Topswara.com -- Rasulullah Saw. bersabda:
“Orang yang mahir membaca Al-Qur'an akan ditempatkan bersama para malaikat yang mulia dan terpuji. Adapun orang yang terbata-bata dan merasa sulit membaca Al-Qur'an akan mendapat dua pahala.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Bagi kebanyakan Muslim, ritual membaca Al-Qur'an belum menjadi tradisi. Apalagi dilakukan setiap hari. Belum menjadi kebiasaan. Apalagi kebutuhan. Jangankan kebutuhan harian. Kebutuhan mingguan, bahkan bulanan, mungkin juga tidak.
Muslim kebanyakan paling banter membaca Al-Qur'an saat Ramadhan. Itu pun banyak yang tidak sampai khatam. Masih lebih banyak yang sering mengkhatamkan membaca novel kadang cukup sehari semalam daripada membaca Al-Qur'an.
Dalam keseharian, membuka HP serta membaca chat WA, cuitan di Twitter (X), status di FB atau menonton vlog di Istagram, YouTube atau TikTok jauh lebih sering daripada membuka dan membaca Al-Qur'an. Membuka HP bisa puluhan puluh kali sehari.
Sebaliknya, membuka mushaf Al-Qur'an kadang sekali sehari pun tidak. Dari sisi waktu pun, melototin HP bisa 5-6 jam sehari. Sebaliknya, membaca Al-Qur'an 10 menit sehari pun jarang. Seringnya tidak sama sekali.
Tentu banyak alasan bisa dikemukakan. Di antaranya: faktor kesibukan; tak bisa atau merasa tidak lancar membaca Al-Qur'an. Namun, yang paling dominan sebetulnya faktor kemalasan.
Padahal jelas. Betapa besar keutamaan membaca Al-Qur'an. Di Akhirat ditempatkan di surga bersama para malaikat. Bahkan yang terbata-bata dalam membacanya pun tetap diberi dua pahala. Demikian seperti ditegaskan dalam sabda Nabi SAW. di atas.
Apalagi Nabi SAW. telah menyatakan: membaca satu huruf dari Al-Qur'an akan dibalas dengan sepuluh kebaikan (HR at-Tirmidzi). Membaca satu kali surah al-Fatihah saja, yang terdiri dari ratusan huruf, bisa memperoleh ribuan kebaikan. Bagaimana dengan membaca satu halaman apalagi satu juz perhari? Tentu akan memperoleh ratusan ribu bahkan jutaan kebaikan.
Alhasil, yuk jadikan membaca al-Quran sebagai tradisi. Tentu setiap hari.
Wa maa tawfiiqii ilLaa bilLaah.
Oleh: Ustaz Arief B. Iskandar
Khadim Ma'had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor
0 Komentar