Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bulan Rajab dan Pembebasan Palestina

Topswara.com -- Umat Islam kini sedang berada pada bulan mulia, bulan Rajab adalah salah satu dari bulan haram. Nabi SAW bersabda, ”Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhar yang terletak antara Jumadal (akhir) dan Sya’ban” (HR. Bukhari dan Muslim).

Bagi umat Islam banyak peristiwa penting yang terjadi di bulan Rajab, termasuk perubahan yang telah mengubah wajah dunia Islam. Di antara peristiwa itu adalah peristiwa Isra' Mi'raj Nabi SAW dan turunnya perintah shalat, perubahan arah kiblat, hijrah ke Habasyah, perang Tabuk, perang Yarmuk, pembebasan Baitul Maqdis, dan penghapusan daulah Utsmaniyah.

Pembebasan Baitul Maqdis

Di masa kekhilafahan Abbasiyah Baitul Maqdis pernah dikuasai oleh pasukan salib. Perang salib berlangsung selama hampir dua abad. Tentara salib berhasil menguasai Baitul Maqdis. Mereka membantai penduduk Muslim, menghancurkan masjid, dan melakukan berbagai pengrusakan.

Baitul Maqdis berhasil direbut kembali oleh kaum Muslim pada bulan Rajab, tepatnya pada 28 Rajab 583 H/2 Oktober 1187 M, di bawah kepemimpinan Shalahuddin al-Ayyubi, setelah mereka mengalahkan pasukan Salib dalam perang Hittin. Saat itu pun azan kembali dikumandangkan dan salat Jumat kembali dilaksanakan di Masjid al-Aqsha setelah 88 tahun diduduki tentara Salib.

Penghapusan Khilafah Utsmaniyah
Peristiwa penting lainnya di bulan Rajab adalah tragedi penghapusan Khilafah Utsmaniyah pada tanggal 28 Rajab 1342 H (3 Maret 1924 M) oleh Mustafa Kemal Ataturk. Seorang etnis Yahudi Dunama yang merupakan antek Inggris. 

Khilafah Utsmaniyah merupakan kekhilafahan terakhir umat Islam dan hingga saat ini belum kembali tegak. Runtuhnya khilafah Utsmaniyah menjadi malapetaka bagi dunia terutama umat Islam. 101 tahun tanpa khilafah kita menyaksikan kejahatan dan kerusakan telah merata di seluruh aspek kehidupan. Umat Islam pun terpecah, terbelakang, hidup dalam penderitaan dan kekayaan alamnya dirampok.

Pembebasan Palestina 

Jika kita melihat lagi kondisi saudara kita di Palestina, lebih dari satu tahun pembantaian tidak berhenti. Amerika dengan terang-terangan terus memberikan bantuan militer kepada Israel untuk memerangi umat Islam disana. Mirisnya para pemimpin negeri-negeri Islam mencukupkan diri pada narasi dan pembelaan palsu.

Padahal umat Islam adalah umat yang satu dan bagaikan satu tubuh. Rasulullah bersabda, "Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, berbelas kasih terhadap sesama, ibarat satu jasad. Apabila anggota badan ditimpa sakit, seluruh badan lainnya akan merasakan sakit" (HR.Muslim). 

Berdasarkan hadis ini seharusnya umat Islam turut merasakan pedihnya muslim Palestina. Sepanjang waktu dan sepanjang tahun mereka hidup di bawah ancaman nyawa. Bahkan dalam setahun ini 45.000 jiwa menemui syahidnya. Hingga kini Muslim Palestina banyak yang hidup di tempat pengungsian dan tanpa makan yang layak. 

Diamnya para pemimpin Muslim dari pembelaan Palestina menunjukkan hilangnya rasa persatuan ini. Sekat-sekat nasionalisme menjadikan setiap negeri Islam fokus pada urusan dalam negeri masing-masing. 

Padahal identitas Muslim seharusnya menjadikan hati para penguasa Muslim untuk tergerak tidak hanya mengirimkan makanan dan obat-obatan, akan tetapi lebih dari itu mengirimkan pasukan yang bisa membebaskan Palestina dan mengakhiri penjajahan di sana.

Palestina hanya bisa dibebaskan dengan jihad. Hanya saja seruan jihad ini hanya bisa dikomando oleh pemimpin tunggal bagi seluruh umat Islam yaitu khalifah. Karena hanya khalifah saja yang bisa memberikan perintah untuk berjihad melawan orang-orang kafir yang bertindak kejam dan menyerang umat Islam.

Ketiadaan khalifah bagi umat Islam seperti saat ini menjadikan umat Islam seperti sabda Rasulullah, "Suatu masa nanti, bangsa-bangsa akan memperebutkan kalian seperti orang-orang yang sedang makan yang memperebutkan makanan di atas nampan" (HR.Ahmad).[]


Oleh: Nurjannah Sitanggang
(Aktivis Muslimah)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar