Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pilar-Pilar Keluarga Sakinah (Bagian 2)

Topswara.com -- Cintailah Dia Sekedarnya Saja! (Pelajaran Cinta Abdurrahman bin Abu Bakar ra Kepada Laila) 

Cinta kepada istri atau suami itu sekedarnya saja. Sekedarnya itu bukanlah seenaknya. Atau sesuai kehendak nafsunya saja. Namun sesuai kadar atau ukuran yang Allah dan RasulNya perintahkan. 

Sorang suami tak boleh mencintai istrinya lebih dari sekedarnya. Demikian pula seorang istri tak boleh mencintai suaminya lebih dari sekedarnya. 
Kadar cinta sekedarnya itu kurang lebih sebagai berikut:

Pertama, kadar cinta tertinggi suami atau istri hanyalah untuk Allah dan Rasul-Nya. Inilah cinta tanpa syarat apapun. Mutlak sifatnya. Tidak boleh cinta kepada Allah dan Rasul-Nya terbagi. Tidak boleh ada selain keduanya yang dicintai dengan kadar sama apalagi lebih besar daripada cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. 

Surat At-Taubah Ayat 24 قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ 
ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَ

"Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik."

Kedua, cinta kepada manusia sesuai ukuran masing masing. Begitulah cinta manusia dibagi bagi kepada manusia lainnya. Ada cinta kepada kedua orang tua, cinta kepada istri, cinta kepada suami, cinta kepada anak anak, cinta kepada kerabat, cinta kepada sahabat, dan cinta kepada semua manusia. 

Kadar cinta kepada sesama manusia berada dibawah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Berarti cinta kepada sesama manusia ini ada karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Atau sebagai realisasi dari cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Yakni dengan batasan perintah dan laranganNya. 

Tidak boleh dengan alasan cinta kepada suami istri melanggar syariat Allah. Tak boleh karena alasan cinta kepada istri suami melanggar syariat islam. Inilah cinta sekedarnya itu. 

Cinta sekedarnya ini juga akan bisa menjaga suami atau istri dari rasa kecewa mendalam jika suami atau istri berubah suatu saat. Kan tidak ada jaminan suami istri akan tetap bersama sampai mati. Bisa saja dan banyak faktanya suami istri akhirnya harus bercerai dengan berbagai sebab. 

Jika cinta suami istri sekedarnya maka rasa kecewa itu tidak akan terlalu dalam. Yah kecewa juga sesuai kadarnya. Bisa jadi pula seseorang akan berubah sehingga cinta pun berubah karenanya. 

Para ulama sejarah mengisahkan, pada suatu hari Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu bepergian ke Syam untuk berniaga. Di tengah jalan, ia melihat seorang wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan bernama Laila bintu Al Judi. 

Tanpa diduga dan dikira, panah asmara Laila melesat dan menghujam hati Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu. Maka sejak hari itu, Abdurrahman radhiallahu ‘anhu mabok kepayang karenanya, tak kuasa menahan badai asmara kepada Laila bintu Al Judi. 

Sehingga Abdurrahman radhiallahu ‘anhu sering kali merangkaikan bair-bait syair, untuk mengungkapkan jeritan hatinya. Berikut di antara bait-bait syair yang pernah ia rangkai:

Aku senantiasa teringat Laila yang berada di seberang negeri Samawah
Duhai, apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku?
Hatiku senantiasa diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita
Paras wajahnya slalu membayangi mataku dan menghuni batinku.
Duhai, kapankah aku dapat berjumpa dengannya,
Semoga bersama kafilah haji, ia datang dan akupun bertemu.

Karena begitu sering ia menyebut nama Laila, sampai-sampai Khalifah Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu merasa iba kepadanya. Sehingga tatkala beliau mengutus pasukan perang untuk menundukkan negeri Syam, ia berpesan kepada panglima perangnya: bila Laila bintu Al Judi termasuk salah satu tawanan perangmu (sehingga menjadi budak), maka berikanlah kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu. 

Dan subhanallah, taqdir Allah setelah kaum muslimin berhasil menguasai negeri Syam, didapatkan Laila termasuk salah satu tawanan perang. Maka impian Abdurrahmanpun segera terwujud. Mematuhi pesan Khalifah Umar radhiallahu ‘anhu, maka Laila yang telah menjadi tawanan perangpun segera diberikan kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu.

Anda bisa bayangkan, betapa girangnya Abdurrahman, pucuk cinta ulam tiba, impiannya benar-benar kesampaian. Begitu cintanya Abdurrahman radhiallahu ‘anhu kepada Laila, sampai-sampai ia melupakan istri-istrinya yang lain. 

Merasa tidak mendapatkan perlakuan yang sewajarnya, maka istri-istrinya yang lainpun mengadukan perilaku Abdurrahman kepada ‘Aisyah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan saudari kandungnya.

Menyikapi teguran saudarinya, Abdurrahman berkata: “Tidakkah engkau saksikan betapa indah giginya, yang bagaikan biji delima?”
Akan tetapi tidak begitu lama Laila mengobati asmara Abdurrahman, ia ditimpa penyakit yang menyebabkan bibirnya “memble” (jatuh, sehingga giginya selalu nampak). Sejak itulah, cinta Abdurrahman luntur dan bahkan sirna. Bila dahulu ia sampai melupakan istri-istrinya yang lain, maka sekarang iapun bersikap ekstrim. Abdurrahman tidak lagi sudi memandang Laila dan selalu bersikap kasar kepadanya. Tak kuasa menerima perlakuan ini, Lailapun mengadukan sikap suaminya ini kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Mendapat pengaduan Laila ini, maka ‘Aisyahpun segera menegur saudaranya dengan berkata:

يا عبد الرحمن لقد أحببت ليلى وأفرطت، وأبغضتها فأفرطت، فإما أن تنصفها، وإما أن تجهزها إلى أهلها، فجهزها إلى أهلها.

“Wahai Abdurrahman, dahulu engkau mencintai Laila dan berlebihan dalam mencintainya. Sekarang engkau membencinya dan berlebihan dalam membencinya. Sekarang, hendaknya engkau pilih: Engkau berlaku adil kepadanya atau engkau mengembalikannya kepada keluarganya. Karena didesak oleh saudarinya demikian, maka akhirnya Abdurrahmanpun memulangkan Laila kepada keluarganya.

(Tarikh Damaskus oleh Ibnu ‘Asakir 35/34 & Tahzibul Kamal oleh Al Mizzi 16/559).
Karenanya Sobat, cintailah sekedarnya saja.[]


Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar