Topswara.com -- Suswono, calon wakil gubernur Jakarta yang juga merupakan kader partai PKS, dinilai telah merendahkan Rasulullah SAW. Dari pernyataannya saat membahas program kartu anak yatim, Suswono menjadikan Rasulullah dan bunda Khadijah sebagai contoh janda kaya yang menikahi pemuda pengangguran demi perbaiki kesejahteraan. Pernyataan ini menuai polemik di masyarakat (Suara.com, 28/10/24).
Akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Nur Rofiah berkomentar bahwa Nabi Muhammad itu memang anak yatim piatu, tetapi Rasulullah itu dari keluarga terpandang bukan orang miskin. Banyak teladan yang bisa diambil dari Nabi Muhammad. Contohnya, seorang pemimpin itu harus cerdas dalam mengatasi dilema-dilema, harus jujur, tabligh dan Amanah tegasnya.
Pernyataan ini memang tidak pantas keluar dari mulut seorang pejabat negara, karena bisa jadi akan dianggap benar oleh sekelompok pemuda maupun masyarakat yang minim literasi. Sebagai seorang pejabat hendaklah membuat pernyataan yang benar dan bisa dipertanggung jawabkan, agar masyarakat makin yakin dengan calon pemimpinnya.
Seperti yang kita ketahui, pendidikan di Indonesia bukanlah berbasis Islam, sehingga sangat sedikit sekali mendapatkan pelajaran agama Islam di sekolah. Bahkan, umat muslim sekalipun banyak yang tidak kenal dekat dengan Rasulnya sendiri.
Mereka tidak pernah tahu kehidupan Rasul, siapa saja istrinya Rasul, siapa orang tua Rasul, bagaimana dakwah Rasul, hingga Islam bisa sampai ke Indonesia.
Ketika Rasulullah menikah dengan Siti Khadijah, memang benar saat itu Khadijah adalah seorang janda kaya. Akan tetapi, Rasulullah juga adalah seorang pengusaha.
Mahar yang diberikan Rasul kepada Khadijah adalah 20 unta merah betina yang harga 1 ekornya sekitar 300 ribu real. Jika 1 real sama dengan Rp. 4.000, maka harga 1 ekor unta betina merah setara dengan 1,2 Milyar. Dikalikan 20 ekor, maka mahar Rasulullah untuk bunda Khadijah kurang lebih 24 Milyar rupiah. Apakah ada pemuda pengangguran dengan kekayaan sebanyak itu?
Sudah selayaknya penguasa negeri ini memberikan solusi agar pemuda pengangguran mendapatkan pekerjaan yang layak. Bukan dengan dinikahi oleh janda kaya, karena itu bukanlah solusi yang tepat. Apalagi tahun 2030 telah di prediksi akan terjadi bonus demografi, ledakan pemuda usia produktif, mereka ini tentu membutuhkan pekerjaan.
Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia menjadi bukti gagalnya pemerintah dalam membuka lapangan pekerjaan untuk rakyatnya. Banyaknya perusahaan yang gulung tikar makin menambah banyak orang yang tidak punya pekerjaan.
Sayangnya, pemerintah seperti lepas tanggung jawab. Alih-alih memperbanyak lapangan pekerjaan, pemerintah justru mendatangkan banyak tenaga asing. Rakyat dianggap tidak mampu bersaing dengan tenaga asing, belum lagi banyaknya syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi pekerja, sehingga makin sulit bagi rakyat untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
Dalam Islam, pemimpin adalah pengurus rakyat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Imam (Pemimpin) adalah raa’in (gembala) dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (HR Bukhari).
Rasulullah saw juga bersabda, ”Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya.” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud).
Oleh karena itu, pemimpin (khalifah) menjadi orang yang paling bertanggung jawab atas keberlangsungan kehidupan rakyatnya. Pemimpin harus mampu menyejahterakan rakyatnya dengan menyediakan fasilitas penunjang di berbagai bidang, seperti sekolah, pasar, rumah sakit, angkutan, jalan, dan sebagainya.
Pemimpin juga harus menyediakan lapangan kerja yang luas untuk laki-laki, sehingga dia bisa mencukupi kebutuhan keluarganya baik sandang, pangan, dan papan.
Laki-laki dalam Islam juga adalah seorang pemimpin dalam rumah tangga. Sebagai tulang punggung, dia bertugas mencari nafkah, mendidik istri, dan anak-anak, dan mencukupi semua kebutuhan keluarganya.
Oleh karena itu, seorang laki-laki harus bekerja, bukan justru mengharapkan hidup sejahtera dengan janda kaya. Tugas pemerintah adalah membuka lapangan pekerjaan yang luas untuk kaum laki-laki agar bisa memjalankan kewajibannya tersebut.
Karenanya pemerintahan Islam akan mengelola sumber daya alam sendiri, tidak menyerahkan sepenuhnya pengelolaan kepada swasta maupun asing.
Jika sumber daya alam yang ada di Indonesia murni di kelola oleh negara, maka akan terbuka luas lapangan kerja untuk masyarakat.
Pemerintah akan meningkatkan taraf pendidikan masyarakat dan mendatangkan ahli untuk mengajarkan berbagai ilmu yang dibutuhkan untuk mengelola sumber daya alam dengan optimal. Dengan begitu rakyat akan mampu menjalankan tugasnya dengan baik dan pekerja lokal pun akan bisa bersaing dengan pekerja asing.
Jika lapangan kerja terbuka luas, maka tidak akan ada lagi pemuda pengangguran dan bonus demografi pun bisa diatasi. Janda-janda kaya akan dinikahi oleh pemuda kaya juga. Dengan begitu, rakyat akan merasakan kehidupan yang sejahtera bersama keluarga.
Oleh karena itu, sebagai umat muslim hendaklah kita mendukung kebangkitan Islam dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah agar kezaliman, berbagai problematika, serta kemaksiatan dapat dihilangkan dari kehidupan. Jika syariat Islam diterapkan, niscaya Allah Swt. akan menurunkan rahmatnya untuk semesta alam.
Oleh: Yulyanty Amir, S. Kom
Mom Preneur dan Pengemban Dakwah
0 Komentar