Topswara.com -- Pemerhati Keluarga dan Generasi, Ustazah Dedeh Wahidah Achmad menjelaskan bahwa komunikasi yang dilakukan dalam Islam harus bertujuan untuk menyebarkan kebaikan, bukan demi hawa nafsu.
"Dalam Islam, komunikasi yang kita lakukan dengan siapa pun harus bertujuan untuk menyebarkan kebaikan, bukan demi hawa nafsu kita," lugasnya dalam Family Zone: Adab Berkomunikasi dalam Islam di kanal YouTube Muslimah Media Hub, Selasa (17/22/2024).
Ia mengatakan, jika menilik teori bahwa 70 persen dalam hidup adalah komunikasi interaksi seseorang dengan orang lain, baik komunikasi verbal, tulisan maupun dengan bahasa tubuh. Sehingga ada yang menyimpulkan, sukses dalam komunikasi, sukses dalam kehidupan, tetapi jika gagal dalam komunikasi, maka rugi dalam kehidupan.
"Sementara, Islam memberikan pandangan dan aturan supaya dalam komunikasi itu mencapai target kehidupan kita, yakni bernilai ibadah. Jangan sampai komunikasi kita dengan orang lain sekadar berujung hubungan baik antar manusia, tetapi nol dalam nilai ibadah. Apalagi jika komunikasi itu berupa pelanggaran hukum syarak yang berujung pada dosa," mirisnya.
Kemudian ia menegaskan dengan membacakan hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari Muslim
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam."
Akan tetapi, kata Ustazah Dedeh dari hadis tersebut banyak orang yang salah memahami. Mereka memilih diam karena berpikir tidak bisa berkata baik. Sehingga, dalam kehidupannya dihabiskan dengan diam. Padahal, yang pertama dikatakan dalam hadis tersebut bukan diam, tetapi Rasulullah Saw. memerintahkan seseorang untuk berkata baik.
"Oleh karena itu, prinsip pertama yang harus ditanamkan pada diri kita dalam kehidupan ini adalah bahwa kita harus menyampaikan kebaikan, mendakwahkan dan menyebarkan Islam. Maka, dengan melakukan hal itu, Islam akan tersebar ke seluruh dunia. Orang-orang akan lebih banyak lagi tercerdaskan oleh ajaran Islam. Salah satunya melalui komunikasi kita," terangnya.
Akan tetapi, katanya, memang, jika seseorang tidak mampu menyampaikan sesuatu dengan baik, maka diam. Karena ketika seseorang tidak mampu menyampaikan kebenaran dengan cara yang benar, boleh jadi kebenaran itu dikeluarkan, tetapi responsnya negatif. Suatu kebenaran jika disampaikan dengan cara yang salah, maka akan berujung pada kesimpulan yang salah.
Metode Islam
Ia memaparkan, orang diajarkan Islam, tetapi metode atau uslubnya bukan dengan metode dakwah seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Misalnya memilih cara yang dilakukan oleh orang-orang liberal. Pokoknya asal bicara tanpa memperhatikan konten dan caranya. Maka, wajar jika kemudian ada dalam benak orang yang menerima dakwah itu mengatakan bahwa ini adalah ajaran yang salah.
Namun, lanjutnya, ketika seseorang menyampaikan dengan cara yang benar seperti ketika Rasulullah Saw. menyampaikan Islam, maka tidak lepas dari Al-Qur’an, al-hadis atau ijma' sahabat atau metode qiyas.
"Oleh karena itu, ketika seseorang tidak memiliki kemampuan untuk menyampaikan Islam dengan cara yang benar, maka ia harus meningkatkan kemampuannya (me-upgrade diri) bagaimana supaya bisa menyampaikan Islam dengan benar. Sehingga, diamnya itu ada batasnya, bukan diam selamanya," ungkapnya.
Lebih jauh ia katakan, ketika seseorang mau berkomunikasi dengan siapa pun, maka harus menyadari bahwa komunikasi tersebut dalam rangka melakukan perintah Allah Swt dan Rasul-Nya. yakni menyampaikan dakwah Islam. Dan ia menyadari bahwa saat itu ada malaikat di sisi kanan kiri yang mencatat apakah yang diucapkannya itu baik atau salah. Apakah ada unsur kebohongan, ghibah, fitnah dan lainnya yang berujung pada perbuatan dosa.
"Sehingga, dengan cara komunikasi yang benar, kita berharap apa yang kita sampaikan membuat orang-orang makin dekat kepada kebenaran dan makin termotivasi untuk taqarub kepada Allah Swt," tandasnya.[] Nurmilati
0 Komentar