Topswara.com -- Krisis air bersih menjadi momok yang terus menghantui masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Di Gili Ketapang, misalnya, warga harus berebut air kemasan di pelabuhan karena minimnya akses terhadap air bersih yang memadai (surabaya.kompas.com, 11/12/2024). Hal serupa terjadi di Bengkalis, Riau, di mana baru 60 persen wilayah yang terlayani distribusi air bersih dari pemerintah daerah (rri.co.id, 11/12/2024).
Krisis air bersih mencerminkan bahwa pengelolaan sumber daya air yang dilakukan oleh pemerintah masih belum optimal. Masalah ini tidak hanya disebabkan oleh kurangnya infrastruktur, tetapi juga oleh faktor lain seperti alih fungsi lahan, pencemaran, dan monopoli sumber daya air.
Sistem kapitalisme menjadikan air sebagai komoditas ekonomi yang diperjualbelikan demi keuntungan. Hal ini membuat akses air bersih menjadi terbatas pada golongan tertentu, sehingga tidak dapat dinikmati secara bebas, terutama oleh masyarakat miskin di perkotaan.
Padahal, air bersih adalah kebutuhan pokok manusia yang seharusnya dapat diakses secara bebas dan gratis oleh seluruh masyarakat. Pengelolaan sumber daya air ini semestinya berada di bawah kendali penuh negara sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah terhadap rakyatnya.
Pencemaran air oleh limbah industri juga menjadi bukti nyata bagaimana kapitalisme merusak ekosistem. Sungai, yang dahulu menjadi sumber kehidupan masyarakat, kini terkontaminasi oleh limbah tanpa pengawasan ketat dari pemerintah.
Alih fungsi lahan resapan menjadi kawasan industri dan perkotaan semakin memperparah situasi ini. Padahal, keberadaan daerah resapan sangat vital untuk menjaga ketersediaan air tanah dan mencegah krisis air bersih di masa depan.
Perspektif Islam tentang Pengelolaan Air
Berbeda dengan sistem kapitalisme, Islam memiliki paradigma yang jelas dalam pengelolaan sumber daya air. Dalam Islam, air adalah milik publik yang tidak boleh dimonopoli atau dikomersialisasi.
Rasulullah SAW bersabda, “Manusia berserikat dalam tiga hal: air, rumput, dan api” (HR. Abu Dawud).
Hadis ini menegaskan bahwa air harus dikelola untuk kepentingan seluruh umat manusia tanpa diskriminasi.
Islam juga memiliki konsep himma, yaitu penetapan kawasan tertentu untuk melindungi sumber daya alam. Daerah resapan air, misalnya, dijaga agar tidak dialihfungsikan untuk kepentingan ekonomi semata.
Dalam sistem Islam, pemerintah bertanggung jawab penuh untuk memastikan kebutuhan air bersih terpenuhi bagi setiap individu. Hal ini mencakup pembangunan infrastruktur modern seperti jaringan perpipaan, waduk, dan fasilitas pengolahan air dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.
Sistem pemerintahan Islam dalam sejarahnya memberikan contoh nyata bagaimana pengelolaan air dapat dilakukan secara adil dan efisien. Pada masa itu, negara membangun saluran irigasi, bendungan, dan sistem distribusi air yang menjangkau seluruh rakyat, baik di perkotaan maupun pedesaan, tanpa membebani masyarakat dengan biaya tambahan.
Krisis air bersih yang terjadi saat ini mencerminkan kegagalan sistem kapitalisme dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Sistem yang hanya bersumber dari akal manusia jelas akan mendatangkan kegagalan. Sudah seharusnya hal ini menjadi renungan bagi kita semua, terutama sebagai Muslim, bahwa tidak ada alternatif lain yang bisa diambil kecuali dengan sistem Islam.
Sistem Islam adalah sistem yang bersumber dari Allah SWT. Dalam sejarahnya, sistem ini telah berhasil menaungi umat manusia dengan kesejahteraan selama lebih dari 13 abad, menguasai hampir 1/3 bagian dunia. Sebaliknya, sistem kapitalisme yang saat ini mendominasi dunia telah menyebabkan kerusakan yang signifikan di hampir setiap aspek kehidupan.
Anehnya, masih banyak yang berharap pada sistem yang lemah dan rusak ini. Mereka mengira bahwa suatu saat nanti kapitalisme akan membawa kesejahteraan bagi kehidupan manusia. Namun kenyataannya, kesejahteraan itu tidak akan pernah tercapai selama sistem kapitalisme masih diterapkan. Sistem ini lahir dengan cacat yang tidak dapat diperbaiki oleh manusia.
Selayaknya, sebagai Muslim yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, kita wajib meyakini bahwa manusia hanya akan sejahtera jika kehidupannya diatur sesuai dengan syariat Allah secara menyeluruh. Sistem Islam tidak hanya mampu menjamin ketersediaan air bersih, tetapi juga mampu memenuhi segala kebutuhan masyarakat dengan sempurna. []
Oleh: Maziyahtul Hikmah S.Si.
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar