Topswara.com -- Sudah menjadi salah satu momentum yang dinantikan pada tanggal 25 November setiap tahunnya untuk memperingati Hari Guru Nasional. Biasanya beragam acara akan dilakukan di sekolah-sekolah. Pun dengan adanya pemberian hadiah dari murid kepada guru mereka.
Terlebih lagi di era media digital hari ini, media sosial akan ramai menunjukkan perayaan hari guru dengan haru dan bahagia. Lantas, benarkah guru telah menjadi sebenar-benarnya guru? Terlebih dengan banyaknya persoalan yang terjadi pada guru, murid serta hubungan antara keduanya.
Di antara dari persoalan yang dialami oleh guru sejak lama ialah perihal gaji yang tidak layak. Terutama bagi yang masih menyandang status sebagai guru honorer. Persoalan gaji guru yang tidak layak bukan lagi hal baru dewasa ini, melainkan menjadi persoalan yang sering diangkat dalam forum debat para pemangku kekuasaan dan pengamat politik pendidikan.
Namun hingga kini tak kunjung ada solusi yang menyelesaikan. Dilansir dari nasional.kontan, Lembaga Riset Institute for Demographic and Affluence Studies (IDEAS) menyebut, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tidak mampu menopang gaji guru honorer secara layak. Direktur Advokasi Kebijakan IDEAS Agung Pardini mengatakan, negara belum sepenuhnya hadir untuk memberikan kesejahteraan yang layak bagi para guru honorer. (25/11/2024).
Belum lagi dengan adanya perbuatan kontraproduktif terhadap profesinya. Di mana guru menjadi pelaku bullying, kekerasan fisik dan seksual bahkan turut terlibat judol. Ada juga kondisi sebaliknya di mana guru yang menjadi korban kriminalisasi dari pihak murid dan orangtua murid, yang menunjukkan guru tidak memiliki jaminan perlindungan.
Dari JawaPos.com, Berdasarkan data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Jenis kekerasan di sekolah didominasi oleh kekerasan seksual yang jumlahnya mencapai 42 persen. Disusul oleh perundungan sebesar 31 persen, kekerasan fisik 10 persen, kekerasan psikis 11 persen, dan kebijakan yang mengandung kekerasan 6 persen. (13/10).
Keadaan ini makin hari makin pelik dan bertambah rumit. Apakah gerangan yang menjadikan kondisi ini terjadi dan bahkan berulang ? Tak bisa dipungkiri, dengan berulangnya suatu kasus maka sudah pasti merupakan sesuatu hal yang terjadi secara sistematis.
Maksudnya ini dikarenakan sistem yang berjalan di suatu negeri. Maka perlu ditelisik sistem seperti apa yang dianut negeri ini sekarang.
Sekularisme telah menjamur dan bahkan menjadi landasan bernegara. Hal ini terang saja memberikan dampak besar pada setiap cabang persoalan yang ada. Termasuk ah di dalamnya persoalan pendidikan. Sekularisme sendiri ialah paham yang memisahkan aturan agama dari kehidupan.
Paham ini meyakini keberadaan Tuhan namun tidak sebagai pengatur kehidupan, baik itu kehidupan bernegara ataupun cabangnya.
Pendidikan hari ini juga telah didominasi sistem kapitalisme yang mana menghasilkan pola pikir berasaskan manfaat semata serta mengejar materi. Belum lagi dengan fakta bahwa sistem pendidikan hari ini berfokus mencetak generasi penggerak roda ekonomi, bukannya menjadi generasi yang lurus untuk peradaban umat di masa depan.
Maka alhasil tak terelakkan kondisi di mana bully, kekerasan seksual dan fisik bisa terjadi di ranah pendidikan. Baik itu pelakukan guru ataupun sesama murid.
Didikan sistem kapitalisme sekular hari ini telah membuahkan hasil yang mengerikan. Menjadikan generasi pendidik dan terdidik pun tak terhindarkan dari perbuatan dosa dan maksiat.
Islam menghormati ilmu dan pembawanya, di antaranya ialah guru. Islam sebagai mabda yang diemban dan diterapkan hukumnya oleh negara akan memberikan jaminan perlindungan terhadap para guru serta peningkatan kualitas ilmunya.
Sesungguhnya saat pendidik ialah generasi terdidik di masa sebeumnya, maka ia pun akan menjadi pendidik yang baik di masanya serta masa depan. Jelas saja pengaruh kualitas pendidikan akan diutamakan.
Sistem pendidikan dalam Islam bertujuan untuk menghasilkan generasi terdidik dengan mengajarkan pola pikir islamiyah serta pola sikap islamiyah. In bertujuan untuk membentuk karakter bersyakhsiyah Islamiyah. Di mana ada keselarasan antara pola pikirnya serta bagaimana pola sikapnya. Hal yang tentu aja tak dimiliki sistem kufur hari ini.
Sebab tujuan utama Islam dalma pendidikan ialah membentuk karakter kuat, bukan untuk tujuan roda ekonomi. Justru Islam akan menjamin pendidikan murah bahkan gtaris namun dengan kualitas tak main-main.
Islam juga memiliki mekanisme yang tertib dan teratur dalam memperlakukan guru, karena guru adalah salah satu pihak yang berjasa dalam sistem Pendidikan. Di antaranya ialah memberikan gaji yang besar serta memberikan jaminan keamanan ketika melaksanakan tugas.
Hal ini tentu saja tak mungkin bisa terterapkan bila masih memakai sistem kufur sebagai asas bernegara. Untuk itu Islam harus dikembalikan sebagai sebuah aturan bernegara sehingga setiap cabang hukum yang terpancar dari aturan ini akan mampu terterapkan. Termasuk sistem pendidikannya yang cemerlang serta akan menghasil generasi emas untuk peradaban umat.
Wallahualam Bisshawab.
Oleh: Tri Ayu Lestari
Penulis Novel Remaja dan Aktivis Dakwah
0 Komentar