Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Refleksi 2024 (9): Tahun Penuh Polusi Rebutan Kekuasaan

Topswara.com -- Wajah-wajah memelas kekuasaan
Bertengger di pinggiran jalan penuh debu dan polusi knalpot kendaraan
Memasang wajah manis dengan kostum klimis
Menebar ribuan janji yang sulit tertepati 

Di mana-mana berdengung perubahan
Jualan kesejahteraan di hadapan jutaan rakyat yang hidup kekurangan
Jualan kepastian hukum di depan rakyat yang bodoh hukum
Jualan anti korupsi di tengah korupsi sudah jadi tradisi

Tahun penuh polusi di dunia maya dan nyatanya
Pasukan pendengung dan influencer berubah pola kerjasama
Mempengaruhi publik dengan opini yang tak autentik 
Mengajak pada ilusi demokrasi yang tiada guna mengenggam dengan tangan kosong

Perebutan kekuasaan dengan mengikuti pemimpin dinasti
Seolah tidak ingin melepaskannya dari genggam eratnya
Padahal kekuatan kekuasaan itu sangat rapuh dan rentan
Semisal sarang laba-laba yang mudah dan lemah sirna

Tahun politik penuh polemik
Kasak-kusuk dalam omongan rakyat yang selalu menusuk
Bukan tanpa dasar untuk selalu merajuk
Rangkaian ingin berkuasa jadi dalang siapa yang mengganti kursi istana

Tidaklah berlebihan jika dikatakan pertikaian
Sesama anak bangsa yang tak dididik dengan etika
Sebab demokrasi biang segala kacau balau 
Mempertahankan sama saja memelihara keterpurukan

Belum lagi hati rakyat yang terus dicincang halus
Mulut rakyat dijejali dengan uang recehan
Dipaksa hadir memilih di hari pilihan
Hajar serangan fajar tak berlaku dengan sikap pragmatisme rakyat jalanan

Pikiran rakyat pun cabuh penuh ketidakpastian
Siapapun yang jadi dan terpilih tak jauh dari oligarki
Modal segunung menjadi politisi dibela untuk bisa berkuasa
Tidak masuk akal modal dengkul jadi pejabat kawakan

Tahun penuh polusi perebutan kekuasaan
Mau orang dalam atau orang luaran
Mau ketua partai atau petugas partai
Kekuasaan jadi bancaan elite yang menginjak kaum alit

Polusi perebutan kekuasaan tak berhenti sampai di titik ini
Koma dan kata sambung terus saja melambung
Satu persatu kartu AS dimatikan dengan ditebas
Seolah penjara akhir dari semua politisi demokrasi yang telah mati hari nurani


Oleh: Hanif Kristianto
Analis Politik dan Media 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar