Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kriminalisasi Guru Hilanglah Keberkahan Ilmu

Topswara.com -- Menjadi guru saat ini jika mendisiplinkan anak didik yang tidak tertib harus siap-siap masuk bui, meskipun cara mendisiplinkan masih dalam batas wajar sesuai norma dan aturan yang berlaku. 

Seperti yang dialami oleh guru Maya di SMPN 1 Bantaeng yang dijebloskan ke penjara karena menertibkan seorang murid yang baku siram dengan sisa air pel tapi mengenai dirinya, dengan membawanya ke ruang BK dan dicubit. 

Ada pula guru honorer di SMAN 2 Sinjai Selatan bernama Mubazir yang dipenjara akibat laporan orang tua murid karena beliau mencukur rambut murid yang gondrong meski sebelumnya sudah diberi peringatan selama satu Minggu.

Guru Darmawati di SMAN 3 Parepare juga harus mendekam di penjara dan menghadapi panjangnya proses persidangan karena tuduhan melakukan pemukulan terhadap siswa yang membolos sholat jamaah Dzuhur. 

Padahal beliau hanya menepuk pundak siswa dengan mukena dan hasil visum menunjukkan tidak ada luka sedikitpun. Berikutnya yang sekarang sedang menjadi perhatian banyak pihak di negeri ini yaitu guru honorer Supriyani di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara yang kini menjadi terdakwa atas tuduhan melakukan pemukulan terhadap siswanya  dimana kasus tersebut dinilai janggal. 

Ada pula guru Zaharman yang mata kanannya mengalami kebutaan permanen akibat diketapel orang tua siswa yang anaknya ditegur saat merokok di lingkungan sekolah pada jam pelajaran. (Kompas.com/30 Oktober 2024)

Layaknya fenomena gunung es, bentuk kriminalisasi beberapa guru di atas hanyalah segelintir contoh kasus dibandingkan fakta di lapangan. Betapa mirisnya menjadi seorang guru di era sekarang. 

Mereka tak lagi sekedar pahlawan tanpa tanda jasa yang gaji dibayar murah dan jauh dari sejahtera, namun juga tak lagi memiliki kehormatan, wibawa, dan kewenangan untuk mendidik anak bangsa sebab telah diambil hal itu oleh peraturan perlindungan anak dan orang tua yang memanjakan anak. 

Ada istilah guru digugu lan ditiru. Namun istilah itu kini tak sesuai lagi. Jangankan digugu (didengar), murid zaman sekarang masuk sekolah hanya sekedar masuk, bukan untuk belajar mendengarkan penjelasan dari guru. Jika didengar saja tidak, apatah lagi ditiru. 

Hal yang mereka tiru adalah yang bersumber dari TikTok, joget-joget, yang viral-viral. Tidak mengherankan banyak murid yang hingga usia SMA belum bisa baca, tidak bisa mengerjakan matematika sederhana yang seharusnya sudah tuntas di sekolah dasar.

Makin kesini makin bertanya-tanya mau dibawa kemana pendidikan di negeri ini. Sudahlah guru dikriminalisasi, murid-muridnya tak pandai belajar pelajaran sekolah. Sebab adab tidak lagi ada, maka hilanglah keberkahan ilmu dari para gurunda. Sosok yang seharusnya murid berkhidmat dalam menuntut ilmu kepadanya, hingga ridha gurunya kepadanya. Lalu mengalir keberkahan ilmu dalam diri muridnya.

Arah pendidikan yang tak jelas menjadikan peserta didik tak jelas arah pandangan hidupnya. Demikianlah sekulerisme kapitalis telah merasuk dalam jiwa-jiwa masyarakat. Berbuat sesuka hati dengan dalih kebebasan, HAM, dan bukan urusan Anda. Subhanallah. 

Sungguh berbeda dengan sistem pendidikan yang menjadikan aqidah Islam sebagai asasnya. Arah pendidikan menghasilkan individu-individu yang bertaqwa dan bervisi surga. Didukung dengan sistem Islam kaffah di setiap lini kehidupannya. 

Tidak akan ditemukan didalamnya generasi cemas karena kebodohan, melainkan akan lahir generasi emas yang membangun peradaban gemilang.

Dalam sistem Islam pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang harus disediakan oleh negara. Para murid yang merupakan generasi penerus mendapatkan pendidikan yang layak dan gratis. Para guru yang bertugas mengajarkan ilmu dan mendidik mendapatkan gaji yang fantastis. 

Adab terhadap guru benar-benar ditanamkan, kualitas guru pun diprioritaskan agar tak salah dalam memberikan pendidikan kepada murid. Hal ini hanya akan terwujud jika umat diatur dengan aturan dari Allah SWT yaitu sistem Islam kaffah.

Wallahua'lam bishshawab.


Oleh: Iliyyun Novifana, S.Si 
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar