Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Perempuan Mulia dan Bahagia dengan Islam

Topswara.com -- Sebuah live streaming dari akun @srilijogja mengadakan kajian lintas iman dengan judul “Women Peace Security: Dahulu, Kini, dan Nanti.” Demi menyuarakan sebuah isu yang sedang gencar saat ini yaitu isu kesetaraan gender. 

Dalam kajian tersebut membahas mengenai dukungan gerakan aborsi aman. Para aktivis tersebut menganggap bahwa wanita memiliki hak untuk menolak kehamilan yang tidak diinginkan dengan aborsi demi menjaga kesehatan mental perempuan tersebut.

Terlihat dari fakta yang ada. Masyarakat banyak yang mendukung ide tersebut. Karena dinilai lebih menghargai perempuan dengan dipenuhinya hak-hak mereka. Seperti, perempuan juga bisa bekerja. 

Menjadi wanita karir, kepala keluarga, hingga kepala negara. Bahkan lebih jauh lagi, perempuan bisa dengan bebas menolak semua perkara yang seharusnya sudah menjadi kodrat bagi kaum perempuan. Seperti melahirkan contohnya. 

Perempuan dianggap dapat menolak kehamilan yang sudah menjadi kodratnya dengan melakukan aborsi. Demi menjaga kesehatan mental nya. Mereka tidak mempertimbangkan efek aborsi bagi kesehatan fisik perempuan.

Bila kita teliti mengenai ramainya isu kesetaraan gender ini. Tentu tidak terlepas karena masifnya diskriminasi kepada perempuan. Dengan anggapan bahwa perempuan lemah dan banyak hal yang dibatasi untuk perempuan daripada laki-laki. 

Lalu berangkat dari HAM. Para perempuan kemudian mulai menyuarakan isu tersebut dengan harapan bisa menjadi solusi dari masifnya diskriminasi ini. Dengan berlandaskan HAM, para perempuan tersebut menuntut kebebasan berperan, kebebasan berperilaku sebagai perempuan tanpa harus terikat dengan yang selama ini menjadi kekhususan sebagai perempuan. Seperti hamil, dan melahirkan.

Lebih dalam lagi, masifnya diskriminasi wanita tersebut bisa terjadi karena penerapan sistem saat ini. Yang tidak bisa memberikan hak-hak perempuan secara sempurna. 

Perempuan yang seharusnya dinafkahi, namun karena tuntutan ekonomi yang tinggi saat ini, perempuan juga ikut bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Standar pembelajaran saat ini yang mengharuskan untuk menghasilkan para pekerja, akhirnya menuntut perempuan untuk ikut bekerja pula. 

Perempuan yang seharusnya dilindungi, namun karena kurangnya keamanan negara saat ini banyak terjadi pelecehan, dan lain sebagai nya. Akhirnya menggiring opini masyarakat bahwa perempuan harus memiliki kedudukan yang tinggi dan mandiri secara ekonomi.

Padahal jelas, ide kesetaraan gender ini sangat menyalahi kodrat perempuan. Perempuan yang kodratnya lemah, mengedepankan perasaan, pendidik generasi malah dikesampingkan semua. 

Isu kesetaraan gender yang dianggap sebagai solusi juga tidak turut menyelesaikan masalah diskriminasi tersebut. Malah menambah masalah baru. Munculnya mental illness, stunting yang disebabkan kurangnya pengasuhan anak dari orang tua. 

Khusunya seorang ibu. Juga adanya ketimpangan ekonomi. Jika para perempuan ikut bekerja layaknya laki-laki, otomatis lapangan pekerjaan bagi laki-laki akan berkurang. Ditambah melimpahnya jumlah perempuan dibanding laki-laki. 

Akhirnya banyak laki-laki yang tidak mendapat pekerjaan. Padahal bagaimanapun juga, laki-laki adalah kepala keluarga yang diwajibkan untuk menafkahi keluarganya. Akhirnya muncul pengangguran, kemiskinan keluarga, dan lain-lain.

Berbeda dengan Islam yang memandang kemuliaan seseorang itu diukur dengan tingkat ketakwaannya terhadap Allah Swt. Tanpa memandang jenis gender. Bukannya memandang dari ukuran materi. 

Seseorang akan mulia dan mencapai kebahagiaannya dengan memanfaatkan potensinya sesuai fitrah yang telah pencipta tetapkan. Pencipta yang maha mengetahui apapun yang terbaik untuk ciptaannya. 

Sehingga dunia akan berjalan teratur bila semua berjalan sesuai perannya masing-masing. Begitu pula perempuan, mereka tentu bisa mulia dengan kedudukan yang sudah diberikan oleh Allah. Memanfaatkan segala peran dan potensinya sesuai fitrahnya. 

Contoh dengan menulis, atau menciptakan generasi emas yang taat pada Allah dan Rasul-Nya. Bukankah dengan ini semua akan mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat? 

Wallahu a’lam bi ash-shawwab.


Tsaqifa Nafi'a 
Komunitas Lensantri
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar