Topswara.com -- Saat ini sudah tidak ada lagi yang tersisa di Gaza. Hampir seluruh infrastruktur hancur binasa. Jangankan rumah atau sekolah, tenda tempat pengungsian pun tak luput dari kebrutalan Israel sang penjajah. Darah dan air mata telah tumpah ruah menggenangi tanah Palestina seiring asa yang dilabuhkan pada dunia hanya menggantung di udara, dan tidak juga disikapi dengan segera.
Dunia pendidikan di Gaza begitu porak poranda, ratusan infrastruktur pendidikan telah hancur, lebih dari 11.825 siswa tewas dan sebanyak 16.897 terluka, di kalangan mahasiswa, terdapat 681 yang terbunuh dan 1.468 lainnya mengalami luka-luka. Sama halnya yang terjadi di Tepi Barat, sebanyak 35 mahasiswa dan 79 pelajar terbunuh dan ratusan lainnya terluka dan ditahan.
Tidak hanya siswa sekolah dan mahasiswa, selain 2.491 guru dan staf yang mengalami luka, terdapat 441 guru dan staf sekolah turut menjadi korban pembunuhan di Gaza, belum lagi dengan korban di Tepi Barat (detikedu, 01/11/2024).
Telah banyak diketahui jika selama setahun ini serangan biadab Israel tak hanya menyasar sekolah namun juga klinik kesehatan dan tenda pengungsian. Entah merasa kebal hukum atau memang tidak pernah memiliki sisi kemanusiaan, nyatanya di tengah kecaman dunia dan seruan PBB, Israel tetap saja bisa melakukan praktik genosida di tanah Palestina.
Penjajahan Zionis yang masih berlangsung dan dari hari ke hari terus menelan korban. Wanita dan anak-anak pun tak luput dari pembunuhan. Banyaknya sekolah-sekolah yang rusak dan syahidnya para tenaga pengajar membuat anak-anak Palestina tak lagi mendapatkan pendidikan sebagaimana mestinya.
Sikap dunia yang masih diam saja tanpa melakukan aksi nyata dan hanya mencukupkan diri dengan mengecam akan semakin membuat Israel besar kepala dan semakin membuktikan bahwa HAM hanya sekadar omong kosong belaka dan lembaga perdamaian dunia hanya boneka.
Kondisi perang makin parah ketika Amerika Serikat memberikan dukungan penuh dengan mengirim miliaran dolar pajak Amerika Serikat untuk kepentingan militer Israel. Amerika merupakan sekutu Israel yang habis-habisan membela Israel demi menundukkan Palestina.
Sementara itu, para penguasa negeri-negeri Muslim juga masih setia untuk menjadi penonton genosida yang menimpa saudara seimannya. Sedikit pun hatinya tidak terluka dan tergerak untuk menolong saudaranya di Palestina, apalagi memobilisasi pasukan jihad untuk membebaskan Palestina.
Mereka merasa cukup dengan hanya mengecam dan berbela sungkawa, mereka hanya berpangku tangan menyaksikan muslim Palestina tenggelam dalam penderitaan. Miris, pengkhianatan yang mereka perlihatkan dengan sangat gamblang sungguh menyakitkan.
Diamnya umat Muslim, khususnya para penguasa negeri-negeri Muslim sejatinya merupakan dampak dari sistem sekuler kapitalisme yang mematikan makna persaudaraan tersebab iman dan Islam, kesenangan dunia fana yang menyilaukan mata membuat kedudukan dan kekuasaan lebih mereka cintai dan utamakan daripada nasib saudara seiman.
Sistem sekuler kapitalisme juga telah melahirkan ikatan nasionalisme yang menyekat umat Muslim dengan ras, suku, dan wilayah dan ini menyebabkan hilangnya kepedulian antarsesama Muslim, menganggap apa yang menimpa Muslim Palestina atau Muslim yang berada di belahan bumi lain selain tempat kita berpijak bukan bagian dari tanggung jawab meski mereka seakidah.
Telah nyata adanya kita mengingkari apa yang telah Rasulullah SAW sampaikan bahwa umat Muslim itu saudara dan satu tubuh di mana pun dia berada. Nasionalisme telah membuat Muslim mati rasa.
Segala upaya gencatan senjata, kecaman dan ancaman nyata telah gagal membuat Israel mundur, justru membuat mereka makin jumawa karena mendapat sokongan dari negeri penjajah lainnya dan juga karena penguasa negeri-negeri Muslim yang diam tanpa melakukan apa-apa.
Satu satunya solusi hakiki membebaskan Palestina hanya dengan mengirim pasukan untuk melawannya, karena apa yang dilakukan oleh Zionis tidak dapat diselesaikan lewat perundingan dan sejenisnya.
Keberadaan pasukan untuk berjihad melawan penjajah hanya akan terwujud dengan tegaknya khilafah. Karena selain sebagai periayah umat, khilafah juga merupakan pelindung umat Muslim. Harta, tanah, dan darah umat Muslim akan dijaga sedemikian rupa sebab merupakan tanggung jawab negara.
Hanya khilafah yang akan langsung mengirim tentara untuk membebaskan Palestina dan juga Muslim lainnya yang teraniaya. Maka dari itu, selayaknya kita sebagai Muslim mencampakkan sistem rusak sekuler kapitalisme dan kembali kepada sistem Islam dalam bingkai khilafah. []
Oleh: Irohima
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar