Topswara.com -- Viral, pernikahan sepasang kakek (64) dan nenek (89) di Wonogiri, Jateng. Masyaallah, ini bukan tentang cinta romantis. Tapi tentang teman hidup, bukan sekadar teman sekamar.
Menikah sekali untuk selamanya. Harapan semua orang begitu. Lalu lika-liku perjuangan dimulai. Manis pahit silih berganti. Air mata suka cita, bergiliran dengan air mata derita. Ya, setiap rumah tangga menyimpan air mata masing-masing.
Kadang, jodoh berhenti di tengah pelayaran. Tersebab badai yang terlalu kuat hingga memisahkan ikatan akad. Bisa juga karena takdir, di mana Allah memanggil duluan salah satu pasangan. Akhirnya, sendiri lagi. Kehilangan teman sejati.
Saat perahu usia semakin menua, rasa sunyi menghinggapi. Ini bukan tentang rasa sepi dari pelukan kekasih. Bukan tentang butuh kehangatan dalam hubungan romantis. Usia telah mengajarkan bahwa persahabatan sebagai teman hiduplah yang lebih dibutuhkan, dibanding sekadar cinta-cintaan.
Di saat senja, ketika anak-cucu bercengkerama dengan dunianya sendiri. Merasa tak berhak menuntut perhatian mereka setiap detik. Lagipula, dunia mereka berbeda. Tak akan sanggup menyelami dunia senja.
Maka, tak perlu heran dengan mereka yang menikah di usia senja. Justru, ini adalah pelajaran berharga bagi pasangan hidup yang masih muda. Yang masih diizinkan Allah bersama, meski menjalaninya penuh air mata.
Pelajaran pertama tentang rasa syukur, akan adanya teman hidup dalam berjuang. Ya, hidup ini berat. Tak usah merasa sok kuat. Kita butuh bahu untuk bersandar. Meski mungkin bahu itu pun tak sekokoh batu karang.
Pelajaran kedua tentang rasa sabar, untuk menerima dan mencintai kekurangan pasangan. Menyadarinya sebagai manusia biasa, untuk menguji mental baja kita. Sabar membersamainya sebagai teman hidup, hingga akhir hayat. Semoga Allah mengizinkan.[]
Oleh: Kholda Najiyah
Founder Salehah Institute
0 Komentar