Topswara.com -- Maraknya pelaporan terhadap guru membuat seorang guru Bimbingan Konseling (BK) membuat video sarkasme sindiran tentang menasihati siswa.
Sebelumnya, kasus guru supriyani yang dilaporkan lantaran dituduh menganiaya anak seorang polisi. Supriyani sempat ditahan di Lapas Kendari sejak 12 Oktober 2024. Namun dia sudah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kendari pada Selasa (22/10/2024).
Hal itulah yang membuat sebagian guru membuat video parodi tak ingin menegur siswa karena takut di penjara.(tribunnews.com, 30/10/2024).
Dilansir dari kumparan.com (31/10/2024), Pakar Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya) Holy Ichda Wahyuni mengatakan bahwa video parodi tersebut merupakan reaksi keresahan dan bentuk dilematisnya guru-guru.
Satu sisi mereka berupaya menjalankan peran mendidik, namun di sisi lain mereka khawatir apa yang mereka lakukan menjadi boomerang dan menyeret mereka pada ranah hukum. Jika kegelisahan tersebut terus terjadi maka akan sangat ironi, bahwa cita-cita dalam mewujudkan pendidikan karakter menurutnya akan menjadi utopia belaka.
Pengamat sosial Rizki Awal mengatakan, penangkapan Supriyani menjadi duka mendalam bagi dunia pendidikan di negeri Indonesia. Karena perkara guru di kriminalisasi bukan yang pertama kali terjadi.
Menurutnya, profesi guru menjadi salah satu yang beresiko terjerat kasus hukum, pasalnya, yang dialami ibu Supriyani bisa saja terjadi juga pada semua guru (ASN ataupun honorer) di Indonesia.
Bagaimana ketika guru ingin menegakkan keadilan, bagaimana guru sedang menegakkan disiplin, tapi mereka akan berbenturan dengan aturan yang dilakukan undang-undang di negeri Indonesia (tintasiyasi.com, 5/11/2024)
Hilangnya adab dan kenakalan remaja masih menjadi momok yang meresahkan para guru. Sedangkan seharusnya pelajar adalah orang-orang yang tersibukkan dengan mencari ilmu dan berbagai jenis kegiatan yang bermanfaat.
Hilangnya adab kepada guru adalah bencana bagi generasi. Sebab ketiadaan adab pada guru membuat generasi akan hidup dalam kegelapan tanpa ilmu. Karena dalam Islam, guru adalah penggerak perubahan. Ditangan merekalah generasi bisa dicetak menjadi generasi emas bukan saja demi target 2045, tapi juga setiap waktu.
Oleh karena itu, Islam menjadikan sektor pendidikan menjadi fokus utama. Adapun tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk kepribadian guru dan peserta didik agar bersyakhsiyah Islam, yaitu berpola pikir dan berpola sikap sesuai syariat Islam. Dasar kurikulum pendidikannya adalah akidah Islam.
Dengan syakhsiyah tersebut, para guru bukan hanya dituntut mengajar dengan baik, tetapi bagaimana ia mendidik muridnya dengan memadukan antara ilmu dan iman dalam pengelolaam pembelajaran.
Islam memandang guru kompeten memiliki dua nilai, yaitu kepribadian mulia dan profesionalitasnya sebagai pendidik. Di sinilah peran strategis guru dalam mewujudkan pendidikan berkualitas.
Adapun peran politis guru ialah membangun peradaban Islam secara struktural dan fundamental melalui sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Para guru benar-benar serius mengabdikan diri dan ilmu mereka untuk kemaslahatan umat manusia
Namun sayang, dalam sistem pendidikan kapitalisme, peran politis guru terbajak oleh target pendidikan berparadigma kapitalis sekuler. Ideologi kapitalisme tersebut berorientasi pada kepuasan materi dan berdiri di atas akidah sekulerisme, yakni paham yang memisahkan agama dari kehidupan.
Pemisahan tersebut dipercaya melahirkan bencana dalam kehidupan manusia. Karena manusia dijauhkan dari fitrahnya sebagai hamba Allah Swt, lalu ia diarahkan untuk mengikuti aturan yang dibuat sesama manusia, dimana aturan tersebut dibuat sesuai kepentingan (hawa nafsu) dari pembuatnya.
Akibat dari ideologi ini, lembaga pendidikan hanya mengajarkan agama sebagai ilmu bukan sebagai tsaqofah yang berpengaruh dalam hidup. Bahkan pelajaran agama semakin lama semakin sedikit porsinya. Ditambah arus moderasi beragama yang semakin membutakan generasi dari hakikat Islam sebagai sistem kehidupan.
Hal tersebutlah yang menjadikan generasi mampu berbuat amoral termasuk hilangnya rasa takzim (penghormatan) kepada guru.
Mereka sama sekali tidak memikirkan bahwa takzim kepada guru merupakan bagian dari hukum syariat yang harus dijalani di dunia dan kelak akan dipertanggungjawabkan di akhirat.
Pemikiran dan perasaan seperti itu sudah hilang, yang muncul justru pemikiran dan perasaan yang semakin terbentuk kuat ialah egoisme pribadi. Maka wajar nasihat guru tidak dianggap sebagai bentuk kasih sayang namun dianggap omongan yang mengganggu privasi mereka. Sehingga guru dikriminalisasi, bahkan sedihnya para pelaku kriminal justru kebal terhadap hukum.
Oleh karena itu, selama sistem pendidikan yang diterapkan adalah sistem pendidikan sekuler, maka mustahil akan mampu melahirkan generasi emas pembangun peradaban.
Islam Menuntaskan Berbagai Problem Terkait Guru
Berbagai problem terkait guru akan mudah dituntaskan dengan sistem Islam. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut,
Pertama, negara akan menerapkan sistem pendidikan Islam dimana kurikulumnya pendidikan berbasis akidah Islam. Materi yang diajarkan wajib selaras dengan tujuan utama pendidikan, yakni membentuk kepribadian Islam (syakhsiyah Islam).
Dengan kurikulum baku tersebut, para guru dijamin tidak akan mengalami keraguan dalam mengimplementasikan pembelajarannya. Karena tujuan dan konsepnya sudah jelas dan tetap. Tidak bergonta ganti seperti kurikulum saat ini.
Kedua, negara mengatur dan memfasilitasi pendidikan keguruan dengan baik, baik dari aspek infrastruktur mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Kualifikasi para guru pun ditentukan sejalan dengan visi dan misi pendidikan Islam.
Ketiga, negara wajib menyediakan fasilitas infrastruktur pendidikan yang memadai dan merata di semua jenjang pendidikan, seperti buku, ruang perpustakaan, komputer, laboratorium, media belajar, alat peraga, internet serta berbagai pelatihan guru demi meningkatkan kompetensi mereka.
Keempat, tunjangan yang layak untuk para guru. Dengan terpenuhinya kebutuhan ekonomi para guru, maka mereka bisa fokus menjalankan amanahnya tanpa khawatir lagi dengan masalah ekonomi. []
Nabila Zidane
Oleh: Jurnalis
0 Komentar