Topswara.com -- Menyikapi fenomena cowok mapan dan perempuan mandiri, Pakar Parenting Islam Ustaz Iwan Januar mengatakan worldview (pandangan hidup) itu harus dikembalikan kepada yang benar yaitu agama.
"Cowok mapan, enggak mapan, perempuan independen (mandiri), worldview kita kembalikan kepada yang benar, apa itu? Ya agama," ungkapnya dalam Perempuan Independen VS Pria Mapan, di kanal YouTube Cinta Qur’an Foundation, Rabu (20/11/2024).
Ia menjelaskan, persoalan independent woman, cowok mapan menjadi rumit dan ribet karena sudah masuk penilaian yang lain. Sudah masuk worldview hedonisme, menilai sesuatu yang sifatnya materi, sifatnya jasadi, sifatnya kemudian fisik.
Kemudian ia menjelaskan, adanya fenomena ini tidak lepas dari pertama, fomo kepada orang lain. Jadi problem itu adalah mengukur diri sendiri, kemapanan diri, kemapanan orang dengan tingkat kehidupan yang sekarang, dan yang diukur dengan tingkat sekarang ini bukan dari sisi basical needs (kebutuhan mendasar) yang sebetulnya itu tidak banyak. Tetapi kemudian melihat kepada yang sesuatu yang sering muncul di media social, konten-konten yang akhirnya orang itu jadi fomo, kalau tidak begitu, tidak mapan.
"Sering tuh, saya baca di medsos, lu umur 25 udah punya apa? Lu umur 30 karir lu seperti apa? Banyak tuh yang menceritakan. Apalagi yang kemudian dimunculkan itu adalah figur yang memang sudah sukses. Walaupun sesuaikan juga macam-macamnya dari trading yang kemudian ditangkap polisi ternyata itu scamming penipuan," ujarnya.
Kedua, ekspektasinya. Jadi harapan itu bukannya tidak boleh punya harapan tinggi. Boleh! Tetapi setiap orang rezekinya beda-beda. Setiap orang harus yakin masalah rezeki. Sehingga kemudian ketika sudah ekspektasinya tinggi, akhirnya lagi-lagi insecure. Dia merasa oh aku belum mapan.
"Ketiga, doom spending (perilaku belanja yang impulsif dan tidak rasional). Banyak anak muda gen Z karena pengen kelihatan keren, akhirnya doom spending, belanja habis-habisan sampai meminjam uang. Ketika olahraga bukan cuma olahraga tetapi pammer out fit kaosnya, sepatunya, smart watch-nya income dia enggak nyampe segitu gitu," ujarnya.
Solusinya
Pertama, buat yang perempuan, yang Muslim, kalau bicara independen woman, secara agama kerja tidam apa-apa, tetapi jangan ngerasa bahwa karena sudah bekerja kemudian tidak butuh menikah.
"Kalau kita mengukur baik atau buruk berdasarkan penilaian orang, emang enggak akan pernah ketemu dengan yang pas (sesuai). Bahwasanya banyak orang di dunia yang hebat datang dari rahim seorang ibu yang penuh kasih sayang. Datang dari asinya seorang ibu yang tiap malam dia bangun, ibunya ganti popok dia (bayi), gendong dia, akhirnya jadi orang hebat. Para Muslimah harus berpikir bahwasanya jadi seorang ibu itu pekerjaan yang luar biasa," paparnya
Sehingga, menjadi amazing woman (wanita luar biasa) itu ketika ada seorang ibu bisa membesarkan anak-anaknya, mendidik anaknya jadi orang-orang yang sukses yang luar biasa itu namanya keren, tetapi kalau cuman bisa mempunyai income sekian digit segala macam tetapi enggak ada hasrat, keinginan memiliki anak seorang anak yang hebat, seorang anak yang berpengaruh bahkan juga bisa memberikan perubahan di tengah-tengah masyarakat, sayang banget.
"Makanya dalam Islam itu memang perempuan boleh cari kerja tetapi jangan lupa tugas mulianya amazing work itu adalah ummu warobatul bait, ibu dan juga pengatur rumah tangga seperti itu, jadi ini jangan disepelekan, karena kalau generasi ini enggak ada ibu, enggak mungkin muncul generasi yang hebat-hebat yang keren, enggak mungkin muncul seperti itu," paparnya.
Kedua, ketika berbicara tentang mapan, tidak mapan, maka ini tentang konsep rezeki. Rezeki itu harus yakin bahwa bukan dari kerja, bukan datang dari otak dan tenaga, tetapi rezeki itu mutlak datang pemberian dari Allah Swt. Dalam Al-Qur'an surat az-zumar ayat 52, Allah berfirman:
اَÙˆَÙ„َÙ…ْ ÙŠَعْÙ„َÙ…ُÙˆْٓا اَÙ†َّ اللّٰÙ‡َ ÙŠَبْسُØ·ُ الرِّزْÙ‚َ Ù„ِÙ…َÙ†ْ ÙŠَّØ´َاۤØ¡ُ ÙˆَÙŠَÙ‚ْدِرُۗ
"Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya (bagi siapa yang Dia kehendaki)?"
Kalau ada orang hari diberikan ujian oleh Allah dengan disempitkan rezeminya, itu Allah memang mengatur, bukan karena otaknya itu bodoh, bukan karena tenaganya lemah. Kalau rezeki ditentukan oleh kerja keras, tukang batu itulah orang paling mapan harusnya, paling kaya. Kalau misalnya kerja cerdas itu yang membuat orang jadi kaya, harusnya profesor itu orang paling kaya sedunia.
"Tetapi ternyata enggak. Di situ Allah lah yang mengatur rezeki. Ada orang yang mohon maaf ya, mungkin kita dulu punya temen ketika sekolah ketika kuliah dan ipk-nya ya asal naik, tapi begitu kerja, begitu keluar dari kampus, waduh ternyata dia paling landing kalau ada soal masalah nafkah misalnya masalah harta benda," ujarnya.
Oleh karena itu, ia mengingatkan, berbicara mapan enggak mapan yang paling awal harus bicara masalah rezeki. Kalau bicara rezeki tidak bisa dibanding-bandingkan karena itu memang mutlak pemerintah Allah, yang penting adalah dia bersyukur dan bersabar dengan apa yang Allah kasih kepada diri ini.
"Allah sudah ngasih tuntunan yang luar biasa sehingga kuncinya apa ngaji, gitu kan harus ngaji dan jadikan worldview cara menilai itu dari pengkajian ngobrol sama orang yang soleh baca buku dan datang ke pengajian agar pikiran kita benar, bikin hati juga lempeng," pungkasnya. [] Alfia Purwanti
0 Komentar