Topswara.com -- Life Coach Inner Game Changer Ustaz Sonny Abi Kim menjelaskan ada dua langkah untuk berdamai dengan diri sendiri.
"Pertama dalam keadaan seperti apapun kita perlu pikirkan situasinya," ungkapnya dalam Agar Diri Pulih Kembali, di kanal YouTube Sonny Abi Kim, Jumat (15/11/2024).
Ia memberikan contoh misalkan seseorang melakukan kesalahan. Pada saat melakukan kesalahan kebanyakan itu denial (menyangkal), seakan-akan itu tidak terjadi. Kalau orang tersebut menyangkal, sehingga tidak mengakui apa yang terjadi, justru akan sulit untuk mengubah situasi.
Kedua, mengakui kesalahan. "Kita akui oke aku melakukan kesalahan, oke aku gagal, enggak perlu menyangkal, setelah kita mengakui lalu sadari bahwa ini adalah normal, Ini adalah sebuah kewajaran hidup, jutaan orang lain juga mengalami apa ini mungkin sekarang kita rasa," jelasnya.
Jika seseorang melakukan kesalahan, respon yang diberikan adalah keras terhadap dirinya maka belum tentu respon tersebut akan merubah kesalahan yang terjadi. Banyak orang punya pandangan ketika melakukan kesalahan dibiarkan, harusnya keras pada diri sendiri. Padahal belum tentu bahwa keras itu bisa mengubah karena ada sebuah prinsip penting.
"Kita perlu menerima orangnya, yang kita ubah perilakunya, bukankah tujuan utama kita mengubah perilaku dan mengubah kesalahan itu menjadi lebih baik? Jadi pada saat kita melakukan kesalahan, kita tetap perlu respect pada orangnya, kita tetap perlu sayang pada diri sendiri. Oke saya manusia, saya melakukan kesalahan, tetapi kita tetap berusaha mengubah perilakunya," terangnya.
Ia menegaskan jangan pernah menjudge orang itu dilevel identitas. Misalnya saat belajar sesuatu, ilmu digital marketing, dan tidak bisa,,banyak orang menyalahkan identitasnya. Ketika itu yang dilakukan yang terjadi, justru sedang menyerang identitas diri sendiri. Sedang menyerang diri karena memberikan label bodoh pada diri sendiri. Kalau pun merasa kesulitan untuk belajar sesuatu yang baru jangan, sebut "saya bodoh, saya gaptek"
"Harusnya oke saya merasa kesulitan belajar ini, akui itu, tetapi saya enggak sendirian, ada banyak juga yang kesulitan belajar hal yang sama, jadi saya tetap menerima diri saya seperti ini dalam hal lain saya hebat kok, dalam hal ini mungkin saya butuh waktu yang lebih lama saja untuk menguasai ilmu ini, oleh karena itu saya akan tetap terus belajar, karena saya butuh waktu lebih banyak, saya berusaha lebih tekun," urainya.
Ia mengingatkan, ketika diri ini terlalu keras pada dirinya sendiri menurut banyak penelitian itu jauh lebih sulit untuk mengubah dirinya.
"Karena manusia bukan makhluk yang sempurna, dalam tanda petik manusia itu sempurna dengan ketidak sempurnaannya, jadi karena kita tidak sempurna maka kita sempurna menjadi manusia, jadi justru karena kita tidak sempurna maka dengan itu kita sempurna sebagai manusia," tambahnya.
Sehingga, kalau diri ini tidak memiliki kekurangan justru malahe nggak sempurna. Sebagai manusia kesempurnaan manusia itu karena ada pada ketidak sempurnaan.
"Kita punya kelebihan pasti kita juga punya kekurangan, itulah namanya manusia kalau semua kelebihan yang kita miliki enggak ada kekurangan sama sekali jangan-jangan itu bukan manusia, kita punya kekuatan kita punya kelemahan itulah manusia, kalau semua sisi kita kuat enggak ada kelemahan jangan-jangan bukan manusia," jelasnya.
"Begitu pula sebaliknya, kalau semua sisi kita lemah itu enggak mungkin, itu bukan manusia, jadi kalau ada orang yang merasa saya enggak punya kekuatan, saya ini lemah dalam segala hal, lalu dia merasa enggak berdaya, itu juga patut dicurigai, karena boleh jadi kita belum memahami diri kita seutuhnya, bahwa manusia itu menjadi utuh kalau ada kekuatan dan ada kelemahan," pungkasnya.[] Alfia Purwanti
0 Komentar