Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Penindasan Perempuan di Balik Mitos Kecantikan

Topswara.com -- Seorang pesohor berinisial BK (42), tampil di televisi dengan kondisi wajah bengkak. Ternyata usai operasi plastik kesembilan kalinya, sejak 2013. Hidung dan kelopak matanya dipermak. Cita-citanya, ingin mirip dengan bintang reality show, Kylie Jenner. Udah miliaran rupiah dia keluarkan untuk itu (Liputan6).

Begitulah. Di era post modern sejak tahun 2000-an, marak operasi plastik untuk kecantikan. Mayoritas wanita tersihir predikat cantik yang dimunculkan oleh industri kecantikan seperti wajah tirus, hidung mancung, kulit putih, dagu lancip dan badan langsing.

Evolusi Kecantikan

Standar cantik berubah sepanjang zaman. Menurut literatur, di era paleolitik 24.000-22.000 SM, perempuan cantik itu yang subur atau memiliki banyak anak. Mereka percaya, tubuh yang besar dan berisi sebagai lambang kesuburan. Standar itu bertahan sampai era Yunani kuno tahun 500-300 SM, di mana wanita cantik itu yang putih, badan berisi alias montok. 

Era Renaisance di tahun 1.300-1.500 M, mulai muncul ikon cantik dari lukisan-lukisan telanjang para seniman yang menginginkan kebebasan. Digambarkan wanita cantik itu berwajah bulat dan buah dada besar. Tahun 1558, era Ratu Elizabeth, ditemukan make up untuk memulas wajah. Namun, sebagian mengandung bahan kimia berbahaya seperti timbal dan merkuri.

Tahun 1837-1901 dikenal dengan era Victorian, di mana cantik itu pinggang ramping dan kecil. Penggunaan korset untuk membentuk dada dan pinggang marak. Cantik itu tampil anggun dengan gaun dan rambut tergerai panjang. 

Namun, siksaan korset berakhir dengan “pemberontakan” para wanita di era Perang Dunia I tahun 1910-1920-an. Perempuan berani tampil lebih maskulin dengan rambut dipotong pendek. Kemudian muncul era 1930-an, di mana Hollywood membentuk persepsi cantik pada artis-artis yang putih, tinggi dan langsing. 

Era itu berlanjut sampai munculnya industri fashion tahun 1950-an yang menampilkan model cat walk yang kurus, ramping dan kaki panjang. Ditambah munculnya kontes-kontes kecantikan. Terus, sampai era supermodel tahun 1980-an yang menampilkan perempuan kurus dan dadanya rata. 

Lalu, era post modern sejak tahun 2.000 sampai sekarang, ikon cantik menjadi seragam. Yaitu kulit putih, wajah tirus, badan ramping, tinggi semampai, buah dada berisi, hidung mancung, mata lebar dan dagu lancip. Inilah mitos kecantikan yang menjajah perempuan. 

Disebut mitos, karena mustahil perempuan pada umumnya mampu meraih cantik se-ideal itu. Disebut menjajah, karena mitos itu telah ‘memaksa’ perempuan untuk mengerahkan energi, waktu dan uangnya untuk mengejar cantik yang diimpikan. Inilah bahaya besar yang tanpa disadari tersimpan di balik mitos-mitos kecantikan. Pertanyaannya, sejak kapan perempuan begitu fokus pada kecantikan?

Industrialisasi Kecantikan

Zaman dahulu, perempuan tidak begitu peduli dengan penampilannya. Mereka rata-rata menjalankan peran tradisional di dalam rumahnya, sehingga tidak terlalu memikirkan masalah kecantikan. Namun, sejak era industrialisasi, di mana perempuan berhamburan ke ruang publik untuk bekerja, mulailah mereka memikirkan penampilan. 

Perempuan mulai mengekspose dirinya di ruang publik. Dilihat laki-laki asing dan bergaul dengan mereka. Perempuan juga mulai muncul di media massa. Baik di televisi maupun majalah cetak. Mereka terpampang di cover hingga iklan. Kontes kecantikan, menambah tegas ikon cantik ala boneka Barbie.

Gambaran perempuan cantik ada di mana-mana. Membuat para wanita ramai-ramai mengejar standar cantik yang seragam. Berkembang pesatlah industri kecantikan, mulai make up, skincare, fashion baju, sepatu hingga tas. Perempuan dikendalikan industri kosmetika dan gaya hidup.

Standar Cantik di Indonesia

Perempuan Indonesia, ikut terbawa arus. Hal itu sebenarnya sudah terjadi cukup lama, yakni sejak penjajahan kolonial Belanda. Pada waktu itu, tampilan bule Belanda yang good looking dikagumi dan disanjung tinggi. Mereka dianggap sebagai kasta tertinggi dalam strata sosial dibanding prib umi. Masyarakat pribumi pun inferior dan merujuk cantik itu seperti Noni-noni Belanda.

Sampai saat ini, perempuan Indonesia terpengaruh dengan persepsi cantik dengan standar yang tunggal di atas. Padahal, mustahil wanita Indonesia yang mayoritas berkulit sawo matang, tidak tinggi semampai, tidak mancung dan tidak berdagu lancip, untuk mengikuti standar tersebut. 

Namun, gara-gara standar cantik itu, perempuan Indonesia pun ramai-ramai merevisi hidung, dagu, mata, rahang dan bagian tubuh lainnya. Contohnya para artis, yang penampilannya jadi seragam. Padahal muslim dilarang mengubah ciptaan Allah. Haram operasi plastik dengan niat mempercantik diri. 

Bahaya Tersembunyi

Ada bahaya tersembunyi di balik mitos-mitos kecantikan, yang tidak disadari. Pertama, gangguan psikis. Banyak perempuan yang tidak bersyukur, dan bahkan menolak tubuhnya sendiri. Ia selalu minder atau insecure. Bahkan ada yang stres dan depresi hanya karena tidak merasa cantik dan menarik.

Kedua, merusak kesehatan. Tubuh perempuan banyak yang terpapar bahan berbahaya, seperti merkuri yang memicu kanker. Perempuan juga rela menyakiti dirinya demi cantik. Misal takut makan dan diet ketat, hingga terkena bulimia dan anorexia.

Ketiga, mengguncang finansial. Perempuan tanpa berpikir panjang, tergiur belanja produk kecantikan dengan nilai fantastis. Lebih condong beli alat-alat untuk mempercantik diri dibanding mencerdaskan diri. 

Lebih sering melangkahkan kaki ke klinik perawatan, dibanding ke kajian. Lebih ringan belanja perawatan, dibanding belanja akhirat. Jika tidak pandai mengelola keuangan, bisa-bisa berantakan keuangannya. Bahkan, bisa berantakan pernikahannya.

Keempat, terjadi ketimpangan sosial budaya, ketidak-adilan dan diskriminasi. Tidak ada lagi keberagaman dalam penampilan. Masyarakat cenderung menerima yang cantik dan meremehkan yang kurang cantik secara fisik. Lingkungan lebih mendahulukan yang good looking, baik dalam pekerjaan, kesempatan tampil maupun peran publik lainnya. 

Kelima, melanggar agama. Marak operasi plastik untuk mengubah ciptaan Allah Swt. Di bisnis skincare, juga marak pembohongan publik dalam berjualan produk. Mulai overclaim, curang dalam kandungan zatnya, hingga flexing sebagai strategi marketing. Semua itu dilarang dalam agama. 

Keenam, meningkatkan ekspolitasi tubuh dan kepornoan. Tanpa disadari, banyak perempuan telah kehilangan rasa malu. Karena tubuhnya telah ideal, wajahnya cantik dan kulitnya mulus, tak segan-segan mereka memamerkannya di ruang publik. 

Terutama melalui media sosial. Hasrat untuk mempertontonkan kecantikan menggebu, gara-gara tampilannya yang good looking. Bahkan aurat yang seharusnya disembunyikan, diekspose dengan penuh kebanggaan.

Di sisi lain, mata laki-laki dimanjakan oleh pemandangan tubuh dan aurat perempuan. Disodori penawaran untuk “membeli” kenikmatan dari tubuh mereka. Na’udzbulillah. Ini adalah bentuk penjajahan, di mana kecantikan perempuan hanya digunakan untuk alat pemuas nafsu laki-laki.

Islam Membebaskan Perempuan

Diakui, semua wanita ingin tampil cantik. Karena, cantik itu mempermudah untuk menerima diri dan menaikkan rasa percaya diri. Namun, kecantikan adalah anugerah Allah Swt yang unik pada setiap individu. Masing-masing berbeda dengan lainnya. Itulah realitanya.

Oleh karena itu, Islam tidak memiliki standar khusus tentang definisi cantik. Siapapun sangat subjektif menilai kecantikan. Karena itu, Islam tidak menyuruh perempuan untuk berlomba-lomba mempercantik diri secara fisik. Sebaliknya, Islam menyuruh perempuan menjaga kehormatan dan kemuliaan dirinya dengan tanpa mengespose kecantikannya.

Allah Swt akan menilai dari ketakwaannya, bukan kecantikannya. Oleh karena itu, standar cantik dalam Islam adalah kesalehannya. Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang artinya, “Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salehah.” (HR Muslim No 1.467).

Dengan demikian, hendaknya muslimah tidak tertipu oleh mitos-mitos kecantikan yang menjajah perempuan. Fisik adalah ketetapan Allah Swt. Keindahannya untuk disyukuri, tidak dieksploitasi. Tidak perlu kita membandingkan diri dengan orang lain. Selamatkan diri dari mengubah ciptaan Allah Swt. 

Adapun merawat diri tentu sangat dianjurkan. Seperti menjaga kebersihan, kesehatan dan kepribadian. Jangan biarkan waktu, tenaga, pikiran dan uang kita, habis untuk mengurus hal-hal yang sebenarnya fatamorgana, yaitu mitos cantik.


Oleh: Kholda Najiyah 
Founder Salehah Institute 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar