Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Dilema Guru, Mendidik Generasi Rentan Dikriminalisasi

Topswara.com -- Guru merupakan profesi yang mulia. Mengamalkan ilmu dan mendidik generasi sebagai penerus masa depan negara. Sayangnya, profesi ini tidak menjamin kehidupan guru nyaman dan sejahtera. Justru sebaliknya, menjadi guru saat ini harus siap dengan berbagai resiko termasuk potensi dikriminalisasi.

Marak Kriminalisasi Guru

Sungguh miris di tengah ketidakpastian mengenai kesejahteraan guru, beredar berita marak guru dikriminalisasi. Seperti yang alami Supriyani, guru honorer SDN 4 Baito, Konawe Selatan. Ia dilaporkan orangtua murid yang merupakan anggota polisi dengan tuduhan penganiayaan pada anaknya. Supriyani dengan tegas membantah tidak pernah melakukan itu. 

Selain Supriyani, ada guru SMP Raden Rahmat, Balongbendo, Sidoarjo, Sambudi dikriminalisasi lantaran mencubit murid karena tak mengikuti shalat berjamaah di sekolah. Orang tua murid yang merupakan anggota TNI tidak terima dan melaporkannya ke Polsek setempat (viva.co.id, 01/11/2024).

Masih banyak kasus kriminalisasi guru yang tidak terekspos media. Sungguh malang nasib sang pemberi ilmu, dilema antara mendidik generasi mengajarkan kedisiplinan namun berujung di pengadilan. 

Maksud guru mendidik agar muridnya disiplin, memiliki akhlak yang baik, diberikan nasihat bahkan hukuman jika melakukan pelanggaran sebagai bentuk kasih sayang. Namun, jutrus menjadi potensi guru dikriminalisasi karena orang tua yang tidak terima, tindakan guru disalahartikan sebagai tindak kekerasan. 

Kriminalisasi terhadap guru merupakan malapetaka peradapan. Pasalnya, adab kepada guru menjadi salah satu kunci keberkahan ilmu. Jika generasi sudah kehilangan adab, ia akan menjadi generasi yang kehilangan pelita untuk menyinari jalan kehidupannya. 

Butuh Evaluasi Sistem Pendidikan

Kasus kriminalisasi guru yang terus berulang menjadi bukti gagalnya sistem pendidikan yang diterapkan. Hal ini tak lepas dari pengaruh sistem kehidupan yang sekular dan kapitalistik. Di mana kehidupan dijauhkan dari agama (Islam). Alhasil generasi yang tumbuh dan masyarakat yang berkembang minim dari penerapan ajaran Islam. 

Islam diajarkan hanya sebatas keilmuan, digunakan untuk menjawab soal ujian. Sedangkan dalam kehidupan, manusia merasa bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Maka tak heran jika banyak generasi amoral dan hilang adab kepada gurunya. 

Generasi cenderung menjadi pribadi yang egois dan permisif. Nasihat atau teguran yang diberikan oleh guru tidak dipandang sebagai kebaikan dan rasa kasih sayang. Namun dianggap sebagai pengganggu privasi hingga berani memberikan tuduhan yang berpotensi guru dikriminalisasi. 

Tidak terkecuali orang tua murid, sibuk bekerja hingga kewajibannya mendidik anak di rumah terabaikan. Orang tua berani membayar berapapun dengan menyerahkan pendidikan sepenuhnya pada sekolah. 

Namun, sering kali menyalahkan seklolah jika anaknya bermasalah atau melakukan sesuatu yang buruk. Orang tua mudah naik pitam dan cenderung emosional dalam menyelesaikan masalah anaknya di sekolah. 

Potret Mendidik Generasi dalam Sistem Islam

Pada masa kekhilafahan Islam, Sultan Muhammad Al-Fatih sangat takut pada guru-gurunya. Perasaan takut ini lahir dari rasa hormat yang sangat mendalam. Muhammad Al Fatih pernah dipukul dengan kuat oleh gurunya, dan orangtua Muhammad Al Fatihlah yang memerintahkan itu jika anaknya tidak menurut kepada guru.

Dalam sebuah majelis di istana, Mullah Kurani guru Muhammad Al Fatih berkata, “Ayahmu telah mengutusku kepadamu dan menyuruhku untuk mengajarimu. Baginda memerintahkan aku untuk memukulmu sekiranya engkau mengingkari perintahku.” Hasil pendidikan itu menjadikan Muhammad Al Fatih menjadi seorang khalifah yang luar biasa hingga mampu menaklulkan Konstantinopel. 

Sungguh sinergi yang patut menjadi teladan antara orangtua Muhammad Al Fatih dan gurunya dalam memberikan pengajaran yang terbaik. Orang tua mempercayakan pendidikan anaknya kepada guru, sebaliknya guru menjalankan kepercayaan itu dengan amanah, pun anak secara sadar mengikuti pembelajaran bersama gurunya. Maka terwujudlah generasi terbaik sepanjang zaman. 

Terapkan Sistem Pendidikan Islam

Dalam Islam, tujuan pendidikan untuk membentuk generasi yang berkepribadian Islam dan memiliki keahlian untuk diterapkan dalam kehidupan. Asas pendidikan Islam adalah akidah, yang menyadarkan bahwa diri adalah hamba Allah SWT yang wajib terikat dengan aturan-Nya. 

Hal ini akan mendorong setiap individu, baik guru maupun murid akan menjalankan perannya dengan baik. Guru berperan mendidik anak sesuai syariat Allah SWT dan murid akan menjalankan perannya sebagai penuntut ilmu. 

Kesadaran tersebut melahirkan suasana belajar yang aman, nyaman dan menyenangkan. Murid akan menjaga adab terhadap gurunya, dan guru akan memberikan pengajaran terbaik dan menjadi teladan bagi muridnya. 

Tidak hanya guru, murid dan orang tua yang bersinergi untuk mewujudkan tujuan pendidikan, negara sebagai penanggung jawab urusan rakyat memiliki peran besar menjamin pendidikan dapat dinikmati oleh seluruh warganya. 

Negara sangat memuliakan peran guru dengan menjamin kesejahteraannya. Termasuk memberikan perlindungan sehingga guru tidak mudah dikriminalisasi. Semua itu dapat direalisasikan dengan menerapkan sistem pendidikan Islam di dalam negara yang juga menerapkan sistem pemerintahan Islam. []


Oleh: Eni Imami, S.Si, S.Pd. 
(Pendidik dan Pegiat Literasi)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar