Topswara.com -- Tidak dipungkiri bahwa hati manusia begitu lemah kecuali dikuatkan oleh Allah. Tidak dipungkiri betapa cintanya hati manusia kepada dunia kecuali yang Allah jaga.
Kelemahan hati dan kecintaan pada dunia inilah termasuk kedudukan, ketenaran (syurah), dan pengikut (santri, followers, jamaah) yang sering menjerumuskan manusia ke dalam berbagai dosa, tidak terkecuali kezaliman dan menjadi pendukung, atau sekedar condong kepada kezaliman dan para pelaku kezaliman; khususnya kezaliman penguasa dan pengusa yang zalim.
Namun, terkadang kita tidak peka bahwa dalam banyak kondisi dimana kita telah condong kepada kezaliman atau bahkan menjadi pelakunya. Padahal, itu resikonya sangat besar. Mari kita coba baca seklumit kutipan dari penjelasan para ulama.
Allah berfirman:
ولا تركنوا إلى الذين ظلموا فتمسكم النار
"Janganlah kalian condong kepada orang-orang zhalim, sehingga api (neraka) akan menyentuh (membakar) kalian". (QS. Hud: 113)
Ayat di atas, oleh para mufasirin ditafsirkan dengan dua tafsir:
Pertama, maksud orang-orang zalim adalah orang-orang Muysrik. Kedua, mencakup semua pelaku kezaliman. Al-Alusi di dalam Rauh al-Ma'ani mengatakan:
وقَدْ يُفَسَّرُ بِما هو أعَمُّ مِن ذَلِكَ كَما يُفَسَّرُ ( الَّذِينَ ظَلَمُوا ) بِمَن وجَدَ مِنهُ ما يُسَمّى ظُلْمًا مُطْلَقًا، قِيلَ: ولِإرادَةِ ذَلِكَ لَمْ يَقُلْ إلى الظّالِمِينَ؛ ويَشْمَلُ النَّهْيُ حِينَئِذٍ مُداهَنَتَهم وتَرْكَ التَّغْيِيرِ عَلَيْهِمْ مَعَ القُدْرَةِ والتَّزَيِّيَ بِزِيِّهِمْ وتَعْظِيمَ ذِكْرِهِمْ ومُجالَسَتَهم مِن غَيْرِ داعٍ شَرْعِيٍّ، وكَذا القِيامُ لَهم ونَحْوُ ذَلِكَ،
Bisa juga ditafsirkan dengan tafsiran yang lebih general dari pada itu. Misalnya, diksi "orang-orang zalim" ditafsirkan sebagai orang yang pada dirinya terdapat kezaliman, apapun itu.
Karena itulah, diksi yang dipilih bukan "az-halimin" tetapi "alladzina zhalamu". Dengan demikian, larangan ini mencakup bermanis muka kepada mereka, membiarkan padahal mampu mengubahnya, berpakaian/berhias seperti mereka, menyebut nama mereka dengan hormat, duduk bermajlia bersama mereka tanpa alasan yang syar'i, berdiri menyambut mereka, dan semacamnya ".
Lalu al-Alusi mengatakan:
وإلى التَّفْسِيرِ الثّانِي -وما أصْعَبَهُ عَلى النّاسِ اليَوْمَ في غالِبِ الأعاصِيرِ مِن تَفْسِيرٍ- ذَهَبَ أكْثَرُ المُفَسِّرِينَ
"Mayoritas ahli tafsir memilih pendapat kedua dan betapa beratnya tafsir ini atas manusia hari ini dalam kebanyakan kesempatan".
Al-Alusi menulis:
قالُوا: وإذا كانَ حالُ المَيْلِ في الجُمْلَةِ إلى مَن وُجِدَ مِنهُ ظُلْمٌ ما في الإفُضاءِ إلى مَساسِ النّاسِ النّارُ فَما ظَنَّكَ بِمَن يَمِيلُ إلى الرّاسِخِينَ في الظُّلْمِ كُلَّ المَيْلِ، ويَتَهالَكُ عَلى مُصاحَبَتِهِمْ ومُنادَمَتِهِمْ، ويُتْعِبُ قَلْبَهُ وقالَبَهُ في إدْخالِ السُّرُورِ عَلَيْهِمْ، ويَسْتَنْهِضُ الرَّجْلَ والخَيْلَ في جَلْبِ المَنافِعِ إلَيْهِمْ، ويَبْتَهِجُ بِالتَّزَيِّيِ بِزِيِّهِمْ والمُشارَكَةِ لَهم في غَيِّهِمْ، ويَمُدُّ عَيْنَيْهِ إلى ما مُتِّعُوا بِهِ مِن زَهْرَةِ الدُّنْيا الفانِيَةِ، ويَغْبِطُهم بِما أُوتُوا مِنَ القُطُوفِ الدّانِيَةِ غافِلًا عَنْ حَقِيقَةِ ذَلِكَ ذاهِلًا عَلى مُنْتَهى ما هُنالِكَ؟
"Mereka (ahli tafsir) mengatakan: Jika keadaan condong kepada pelaku kezaliman secara umum saja sudah sedemikian dapat menyeret pada sentuhan api neraka, lalu bagaimana dengan orang yang condong kepada orang-orang yang mengakar dalam kezaliman.
Bahkan mati-matian untuk menyertai dan duduk bercengkrama dengan mereka, berlelah-lelahan hati dan fisik untuk membuat mereka senang, berjuang keras mengerahkan pasukan pejalan kaki dan pasukan berkuda (baca: berjuang mati-matian) dalam mendatangkan keuntungan kepada mereka.
Berbangga dengan memakai seragam mereka, ikut serta dalam kemelencengan mereka, tergila-gila dengan kemewahan harta dunia mereka, dan begitu "iri" dengan fasilitas lux mereka, tanpa menyadari hakikat hal itu dan lupa akan ujung dari itu semua?!"
Al-Alusi melanjutkan penjelasannya:
ويَنْبَغِي أنْ يُعَدَّ مِثْلُ ذَلِكَ مِنَ الَّذِينَ ظَلَمُوا لا مِنَ الرّاكِنِينَ إلَيْهِمْ
"Semestinya yang seperti itu tidak tergolong sebagai orang-orang yang condong kepada orang-orang zalim, melainkan tergolong sebagai orang-orang zalim itu sendiri".
Kata al-Alusi, ini berlandaskan pada riwayat bahwa:
أنَّ رَجُلًا قالَ لِسُفْيانَ: إنِّي أخِيطُ لِلظَّلَمَةِ فَهَلْ أُعَدُّ مِنَ أعْوانِهِمْ؟ فَقالَ لَهُ: لا أنْتَ مِنهم والَّذِي يَبِيعُكَ الإبْرَةَ مِن أعْوانِهِمْ
"Ada seorang laki-laki bertanya kepada Sufyan at-Tsauri: Aku menjahit (pakaian) untuk orang-orang zalim, apakah aku termasuk orang-orang yang membantu mereka? at-Tsauri berkata: Tidak, tetapi kamu termasuk orang-orang zalim itu. Adapun orang yang menjual jarum kepadamu, dia itulah yang termasuk para pembantu orang-orang zalim ".
Dalam riwayat lain dikatakan, Sufyan at-Tsauri mengatakan:
"من تبسّم في وجه ظالم، أو وسّع له في المجلس، أو أخذ من عطائه، فقد نقض عُرى الإسلام، وكُتب من أعوان الظلمة".
"Barang siapa tersenyum di hadapan orang yang zalim, atau melapangkan tempat duduk baginya, atau mengambil pemberiannya, sungguh dia telah melepas ikatan Islam dan tercatat bagian dari para pendukung orang-orang zalim".
Salam Hilyatul Auliya' diriwayatkan bahwa Sufyan at-Tsauri berkata:
" النظر إلى وجه الظالم خطيئة ، ولا تنظروا إلى الأئمة المضلين إلا بإنكار من قلوبكم عليهم ، لئلا تحبط أعمالكم " .
"Melihat wajahnya orang zalim adalah dosa. Janganlah kalian melihat para pemimpin yang menyesatkan kecuali dengan inkar (benci) hati pada mereka, agar amal kalian tidak lebur"
as-Suyuthi di dalam Ma Rawahu al-Asathin fi 'Adam al-Maji' ila as-Salathin, meriwayatkan sebuah nasehat untuk Imam az-Zuhri, yang datang dari seorang ulama, teman Imam az-Zuhri sendiri saat az-Zuhri mulai akrab bergaul dengan penguasa:
(عافانا الله وإياك يا أبا بكر من الفتن، فقد أصبحت بحال ينبغي لمن يعرفك أن يدعو لك ويرحمك، أصبحت شيخا كبيرا وقد أثقلتك نعم الله لما فهمك من كتابه وعلمك من سنة نبيه صلى الله عليه وسلم، وليس كذلك أخذ الله الميثاق على العلماء. واعلم أن أيسر ما ارتكبت، وأخف ما احتملت، أنك أنست وحشة الظالم، وسهلت سبيل الغي، بدنوك ممن لم يؤد حقا، ولم يترك باطلا حين أدناك، اتخذك قطبا تدور عليك رحايا ظلمهم، وجسرا يعبرون عليك إلى بلائهم وسلما يصعدون فيه إلى ضلالتهم، يدخلون بك الشك على العلماء ويغتالون بك قلوب الجهال، فما أيسر ما عمروا لك في جنب ما أخربوا عليك، وما أكثر ما أخذوا منك فيما أفسدوا عليك من دينك فما يؤمنك أن تكون ممن قال الله فيهم: (فَخَلَفَ مِن بَعدِهِم خَلفٌ أَضاعوا الصَلواةَ وَاِتَبَعوا الشَهَواتِ) (١٥)، وإنك تعامل من لا يجهل، ويحفظ عليك من لا يغفل، فداو دينك فقد دخله سقم وهيء زادك فقد حضره سفر بعيد، وما يخفى على الله شيء في الأرض ولا في السماء والسلام)
[Semoga Allah menyelamatkan aku dan engkau - wahai Abu Bakar - dari berbagai fitnah. Sungguh engkau kini telah berada dalam keadaan yang bagi siapa saja uang mengenalimu patut mengasihanimu dan mendoakanmu. Engkau kini telah renta dan nikmat-nikmat Allah (harta) telah memberatkanmu karena Dia telah memberikan kefahaman terhadap kitab-Nya dan mengajarimu dari Sunnah Nabi-Nya. Padahal bukan itu yang Allah ambil janji dari para ulama.
Ketahuilah bahwa kesalahan teringanmu dan beban teringan yang kau pikul adalah engkau telah membuat "jinak" apa yang sebelumnya dianggap "liar" dari seorang penguasa zalim dan memuluskan jalan peyimpangannya karena kedekatanmu dengan orang (penguasa) yang tidak menunaikan hak dan tidak meninggalkan kebatilan saat dia mendekatkan dirimu kepadanya.
(maksudnya: masyarakat menjadi tidak anti dan inkar kepada kezaliman penguasa, karena ada ulama yang dekat dengan penguasa tersebut sehingga seolah kezaliman tersebut menjadi benar karena dilakukan oleh penguasa yang seolah mencintai ulama dan mendekatkannya pada dirinya -ed).
Dia (penguasa zalim) itu telah menjadikan dirimu sebagai poros perputaran mesin pemroses kezaliman mereka, sekaligus sebagai jembatan yang di atasnya dia melintas menuju kerusakan-kerusakannya, juga sebagai tangga di mana dia naik menuju kesesatan-kesesatannya.
Dan denganmu, penguasa zalim itu telah menebarkan keraguan atas para ulama, serta telah menikam dari belakang hati orang-orang bodoh (maksudnya orang-orang bodoh secara tidak sadar menjadi sesat -ed). Maka, betapa sedikit keuntungan yang diberikan penguasa kepadamu dan betapa besar perusakan agama yang mereka lakukan melalui tanganmu.
Maka betapa besar yang dia peroleh darimu karena kerusakan yang dia ciptakan pada agamamu. Apakah yang membuat dirimu merasa aman bahwa dirimu tidak termasuk ke dalam firman Allah:
(فَخَلَفَ مِن بَعدِهِم خَلفٌ أَضاعوا الصَلواةَ وَاِتَبَعوا الشَهَواتِ) (١٥)
"Maka, setelah mereka, datanglah pengganti-pengganti yang menyia-nyiakan shalat dan mengikuti syahwat ".
Sesungguhnya dirimu sedang bermuamalah dengan orang yang selalu tahu, dan menjagamu orang yang tidak pernah lalai. Maka obatilah agamamu karena sedang terserang penyakit. Siapkanlah bekalmu karena waktu perjalan panjang telah datang. Dan tidaklah samar bagi Allah apapun yang ada di langit dan di bumi. Wassalam]
Demikianlah para ulama menuliskan nasehat dan menjelaskan ayat Allah untuk kita. Setalah kita paham hal itu, coba kita refleksikan pada sistem yang ada saat ini, para penjaganya, para penguasanya, para ulamanya, dan kita sendiri sebagai rakyat jelata. Bagaimana?!
Mari kita jawab untuk diri kita sendiri dengan jujur dari iman kita. Masih ada kan!?
Pasar Kliwon
111124
Oleh: Ustaz Utsman Zahid As-Sidany
Ulama Aswaja
0 Komentar