Topswara.com -- Ali bin Abi Thalib ra. termasuk diantara orang-orang yang dicintai Rasulullah Saw. Apalagi Ali bin Abi Thalib adalah putra pamannya, Abu Thalib yang diasuhnya semenjak kecil. Rasulullah Saw. sendiri adalah orang yang diasuh oleh Abu Thalib sepeninggal kakek beliau, Abdul Muthalib.
Sejak Ali lahir, Rasulullahlah yang mengasuhnya. Pada saat itu, beliau telah menikah dengan Khadijah radhiyallahu 'anha. Sedangkan paman beliau, Abu Thalib dalam keadaan kekurangan. Rasulullah mengasuh dan membesarkan Ali dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Ali bin Abi Thalib dididik untuk selalu membela kebenaran. Dalam asuhan Rasulullah, Ali tumbuh menjadi pribadi yang memiliki akhlak yang luhur.
Tibalah saat di mana Rasulullah menerima wahyu pertama dari Allah Swt. sebagai pertanda kerasulan Muhammad Saw. Hal tersebut menjadikan masa remaja Ali dijalani dengan suasana kenabian. Oleh karena itu, Ali banyak mengetahui tentang turunnya ayat demi ayat sebagaimana perkataannya,
"Tanyalah kepadaku, tanyalah tentang apa saja yang kalian inginkan mengenai Al-Qur'an. Demi Allah, tidak ada satu ayat pun dari ayat-ayat Al-Qur'an yang tidak aku ketahui. Apakah ia diturunkan di kala siang ataukah di waktu malam."
Setelah turun perintah dakwah, Rasulullah langsung mendakwahkan Islam kepada keluarganya termasuk kepada Ali bin Abi Thalib. Mendengar ajakan tersebut pada mulanya Ali merasa ragu karena memikirkan ayahnya Abu Thalib yang sangat teguh memegang agama nenek moyang. Namun, ketajaman fitrahnya mengenali kebenaran membuatnya berani memutuskan untuk mengikuti ajaran Rasulullah tanpa terlebih dahulu meminta izin kepada ayahnya, Abu Thalib.
Keimanannya di awal kedatangan Islam ini menjadikan Ali termasuk assabiqunal awwalun bahkan di kalangan anak-anak. Perlu dipahami bahwa Ali masuk Islam bukan karena faktor kekerabatannya dengan Rasulullah. Sebab, tidak sedikit kerabat Rasulullah yang menentangnya dan memintanya untuk tetap menganut agama nenek moyang mereka.
Sejak masuk Islam, Ali menjadi Muslim yang taat. Bahkan, semakin lama kecintaan dan kesungguhannya memeluk Islam semakin tampak. ibadah, keilmuan dan kepribadian Islam yang begitu kuat karena beliau tumbuh hanya dalam pendidikan Islam. Muawiyah ra. pernah menjelaskan kepribadian Ali.
"Sungguh demi Allah, Ali adalah orang yang jauh wawasannya, amat besar kemampuannya, ia berkata tegas, memutuskan sesuatu dengan adil, memancarkan ilmu dari seluruh aspek, ucapannya penuh hikmah, ia bertindak keras terhadap dunia dengan seluruh kemewahannya, selalu memuhasabah dirinya sendiri. Sungguh mengagumkan cara berpakaian dan makanannya yang demikian sederhana dan seadanya."
Ali bin Abi Thalib telah berperan besar pada tegaknya misi dakwah di tengah masyarakat dan tegaknya negara Islam pertama di Madinah. Ali adalah penopang dan pendukung Islam. Dia adalah salah satu sahabat yang berkontribusi besar mewujudkan misi kenabian Rasulullah Saw. Jasa-jasa perjuangan dakwah Ali sebelum menjadi khalifah dapat dilihat dari peranannya mempertahankan dakwah Islam pada peristiwa-peristiwa penting.
Dalam peristiwa hijrah, Ali mempertaruhkan nyawanya untuk mengelabui kaum Quraisy yang hendak membunuh Rasulullah pada malam hijrah beliau. Ali menggantikan Rasulullah di tempat tidur beliau sebagai wujud ketaatan dan pengorbanan untuk melindungi Rasulullah dan dakwah Islam.
Setelah tugasnya selesai, Ali menyusul Rasulullah ke Madinah dengan menempuh perjalanan panjang yang meletihkan, menakutkan dan penuh bahaya. Dia berjalan kaki seorang diri selama dua minggu mendampingi keluarga Rasulullah hijrah sampai kedua kakinya pecah-pecah dan berdarah. Ali menjalankan seluruh amanah dakwah dengan penuh keberanian dan tawakal. Semua itu Ali lakukan untuk dakwah Islam dan kemuliaan Islam di atas dorongan iman yang kuat.
Kehidupan Ali bin Abi Thalib yang dihabiskan untuk perjuangan Islam seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi umat Islam hari ini, di mana orientasi hidupnya hanya untuk Islam dan kemuliaan Islam, bukan dunia yang fana yang hanya menjanjikan kebahagiaan semu dan palsu. Menjadi Muslim bukan sekedar identitas di KTP. Menjadi Muslim adalah identitas kita yang menggambarkan keyakinan dan cara pandang kita terhadap kehidupan.
Oleh karena itu, sungguh tidak layak seorang Muslim tidak menunjukkan pembelaannya kepada Islam saat Islam diinjak-injak oleh kaum kafir sebagaimana hari ini. Sejak runtuhnya Khilafah Islam tahun 1924 masehi umat Islam kehilangan perisainya, hukum-hukum Islam dicampakkan, umat Islam dihinakan dan ajaran-ajaran Islam di kriminalisasi. Sudah seharusnya, identitas Islam kita mendorong kita berdiri menjadi pejuang-pejuang agama Allah. Ali bin Abi Thalib telah menunjukkan keteladanan pada perkara ini kepada umat Islam hari ini.
Tujuan perjuangan ini hanya satu, yakni mengembalikan kehidupan Islam yang pernah dibangun Rasulullah dan para sahabat beliau di Madinah. Sebab, tidak ada kemuliaan Islam tanpa penerapan syariat Islam secara sempurna dan tidak ada penerapan syariat Islam secara sempurna tanpa adanya negara Islam, yakni Khilafah Islamiah.
Perjuangan Islam sungguh membutuhkan komitmen yang kuat, keberanian dan keistiqmahan. Penopangnya adalah keimanan yang kuat dan pemahaman yang benar terhadap syariat Islam. Di sinilah urgensi hadirnya kelompok dakwah Islam ideologis yang memiliki komitmen dengan perjuangan ini yang siap membina umat dan memimpin perjuangan meraih kemuliaan Islam.[] Nabila Zidane
0 Komentar