Topswara.com -- Sudah berulang kali sistem pendidikan nasional mengalami perubahan kebijakan dan kurikulum dalam beberapa dekade terakhir. Namun, hasilnya jauh dari harapan untuk menghasilkan manusia seutuhnya, yaitu generasi yang beriman, bertakwa, serta terampil sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Justru yang tampak adalah kebijakan yang berganti-ganti tanpa menghasilkan arah pendidikan yang kokoh, yang mampu melahirkan generasi berkarakter kuat, serta siap menghadapi tantangan dan perubahan zaman.
Inkonsistensi Visi dan Misi Pendidikan Nasional
Perubahan kebijakan yang terus terjadi pada sistem pendidikan nasional tidak terlepas dari visi dan misi yang tampaknya kurang jelas atau tidak konsisten. Di satu sisi, pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan generasi yang cerdas, berkarakter, dan berkompetensi global.
Namun, di sisi lain, kurikulum dan metode yang diterapkan sering kali lebih berorientasi pada tuntutan dunia industri dan mengikuti tren global daripada memenuhi kebutuhan utama pembangunan karakter mulia bagi generasi.
Ketiadaan arah yang pasti ini membuat sistem pendidikan menjadi terjebak dalam siklus perubahan demi perubahan yang hanya sebatas prosedural, tanpa memikirkan dampak jangka panjang bagi karakter peserta didik.
Pendidikan berpotensi hanya menjadi alat pemenuh kebutuhan pasar tenaga kerja atau tuntutan kompetisi ekonomi global, tanpa memperhatikan pembentukan akhlak mulia dan nilai-nilai yang kuat pada generasi muda.
Hal ini menyebabkan sistem pendidikan terkesan menjadi alat ekonomi semata, sehingga sering kehilangan substansi dalam mengarahkan peserta didik pada kepribadian yang utuh dan seimbang.
Asas Sekuler Kapitalisme
Salah satu persoalan utama dari perubahan kurikulum yang terjadi di negara kita adalah karena sistem pendidikan yang berasas sekuler kapitalisme.
Sistem sekuler memisahkan nilai-nilai agama dari pendidikan dan kehidupan sehari-hari, sedangkan kapitalisme cenderung mengukur keberhasilan berdasarkan pada hasil material dan efisiensi ekonomi.
Akibatnya, fokus utama pendidikan pun lebih diarahkan pada penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan semata, tanpa memperhatikan pendidikan adab, akhlak, dan pengembangan kepribadian.
Potret generasi yang dihasilkan oleh sistem ini adalah generasi yang cenderung minim adab, memiliki pola pikir bebas tanpa batas (liberal), dan bahkan mudah terpengaruh oleh berbagai nilai-nilai yang bertentangan dengan norma-norma Islam.
Generasi semacam ini memiliki potensi besar untuk melakukan tindakan-tindakan yang merugikan masyarakat, mulai dari perilaku amoral, kecenderungan hedonisme, hingga meningkatnya tindakan kriminal.
Pendidikan yang berlandaskan kapitalisme cenderung tidak menghasilkan generasi unggul, melainkan generasi yang mengejar kepentingan pribadi dan kurang peduli pada nilai-nilai moral dan akhlak.
Sistem Pendidikan Islam
Dalam sistem Islam, Sistem pendidikannya yang berbasis pada akidah Islam mampu memberikan visi dan misi pendidikan yang lebih jelas dan holistik. Pendidikan dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan potensi intelektual peserta didik, tetapi juga fokus pada pembentukan akhlak dan kepribadian yang mulia.
Pendidikan yang berasaskan akidah Islam secara konsisten akan mengarahkan generasi untuk memahami tujuan hidupnya, yaitu beribadah kepada Allah dan bermanfaat bagi sesama sesuai dengan apa yang di perintahkan oleh Sang Pencipta.
Sistem pendidikan Islam menekankan pada keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan pengembangan karakter mulia. Dalam sistem ini, ilmu bukan hanya sebatas pengetahuan yang bersifat teknis atau material, melainkan juga harus bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Pendidikan Islam bertujuan melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki komitmen tinggi terhadap prinsip-prinsip kebaikan dan keadilan, serta memiliki adab yang mulia.
Kurikulum Islam Melahirkan Generasi Emas
Sejarah panjang peradaban Islam menjadi bukti nyata akan keunggulan sistem pendidikan Islam yang diterapkan secara menyeluruh dalam pemerintahan yang berdasarkan pada syariah.
Pada masa kejayaan Islam, pusat-pusat pendidikan seperti Baitul Hikmah di Baghdad, Cordoba di Spanyol, hingga Universitas Al-Qarawiyyin di Maroko menjadi tempat berkembangnya ilmu pengetahuan dan melahirkan ilmuwan-ilmuwan hebat yang berkontribusi dalam ilmu kedokteran, matematika, astronomi, dan berbagai disiplin lainnya.
Kejayaan tersebut tidak terlepas dari penerapan kurikulum Islam yang komprehensif, yang memadukan antara ilmu dunia dan ilmu agama, sehingga menghasilkan generasi unggul yang berkepribadian Islam.
Generasi yang dihasilkan oleh sistem pendidikan Islam memiliki keunggulan dalam berbagai bidang, namun tetap berlandaskan pada prinsip-prinsip Islam yang kokoh.
Dengan demikian, pendidikan Islam telah terbukti menghasilkan generasi yang tidak hanya kompeten dalam bidang ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki kepribadian yang beradab, berintegritas, dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.
Mengembalikan Arah Pendidikan
Perubahan kurikulum yang terus terjadi tanpa arah yang jelas dan berasaskan nilai-nilai sekuler kapitalisme hanya akan terus menghasilkan generasi yang kurang bermakna dan jauh dari cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan yang berlandaskan pada sistem kapitalisme cenderung mengarah pada pencapaian hasil material semata, tanpa mempertimbangkan nilai moral dan akhlak yang perlu ditanamkan kepada generasi penerus bangsa.
Oleh karena itu, sudah saatnya sistem pendidikan kita diarahkan pada sistem yang lebih holistik, yaitu sistem pendidikan berbasis Islam. Dengan kurikulum Islam yang komprehensif, pendidikan dapat menjadi alat pembentuk generasi emas yang berakhlak mulia, cerdas, dan berperan positif dalam masyarakat.
Sejarah telah membuktikan bahwa sistem pendidikan Islam mampu melahirkan generasi unggul, sehingga kita seharusnya tidak ragu untuk menjadikan Islam sebagai dasar dari kurikulum pendidikan, demi mencetak generasi yang mampu menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan jati diri dan iman.
Wallahu a'lam.
Oleh: Ema Darmawaty
Praktisi Pendidikan
0 Komentar