com -- Kekejaman yang dilakukan oleh Zionis terhadap Palestina terus berlanjut dan kembali memakan korban. Kali ini, otoritas kesehatan Palestina melaporkan bahwa pada 3 Januari, militer Israel melancarkan serangkaian serangan udara selama 24 jam yang menyasar anggota Hamas di Gaza. Serangan tersebut dilaporkan telah menewaskan lebih dari 110 orang dalam kurun waktu dua hari. (tempo.com. 5/1/2025)

Selain itu, Badan pertahanan sipil Gaza mengungkapkan bahwa serangan Israel di wilayah Palestina telah menyebabkan sedikitnya 23 orang tewas pada Minggu (5/1). Militer Israel menyatakan bahwa mereka telah menyerang lebih dari "100 sasaran teror" dalam dua hari terakhir. 

Juru bicara pertahanan sipil, Mahmud Bassal menjelaskan bahwa sedikitnya 11 orang kehilangan nyawa akibat serangan udara yang menghantam sebuah rumah di wilayah Sheikh Radwan, Gaza utara pada minggu pagi. Ia juga menyebutkan bahwa di antara korban tewas terdapat perempuan dan anak-anak. (voaindonesia.com, 5/1/2025)

Akibat Nasionalisme

Palestina terus mengalami serangan intensif dari Zionis, menyebabkan banyak korban berjatuhan, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Namun, respons dunia, termasuk negara-negara Muslim, masih terbatas pada dialog dan upaya mediasi yang tidak membuahkan hasil nyata. 

Para pemimpin negara-negara Muslim seringkali hanya menunjukkan sikap simbolis saat menyuarakan dukungan untuk Palestina, sementara solusi yang diusulkan cenderung mengikuti arahan dari Barat. Begitu pula dengan komunitas internasional dan lembaga global yang sejauh ini hanya sebatas mengeluarkan kecaman tanpa tindakan konkret.

Pada dasarnya, alasan para pemimpin negara-negara Muslim tidak mampu mengambil tindakan nyata adalah karena terikat oleh paham nasionalisme. Ideologi ini telah membatasi upaya pembelaan terhadap Palestina, sehingga hanya sebatas kecaman tanpa langkah yang nyata. Inilah yang terjadi di Mesir. 

Atas nama nasionalisme, Presiden Mesir Abdul Fattah As-Sisi membatasi akses di Pintu Rafah, satu-satunya jalur keluar-masuk dari dan ke Gaza.

Dengan dalih masalah ekonomi, Mesir menolak menerima pengungsi Palestina. Bahkan, As-Sisi dengan tegas menyatakan bahwa membuka Pintu Rafah secara bebas berarti melanggar perjanjian damai dengan entitas Yahudi yang telah terjalin sejak 1979. Bukankah sikap ini menunjukkan bahwa Mesir secara terang-terangan berpihak pada entitas Yahudi?

Sungguh ironis, sebuah entitas kecil seperti Zionis Yahudi mampu melakukan genosida terhadap kaum Muslim di Palestina, meskipun wilayah tersebut dikelilingi oleh negara-negara Muslim yang jauh lebih besar baik dalam jumlah maupun kekuatan.

Oleh karena itu, masalah Palestina sebenarnya berakar pada perpecahan di antara negara-negara Islam. Setiap wilayah sibuk dengan kebanggaan terhadap identitas daerahnya masing-masing. Ikatan kesukuan dan nasionalisme berhasil memisahkan umat Muslim, sehingga mereka merasa cukup hanya mengurus urusan dalam negeri sendiri. Akibatnya, rakyat Palestina seolah dibiarkan berjuang sendirian.

Sementara itu, solusi yang ditawarkan PBB, yakni pembentukan dua negara untuk Israel dan Palestina, hanyalah ilusi. Bagi AS, solusi dua negara menjadi dilema di satu sisi mereka mengajukan proposal tersebut, namun disisi lain mereka mendukung tindakan kejahatan Israel. 

Hal ini menunjukkan bahwa solusi dua negara sebenarnya hanya merupakan tipuan manis dari AS dan sekutunya, dirancang sebagai bagian dari skenario Barat untuk menanamkan nasionalisme agar negara-negara Muslim percaya bahwa mereka berpihak kepada Islam, padahal sejatinya hanyalah muslihat belaka.

Alhasil, selama negara-negara Muslim tetap berpegang pada nasionalisme dan demokrasi, mereka akan terus menjadi pengikut setia Barat. Jika ingin membebaskan Palestina dari penjajahan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyatukan negara-negara Muslim dan menyadarkan umat untuk meninggalkan demokrasi serta nasionalisme.

Islam, Solusi Hakiki

Dengan demikian, semua ini menunjukkan bahwa dunia saat ini tidak memiliki solusi efektif untuk menghentikan penjajahan zionis. Satu-satunya solusi menyeluruh adalah melalui jihad melawan Zionis. 

Umat Islam perlu menyerukan kepada para pemimpin negara-negara Muslim untuk menggerakkan pasukan mereka dalam upaya jihad melawan Zionis. Kesadaran umat juga harus dibangun mengenai pentingnya solusi menyeluruh untuk mengakhiri penjajahan Palestina oleh Zionis.

Maka itu, umat Muslim tidak memiliki pilihan lain selain kembali pada inti permasalahan Palestina dan menjadikan ideologi Islam sebagai solusi. Para pemimpin di negara-negara Muslim harus menyadari bahwa menggantungkan harapan pada PBB ibarat berharap pada hal yang mustahil tercapai. 

Hanya dengan persatuan umat Muslim lah musuh-musuh Islam akan merasa terancam. Menyatukan kekuatan umat Muslim dan menggerakkan pasukan akan menjadi kekuatan yang mampu menghancurkan segala kesombongan kaum kafir.

Sejatinya, masalah Palestina adalah masalah umat Muslim. Tidak ada seorangpun yang berhak menyerahkan tanah kharajiyah kepada pihak lain, terlebih kepada perampok dan penjajah seperti Zionis. 

Oleh karena itu, sikap yang seharusnya diambil terhadap Zionis yang telah merebut tanah Palestina adalah sesuai dengan perintah Allah Swt., yaitu berperang dan mengusir mereka!

Demikian sebagaimana firman-Nya, “Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tangan kalian, menghinakan mereka serta akan menolong kalian atas mereka sekaligus melegakan hati kaum mukmin.” (QS At-Taubah [9]: 14).

Walhasil, diperlukan sebuah kekuasaan Islam yang menyerukan jihad fi sabilillah. Tidak ada solusi lain untuk Palestina selain tegaknya syariat Islam. Melalui Islam, batas-batas nasionalisme akan runtuh, persatuan umat Muslim akan terwujud, dan akidah Islam akan menjadi dasar dari kekuatan Islam. Khalifah akan memimpin seruan jihad untuk melawan musuh-musuh Islam.

Hanya dengan jihad dan diterapkannya syariat Islam yang akan menjadi solusi mendasar untuk Palestina dan negeri-negeri Muslim lainnya yang masih berada di bawah penjajahan. Islam adalah rumah dan tempat perlindungan yang aman bagi umat Muslim. Dengan adanya Islam, kehormatan, nyawa, dan harta kaum Muslim akan terlindungi.

Wallahu a’lam bii ash-Shawab.


Oleh: Nurul Aini Najibah
Pegiat Literasi
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar