Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Belanja Selektif Cegah Konsumtif

Topswara.com -- Banyak muslimah yang terjebak dalam konsumerisme. Tidak sedikit yang terjebak dalam gaya hidup yang berlebihan. Mengikuti narasi bahwa meskipun sudah hijrah dan ngaji, tetap harus tampil trendy

Lihat saja, frekuensi beli gamis atau khimarnya hampir setiap 3-4 bulan sekali. Bahkan ada yang setiap bulan. Lemari pakaiannya overload. Produk kecantikan seperti bedak, lipstik dan parfum berderet-deret, di antara berbagai koleksi bros dan aksesoris lainnya.

Belum lagi isian dapur mereka. Peralatan elektronik, alat masak hingga perangkat penyajian, berjubelan di kitchen set. Blender berbagai merek, mixer, juicer, dan chopper ada. Air fryer, microwafe dan alat pemanggang lainnya juga tersedia. Beragam set piring dan gelas, banyak yang berdebu tak tersentuh saking banyaknya. Padahal tidak semuanya dipakai. 

Belum lagi koleksi sepatu dan tasnya yang setiap acara beda-beda. Memang, katanya untuk gonta-ganti. Tetapi, jangan-jangan niatnya untuk bergaya. Jangan-jangan niatnya untuk terlihat trendy. Tentunya hal ini harus menjadi perhatian. Boleh saja memiliki barang kesayangan, toh dibeli dengan cara halal. 

Akan tetapi, mengingat situasi ekonomi yang tidak baik-baik saja, alangkah baiknya kita evaluasi kembali cara berbelanja kita. Jangan sampai terjebak lipstick effect, yang mana ternyata kita fokus belanja kesenangan kecil dan malah mengabaikan kesenangan besar yang mestinya bisa kita wujudkan. 

Misal, andai kita tidak terlalu sering beli gamis atau tas, jangan-jangan sebetulnya kita bisa menabung untuk biaya ibadah umrah.

Nah, berikut ini saran dalam pengelolaan keuangan, khususnya trik belanja agar tidak terjebak dalam pembelanjaan konsumtif seperti halnya yang terjadi pada fenomena lipstick effect:

1. Utamakan Kebutuhan Bukan Gaya Hidup

Ini nasihat usang yang tidak bosan untuk diulang-ulang. Karena, gaya hidup itu memang sangat menggoda. Apalagi kalau kita berada di lingkungan atau komunitas yang sangat mengedepankan gaya hidup. Sedikit atau banyak pasti tergoda. 

Tidak masalah selama kebutuhan pokok memang sudah terpenuhi. Yang penting, tidak asal-asalan mengikuti gaya hidup yang sedang trend. Ikuti gaya hidup yang positif dan bermanfaat. 

Misal, ada trend diet sehat, olah raga yang murah dan mudah, atau trik perawatan wajah yang aman. Tanyakan kembali pada diri, apakah itu semua kita butuhkan, atau jangan-jangan hanya mengikuti trend.

2. Ada Alasan Rasional dalam Membeli Setiap Barang

Setiap memutuskan untuk membeli barang, miliki alasan yang kuat dan rasional. Caranya, buat daftar pertanyaan sebanyak-banyaknya terkait urgensitas barang itu. Misalnya, apakah barang itu memang tidak bisa ditunda lagi. 

Apakah benar-benar bermasalah jika tidak memilikinya. Apakah akan menghambat aktivitas jika tidak ada barang itu di rumah. Apakah di rumah tidak ada alternatifnya. Apakah jika dibawa pulang, ada tempat untuk menyimpannya. Demikian seterusnya hingga ada alasan kuat yang rasional untuk memutuskan membeli barang itu.

3. Tahan Kesenangan Kecil demi Kesenangan Besar

Barang kecil yang murah memang sangat menggoda. Tidak terasa sebentar-bentar belanja. Sedikit-sedikit membeli. Padahal, sedikit tapi sering, murah tapi jumlahnya banyak, tetap akan menggerus kondisi keuangan kita. Karena itu, kendalikan belanja barang-barang kecil sekalipun harganya murah atau diskon. Tahan diri. 

Bersabarlah untuk menabung demi mendapatkan barang besar yang lebih. berguna, berkualitas dan bermanfaat. Termasuk jalan-jalan dan jajan kecil-kecil yang kesannya receh, tapi sebenarnya bisa dihemat. 

Memang, terkadang kita butuh hiburan murah meriah hanya dengan uang recehan. Tetapi, tetap kendalikan agar tidak menjadi rutinitas yang menggerogoti kondisi keuangan.

4. Prioritas Belanja Spiritual

Tidak sedikit muslim yang tidak punya tujuan keuangan khusus untuk membiayai ibadah spiritual yang membutuhkan biaya. Hanya keinginan di hati dan di bibir, tetapi tidak ditekadkan bulat untuk meraihnya. 

Akibatnya, tidak punya kebiasaan menabung untuk mewujudkannya. Bahkan, merasa tidak bersalah membuang-buang uang untuk belanja kecil hal-hal yang sebenarnya tidak bermanfaat. 

Misalnya, daripada membeli rokok, lebih baik masukkan ke celengan untuk biaya umrah. Bayangkan saja, belasan sampai puluhan tahun membakar uang dengan sengaja, padahal hanya memperkaya para kapitalis. Seharusnya bisa dialokasikan untuk yang lebih bermanfaat.

5. Belanja Produktif Dibanding Konsumtif 

Jika memiliki uang yang cukup, lebih baik alokasikan untuk belanja yang sifatnya produktf. Apa itu belanja produktif? Pengeluaran yang menghasilkan benefit berupa meningkatkan produktivitas dan bahkan bisa mendatangkan uang lebih besar lagi. 

Misal, belanja untuk investasi leher ke atas alias belajar. Ikut training, workshop atau membeli perlengkapan produksi untuk modal usaha. Ini akan membawa manfaat besar di masa depan, dikarenakan bertambahnya skill dan pengetahuan, dapat melahirkan ide-ide segar untuk mewujudkan ketahanan finansial. 

Semoga dengan cara-cara di atas, kita tidak terjebak dalam lipstick effect yang bisa merugikan keuangan kita dalam jangka panjang. Kondisi ekonomi tidak sedang baik-baik saja. jangan samppai kita terlena.


Oleh: Kholda Najiyah 
Founder Salehah Institute 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar