Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Inilah Penyebab Prasangka Buruk

Topswara.com -- Pemerhati Keluarga dan Generasi Ustazah Dedeh Wahidah Achmad, memaparkan penyebab terjadinya prasangka burukpada seseorang.

"Pertama, karena buntunya komunikasi, komunikasi kurang baik, tidak harmonis, suami dengan istri tidak terjadi komunikasi yang terbuka apalagi komunikasi yang penuh cinta, yang ada itu penuh kecurigaan," ungkapnya di kanal YouTube Supremacy, Senin (18/11/2024), Solusi Atas Sifat Berprasangka Buruk.

Ia memberikan contoh, ketika anak pulang sekolah dengan kondisi seragam yang kotor, terjadi komunikasi yang buruk, maka yang terjadi adalah dugaan dan ketika dugaannya salah bahwa anaknya bermain kotor-kotoran, bahwa anaknya melakukan kesalahan berantem dengan temannya sehingga dia terjatuh, menyebabkan seragamnya kotor, pada saat itu akan langsung memberikan respon kepada anaknya dengan marah-marah.

"Mungkin akan berbeda keadaannya ketika dia tahu informasi yang lengkap bahwa tadi dijalan kehujanan, kemudian dia jalan di pinggir jalan ya ada motor atau ada mobil lewat ke cipratan air ya sehingga seragam anaknya kotor, pertama kenapa terjadi dugaan salah karena kurangnya informasi atau komunikasi tidak berjalan lancar," imbuhnya.

Kemudian, kedua, telah memiliki persepsi tertentu terhadap orang tersebut. Ketika seorang istri sudah memiliki persepsi buruk tentang suaminya, prasangka yang buruk, maka ketika itu tidak dituntaskan ini menjadi persepsi, maka persepsi itu akan menjadi standar ketika ada realistas.

Ketiga, adanya orang-orang yang hasad hadir di dalam kehidupan. "(Orang) yang hasad orang-orang, yang memang tidak menghendaki suami istri itu hidup rukun, anak dengan orang tua terjadi keluarga yang harmonis, teman dengan teman itu tidak mau menjadi teman yang dekat, dia iri melihat ya kedekatan tersebut sehingga boleh jadi memang dia akan berupaya ya menyebarkan menyampaikan informasi yang buruk tersebut kepada kita," jelasnya.

Solusi Islam

Ia menjelaskan, dalam Islam prasangka buruk bukan hal yang biasa, bukan hal yang sepele. Rasulullah mengingatkan; Jauhilah oleh kalian prasangka, karena sesungguhnya prasangka adalah perkataan yang paling dusta.” (HR. Bukhari dan Muslim).

"Di dalam Islam yang namanya berdusta itu jelas dosa yang besar apalagi ini sedusta-dusta ini jadi bagi seorang muslim penting kita memahami sekali jangan sampai kita terlintas oleh prasangka yang buruk, karena akan menjerumuskan kita kepada perbuatan sedusta-dusta yang perkataan, dan di sisi Allah itu merupakan dosa yang besar," imbuhnya.

Sehingga, solusi pertama, segera memperbaiki hubungan komunikasi. "Jangan ada dusta diantara kita, jangan ada sesuatu yang ditutup-tutupi, karena dusta itu ya ketertutupan itu akan menjadi penyebab atau pemicu terjadinya prasangka tadi ya kalau sesuatu harus disampaikan, sampaikanlah tentu saja dengan cara yang makruf ya dengan cara yang baik sehingga tidak melahirkan respon yang buruk," jelasnya.

Kedua, manusia tidak lepas dari dosa. "Kalau pemicunya karena diserang oleh persepsi yang buruk wajar, yang namanya manusia ada trauma ketika kita pernah dikhianati suami kita mungkin pernah bohong kepada kita, anak kita pernah bohong apalagi kalau tidak hanya sekali bohong tersebut dia mungkin satu atau dua kali sehingga muncul dalam diri kita itu trauma lalu kita memiliki persepsi memang dia pembohong, memang dia penghianat dia tidak bisa dipercaya itu wajar sahabat," paparnya.

Tetapi, ia mengingatkan, sebagai seorang muslim harus mengembalikan pandangan kepada Islam, yang namanya manusia tidak mungkin selamanya salah, mungkin dulu bohong sekarang bisa jujur, dulu salah sekarang bisa benar. 

"Itu yang harus kita aja yang husnuzan bahwa namanya manusia mungkin salah, mungkin benar, suami kita bisa salah bisa juga benar sama seperti kita kadang kita juga ingin berbohong kadang ada di lintasan untuk tidak jujur sehingga ketika ada persepsi-persepsi yang tidak baik itu segera kita berlindung kepada Allah Audzubillahiminasyaitonirojim Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk, karena yang namanya persepsi-persepsi dari godaan setan ya kemudian kembangkan persepsi yang baik tadi bahwa manusia itu mungkin berubah ketika kondisinya lebih baik ketika dia sudah bertobat," urainya.

Ketiga, jika datang berita dari orang-orang yang hasad maka perlu ditabayyunkan. 

"Kalau hadir orang-orang yang memang sengaja menyebarkan berita buruk dari orang-orang hasad, ada orang yang tidak menghendaki keharmonisan rumah tangga kita, tidak suka kalau hubungan ibu dengan anak itu baik-baik saja, saudara itu hidup rukun sahabat begitu dekat ada orang-orang tertentu dan memang di dalam kehidupan dunia ini Allah menghadirkan orang-orang yang hasad, bagaimana sikap kita ketika hadir orang seperti itu ya Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengingatkan kita dalam Quran Surat al-hujurat ayat 6 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا

Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya," jelasnya.

Terakhir, bahwa dalam dominasi kapitalistik liberal orang tidak memiliki ketakutan terhadap dosa, kalau diingatkan oleh Rasulullah waspadalah terhadap prasangka buruk karena sedusta-dustanya perkataan bagi orang yang tidak beriman bagi orang-orang yang lemah terhadap keterikatannya pada hukum syarak karena di dominasi oleh liberalisme.

Maka mungkin hadis tersebut tidak akan berpengaruh apalagi kalau prasangka buruk itu bisa mendatangkan keuntungan secara materi, secara nafsu kapitalistik akan mendorong orang melakukan apapun demi meraup keuntungan materi termasuk boleh jadi menyebarkan berita-berita bohong tersebut.

"Nah maka akan sulit ya untuk dihindarkan kalau kita hanya melakukan langkah individual ketika penyebabnya itu dominasi sistem yang memang sangat kondusif untuk menyebarnya prasanga buruk yaitu dominasi kapitalisme sekularisme dan liberalisme maka akan sulit sekali kita menghindari sikap prasangka buruk," tegasnya.

"Karena ini sifatnya sistem ini maka yang harus kita lakukan bagaimana jauh, bagaimana suasana yang melingkupi umat ini adalah suasana Islam, suasana yang didominasi oleh penerapan syariah Islam secara kaffah baik di lingkungan individu keluarga masyarakat maupun di level negara ketika itu yang terjadi maka akan muncul jauh imani dorongan melakukan atau meninggalkan sesuatu itu karena keimanan kepada Allah," pungkasnya. [] Alfia Purwanti
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar