Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Islam Itu Mengajarkan Kedisiplinan Waktu

Topswara.com -- Khadim Ma'had Syaraful Haramain Kiai Hafidz Abdurrahman, M.A., mengatakan Islam itu mengajarkan kedisplinan waktu dengan ditetapkannya waktu shalat lima waktu.

"Islam itu mengajarkan iltizam atau kedisiplinan tadi itu dengan ditetapkannya waktu shalat lima waktu," ungkapnya di akun Instagram @har.030324, Sabtu (30/11/2024).

Ia menjelaskan, Islam mengajarkan kedisiplinan yang luar biasa. Setiap hari diajarkan terikat dengan waktu shalat. Kemudian menjalankan tepat pada waktunya dengan berbagai aktivitas yang ada di dalamnya. Disiplin adalah keterikatan seseorang kepada apa yang sudah menjadi komitmen, entah itu terkait dengan jadwal, entah itu terkait dengan kebiasaan, aktivitas dan sebagainya.

"Itu (shalat) harus kita lakukan dengan disiplin dan kalau itu kita lakukan dengan disiplin, maka itu akan membentuk karakter kedisiplinan tadi di dalam diri kita, dan kalau itu kita biasakan pada anak-anak kita maka cara itu adalah cara terbaik," ujarnya.

Oleh karena itu, disiplin pada dasarnya adalah menepati aturan yang sudah menjadi pemahaman dan disepakati. Jadi ketika misalnya di rumah, orang tua itu membiasakan disiplin dengan cara mengatur waktunya, kapan anak bangun, jam berapa mandi, kemudian setelah itu apa yang dia harus lakukan dan sebagainya. Itu semuanya adalah bagian dari cara yang bisa dilakukan orang tua untuk membentuk kedisiplinan.

Tetapi bukan hanya sekadar membuat acara atau membuat jadwal. Tetapi yang paling penting itu adalah mengontrol bagaimana agar anak itu betul-betul komitmen, betul-betul menjalankan apa yang ada di dalam jadwal tadi atau di dalam agenda tadi.

"Nah tahapan yang paling sulit itu adalah justru mengontrol tadi sampai kemudian terbentuk kebiasaan yang disebut habit, pembentukan habit itu dalam penelitian psikologi itu dibutuhkan waktu kurang lebih sekitar tiga bulan, artinya kalau dia konsisten melakukan pembiasaan dalam waktu tiga bulan tadi maka itu akan sangat berpotensi untuk terbentuknya habit baru," sambungnya.

Kemudian, setelah terbentuk habit baru tadi proses selanjutnya lebih mudah yaitu menjaga agar kontinuitasnya, dalam bahasa Arabnya mulahaqqoh-nya tadi itu terus menerus, tetapi kalau ini (habit) berhenti kemudian nanti longgar lagi maka ini akan membentuk habit baru lagi. [] Alfia Purwanti
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar