Topswara.com -- Sebagian kita kurang atau enggak bisa fokus dalam berjuang. Sehingga berjuang dalam dakwah ini setengah atau kurang dari setengah. Tentu saja akhirnya enggak optimal dalam upaya yang berujung pada enggak optimal kinerja dan hasilnya.
Tugas apa saja hanya dijalankan sekedar nya. Disisi lain untuk urusan kerjaan atau bisnis malah pol-polan. Full waktu dan tenaga. Toh memang tidak ada punishment atau reward seperti kerja kantoran. Jadi ya meski terasa masygul ya dijalani terus.
Mengapa demikian? Salah satu sebabnya adalah jebakan ketakutan atau minimal kekhawatiran terhadap urusan dunia. Khususnya keinginan untuk memiliki karir yang baik hingga bisa mendukung anak anak bisa berhasil pada masa depan.
Khawatir tentang pendidikan anak dan bagaimana kehidupan mereka bisa baik pada masa datang. Mesti memilih pendidikan terbaik termasuk saat kuliah bisa masuk kampus kampus terbaik.
Apakah keinginan itu salah? Memang tidak salah.
Tetapi jika itu hanya bisa terjadi dengan menggadaikan dakwah pada level sesempatnya dan seluangnya kita saja maka mestinya kita pikir ulang apa yang menjadi kekhawatiran dan kegelisahan kita tentang pendidikan terbaik itu.
Mengapa demikian?
Pertama, kita sudah sama memahami bahwa kondisi umat yang terpuruk ini sudah memasuki kondisi darurat. Ibarat orang sakit umat saat ini sudah memasuki masa kritis di ICU, tapi tanpa peralatan, dokter dan obat yang memadai. Dan solusinya adalah khilafah.
Umat hanya diberi waktu tenggang 3 hari boleh kosong dari seorang khalifah dalam rangka upaya membaiat khalifah pengganti bagi khalifah yang wafat.
Sementara saat ini kita sudah tidak memiliki khalifah selama 100 tahun Masehi atau 103 tahun hijriyah. Bukan hanya lewat dari masa tenggang yang 3 hari namun sudah tak terhitung dosa dosa kita karena ketiadaan khalifah yang diwajibkan oleh Allah dan rasul-Nya.
Meski awalnya fardhu kifayah namun jika faktanya tidak mungkin bisa ditegakkan secara berjamaah oleh umat . Maka kewajiban tersebut akan dituntut kepada seluruh umat Islam termasuk kita. Maka setiap muslim mestinya pol Polan dalam dakwah ini. Dalam upaya menegakkan khilafah. Dengan mengerahkan segenap kemampuan. Waktu , tenaga, pikiran.
Artinya, fokus hidup kita adalah dakwah. Semangat urusan yang lain seperti Istri, anak dan keluarga mengikuti dan menyesuaikan. Artinya kita pol polan dalam berjuang dan urusan dunia seperlunya saja. Hingga tidak memunculkan ketakutan akan urusan dunia kita khususnya masa depan anak anak kita. Apalagi Allah telah menjamin rejeki bagi kita dan anak anak kita.
Kedua, jika kita memberikan hidup kita kepada Allah maka Allah pasti menolong kita. Allah pasti tidak akan menyia nyiakan nasib kita dan anak anak kita.
Allah menegaskan dalam surat Muhammad Ayat 7
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَنصُرُوا۟ ٱللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
"Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu."
Ini adalah janji Allah SWT yang pasti benar bukan? Lalu bagaimana kita masih sangat takut tentang bagaimana nanti nasib anak-anak kita? Bagaimana pendidikan mereka? Bagaimana nanti pekerjaan dan kehidupan mereka?
Disatu sisi kekhawatiran ini wajar. Karena memang kita ini tidak tahu apa yang akan terjadi. Disisi lain kita ini lemah tidak mampu mengantisipasi setiap keadaan. Akhirnya kita terjebak dalam dilema.
Disisi lain kita ingin pol polan berjuang. Dan kita juga ingin optimal cari uang untuk pendidikan anak anak kita. Dua perkara yang sedikit orang bisa mendapatkan dua duanya.
Lalu, bagaimana sikap kita semestinya yang sesuai akidah dan syariah Islam? Yakni sesuai dengan perintah dan larangan Allah dan RasulNya? Yang sesuai dengan ridha Allah SWT?
Sikap yang benar adalah, tetap kita fokus berjuang pol-polan seraya tetap berupaya memenuhi tugas mendidik anak-anak kita sebaik-baiknya. Memilih pendidikan yang benar secara akidah dan syariah. Juga yang sesuai kemampuan kita. Sehingga kita bisa tetap fokus pada perjuangan yang sudah jatuh darurat ini.
Sekolah atau pondok yang sesuai kemampuan, yang paling penting selamat aqidah dan syariahnya. Kemudian yang paling penting lagi adalah anak kita harus ikut ngaji. Apapun sekolah dan pondoknya anak anak harus tetap ngaji. Ngaji Islam kaffah.
Ngaji Islam sebagai Islam yang komprehensif totalitas. Sebagai Islam ideologis. Yang siap diterapkan Secara Kaffah dalam kancah kehidupan.
Tentang bagaimana nanti level kehidupan anak anak secara duniawi kita ga perlu kuatir. Itu semua ada dalam jaminan Allah.
Sehingga kita enggak perlu risau tentang apakah anak-anak kita sarjana atau hanya SMK? Tidak perlu gusar apakah anak anak kita menjadi dokter atau arsitek? Apakah anak kita alumni kampus hebat atau biasa biasa saja?
Sebab semua itu bukan kunci tinggi rendahnya derajat mereka baik di dunia maupun akhirat. Juga bukan penentu banyak sedikitnya rezeki mereka. Dan bukan penentu bahagia atau celakanya mereka. Segala profesi dan pekerjaan apapun selama halal adalah mulia.
Justru kunci kebahagiaan, keselamatan dan kesehatan anak-anak kita di masa depan adalah keimanan dan ketaatan mereka kepada Allah. Yang penting mereka harus ngaji yang benar. Dengan begitu dia mengerti hak dan kewajiban mereka sebagai hamba Allah. Bisa menjadi para penolong agama Allah. Dengan begitu Allah akan bersama mereka.
Dalam Surat At-Taubah Ayat 40 Allah menyatakan:
إِلَّا تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ ٱللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ثَانِىَ ٱثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِى ٱلْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُۥ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ٱلسُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ ٱللَّهِ هِىَ ٱلْعُلْيَا ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
"Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
Ketika kita beriman dan bertakwa maka keadaan sedikit apapun pasti ada jalan keluar. Karena itu sudah Allah janjikan kepada kita. Maka, kita harus pilih fokus dakwah dan berjuang sehingga Allah mau menolong urusan kita.
Surat Muhammad Ayat 7
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَنصُرُوا۟ ٱللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
"Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu."
Masihkah kita belum mau fokus berdakwah? Masihkah kita berselera Untuk menambah nambah harta dunia yang belum tentu kita peroleh? Sementara kewajiban dakwah kita lakukan sesempatnya saja? Ingat, bersama Allah semua mudah. Ingatlah bahwa semua urusan anak anak kita akan beres sesusai kehendak Allah.
Sesuai level yang Allah tentukan untuk mereka. Apapun itu pasti tidak membahayakan mereka dunia akhirat selama mereka beriman dan beramal shalih. Semua akan selesai dalam kadar sesuai qadha Allah SWT.
Berjuang pol polan yuk! Ngaji yuk![]
Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja
0 Komentar