Topswara.com -- Generasi Z atau yang sering disebut Gen Z adalah generasi yang lahir pada tahun 1997-2012. Pada tahun 2024 ini kisaran usia mereka diantara 12 - 27 tahun. Mereka dikenal sebagai generasi yang kreatif dan inovatif.
Menurut survei yang dilakukan oleh Harris Poll pada tahun 2020 sebanyak 63 persen Gen Z tertarik untuk melaksanakan beragam hal kreatif setiap harinya. Kreativitas tersebut turut dibentuk dari keaktifan mereka dalam komunitas dan sosial media.
Namun hari ini kita menjumpai banyak persoalan yang dihadapi oleh Gen Z. Diantarnya biaya UKT yang makin mahal, pengangguran, dan gangguan mental. Isu mental health pada remaja kian hari kian memprihatinkan.
Survei dari Indonesia National Adolencent Mental Health Survey (I-NAMHS) menyatakan hasil yang mencengangkan bahwa satu dari tiga remaja di Indonesia mengalami masalah kesehatan mental. Itu artinya setara dengan 15,5 juta remaja di negeri ini menderita mental health. (Times Indonesia, 17/10/2024).
Padahal generasi muda adalah harapan suatu bangsa. Ditangan mereka lah masa depan bangsa ini bertumpu. Namun hari ini kita menjumpai fakta sebaliknya, mereka terjebak dalam kubangan lumpur problematika. Lalu apa sumber masalah sebenarnya dan bagaimana menyelamatkan mereka?
Korban Sistem
Demokrasi, kapitalisme, dan sekularisme merupakan satu keluarga yang tidak terpisahkan. Sekularisme membatasi peran agama hanya dalam hal ibadah ritual semata. Sehingga dalam urusan duniawi kita diatur dengan sistem buatan manusia yang dalam kancah politik praktis disebut demokrasi.
Demokrasi jelas adalah sistem kufur yang bukan berasal dari Islam. Sebab demokrasi sama saja mengajak manusia untuk menyekutukan Allah SWT. Sudah pasti dengan keterbatasan akalnya manusia hanya akan menciptakan kehancuran.
Demokrasi sekuler membuka kran selebar-lebarnya terhadap aturan dan gaya hidup rusak. Akibatnya sistem kehidupan saat ini sangat bebas tanpa batas. Gen Z lahir ditengah perkembangan internet dan teknologi digital yang masif.
Semua ini membuat mereka lebih mudah mengakses apapun dengan cepat dan tak terhingga. Padahal dampaknya, bisa mempengaruhi otak dan mental menjadi lebih lambat matang. Hal ini menempatkan mereka dalam berbagai kerentanan kesehatan mental. Kemajuan teknologi yang pesat ini tidak diimbangi dengan pendidikan Islami. Sehingga menghasilkan remaja yang rapuh akan iman.
Selain itu, gaya hidup liberal yang dilahirkan dari rahim demokrasi sekuler juga membawa arus hidup baru bagi Gen Z seperti FOMO, konsumerisme dan hedonisme. Dampak dari remaja yang mengidap FOMO adalah tidak memiliki interaksi yang baik dengan lingkungan sekitarnya, rendahnya kesejahteraan psikologis, hingga kecemasan dan ketakutan yang berlebih.
Apalagi hal ini didukung oleh sistem kapitalisme yang memandang capaian materi menjadi orientasi hidup. Kesenangan dunia yang sesaat sangat mendominasi dan menjadi prioritas utama mayoritas remaja. Sistem saat ini tidak memberikan perlindungan kepada Gen Z.
Media sosial dibiarkan mencipta gaya hidup FOMO yang semakin menjerumuskan generasi pada arus materialistik. Padahal gaya hidup ini sangat berbahaya karena bisa mengalihkan potensi gen Z untuk berkarya dan berprestasi. Selain juga menghalangi potensi nya sebagai agen perubahan.
Gen Z Butuh Wadah Syari
Masa remaja adalah masa yang ideal karena pada masa ini mereka mempunyai semangat yang membara. Waktu dan kekuatan fisik yang lebih banyak ketimbang orang dewasa. Potensi Gen Z yang telah dibajak oleh sistem batil hari ini harus direvitalisasi.
Mereka yang hari ini menjadi generasi stroberi dan rentan akan mental health harus segera diselamatkan dengan wadah syari. Membina dan membentuk mereka menjadi pribadi yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam.
Sebagaimana dulu Rasulullah Saw membentuk para sahabat dalam sebuah kelompok partai yang shahih untuk dibina dengan ideologi Islam, sehingga mampu menjadi agen perubahan. Sama halnya dengan para pemuda yang dibina oleh Rasulullah Saw dalam sebuah kutlah.
Gen Z hari ini juga perlu sebuah kutlah hizbiyah (partai politik) sebagai wadah pembinaan mereka. Yang akan melahirkan generasi pejuang bukan pecundang.
Gen Z perlu memahami bahwa politik dalam Islam berbeda dengan demokrasi. Mereka harus dibekali dengan pemahaman bahwa Islam memiliki solusi dalam mengatasi semua persoalan hidup. Adapun, karakteristik partai politik yang sahih adalah berasaskan ideologi Islam.
Memiliki fikrah atau pemikiran Islam bukan yang lain. Memiliki thariqah atau metode perjuangan yang relevan sesuai dengan metode dakwah Rasulullah Saw. Ikatan yang menghimpun para anggotanya haruslah akidah Islam. Dan, para anggotanya harus memiliki kesadaran yang benar tentang pemikiran dan metode perjuangannya.
Melalui wadah parpol Islam tersebut dengan pembinaan yang talkian fikrian insyaallah akan menyelamatkan Gen Z dari sistem batil yang hari ini menyelimuti.
Wallahu a'lam bishawab.
Umul Asmaningrum
Aktivis Muslimah
0 Komentar